CINTA SEORANG PANGERAN

Putri Munafik



Putri Munafik

0Alena menyeret Cynthia pergi dari hadapan Putri Mira yang tampak masih bersikap seperti orang yang tidak berdosa. Cynthia tadinya tidak mau ditarik pergi oleh Alena tetapi dia mendengar Alena berbisik, "Kau ini, jangan membuka konfrontasi di depan para Ratu. Kau lihat ada Ratu Sabrina dan Ratu Zenita sedang menghampiri ke sini. Mari kita cari aman dulu" Kata  Alena sambil menganggukkan kepala kepada semua orang yang melihatnya.     
0

Untungnya para ratu itu belum melihat mereka karena para putri yang sibuk menyalami  mereka. Cynthia sedikit panik mendengar bisikan Alena, jangan sampai Ratu Sabrina tahu kalau Ia sangat membenci Putri Mira karena sekarang Ratu Sabrina sedang berupaya mengambil hati Putri Mira.     

Setelah agak jauh dari keramaian, Alena segera berjalan menuju ruangannya di dalam harem. Para penjaga tampak terkejut melihat kedatangan Alena karena sudah lama Alena tidak datang ke dalam ruangannya. Para pelayan juga tampak sibuk menyambut Alena.     

"Assalamualaikum, Yang Mulia. Kami pikir Yang Mulia sudah lupa dengan kami" Kata seorang pelayan dengan muka sedikit muram. Alena tertawa sambil menepuk bahunya, "Jangan tersinggung, Aku akan segera kembali ke dalam harem" Kata Alena menenangkan para pelayan.     

"Tahukah Yang Mulia, sejak Yang Mulia dan Putri Rheina meninggalkan Harem maka kekuasaan Harem kini diserahkan kepada Putri Mira. Dan Hamba baru menyadari kalau Putri Mira jauh lebih menyebalkan dari Putri Rheina. Setidaknya Putri Rheina tidak berwajah munafik seperti dia. Putri Rheina sering marah - marah dan suka sekali menampar.      

Tetapi Putri Mira ini, sangat lembut dan terlihat baik hati tetapi dalam hatinya ternyata dia jauh lebih kejam dari Ratu Sabrina. Sudah beberapa orang dari kami yang dicambuk sampai parah hanya karena kesalahan kecil. Kami menjadi sangat tersiksa.      

Apalagi kami para pelayan yang tidak ada tuannya, kami habis dibully oleh mereka. Kami hanya mendapatkan bahan makanan yang paling sedikit, bahkan terkadang kami tidak mendapatkan apa - apa. Mereka mengatakan putri kami tidak ada sehingga kami tidak perlu bermewah - mewah" Pelayan itu tampak meluapkan unek - uneknya kepada Alena.     

"Aku bilang apa? Si keparat itu jauh lebih jahat dari Putri Rheina. Dia persis seperti Kakaknya, Pangeran Barry. Sangat menyebalkan. Andaikan kau tidak menahanku, Aku sudah menjambak rambutnya sampai habis" Cynthia tampak masih emosi.     

"Kau ini kenapa sih? Kau biasanya sangat tenang, tapi sekarang kau seperti tidak dapat menahan emosimu" kata Alena sambil mendorong bahu Cynthia. Bukankah biasanya Ia yang ditenangkan oleh Cynthia bukan sebaliknya.     

"Aku bisa menahan terhadap apapun asal jangan dihadapan wanita munafik itu. Entah mengapa Aku memiliki firasat kalau dia akan menguasai Nizam" Kata Cynthia semakin morang - maring.     

"Menguasai apa? Kau jangan sembarangan" Kata Alena  sambil melotot.     

"Maafkan Aku Alena, anggap saja Aku berbicara omong kosong. Jangan kau pikirkan itu" Kata Cynthia.     

Alena kemudian melihat ke arah para pelayan wanita yang sedang menunggu perintah dari Alena, " Kalian pergillah. Masakan kami makanan yang enak. Aku akan berada di sini sampai Sore, sampai para tetua selesai mengadakan pertemuan" Kata Alena sambil menarik kerudungnya. lalu Ia duduk di kursi.      

"Aku sedang resah menunggu pertemuan para tetua. Aku takut kalau ketahuan kita membuat replika kalung iltu"     

"Sst.. hati - hati, jangan bicara sembarangan. Ingat dinding ini bertelinga" Kata Cynthia sambil melihat ke kiri dan ke kanan.     

"Itulah sebabnya Aku menyuruh semua pelayan pergi. Sejak kalungku hilang dan foto - foto diriku tersebar, Aku hampir tidak mempercayai siapapun. Bukankah kau tahu waktu kita bicara, tidak ada siapapun selain kita. Aku, Kau, Pangeran Abbash dan Lila. Ada para penjaga tetapi letaknya sangat jauh dan Aku yakin mereka tidak ada yang berani mengambil fotoku dan Pangeran Abbash" Kata Alena sambil menggelengkan kepalanya.     

"Kau benar Alena, Satu hal lagi. Bagaimana bisa kalung itu tiba - tiba lepas dari lehermu dan terjatuh tanpa kau sadari" Kata Cynthia sambil kemudian saling berpandangan dengan Alena.     

"Apakah mungkin kalung itu ada yang mengambil langsung dari leherku? Tetapi bagaimana bisa? kalau sampai ada yang mengambil dari leherku, pasti aku akan merasakannya" Kata Alena sambil meraba lehernya. Di lehernya sekarang ada kalung mutiara. Dan kalung berwarna Krem itu, Alena raba seakan ingin mengandaikan tentang bagaimana kalungnya bisa hilang.     

"Nah, coba kau pegang, Kalung ini lebih kecil dibandingkan dengan kalung Berlian yang hilang. Bagaimana bisa kalung lepas tanpa Aku sadari?" Alena masih penasaran dengan kejadian yang sebenarnya.     

"Sudahlah Alena, Kepalamu bisa pecah nanti kalau terus memikirkan hal itu. Sekarang yang terpenting adalah kita berdoa agar para tetua percaya kalung itu asli. Dan persoalan akan diakhiri sampai di sini" Kata Cynthia sambil mengambil sebutir anggur dan mengunyahnya perlahan.     

"Aku juga berharap begitu, perselingkuhan di kerajaan Azura hukumannya sangat berat. Bagi istri Raja atau pengeran putra mahkota maka mereka akan dihukum mati" Kata Alena sambil menggigit bibirnya.     

"Tuhan tidak akan membiarkan kejahatan menang, Kau berdoalah agar hari ini segera berlalu"     

"Iya.. Dan terus terang saja, Aku sangat tegang kalau menunggu di istana Nizam karena tempatnya dekat dengan tempat pertemuan para tetua. Aku lebih memilih berada di harem. Lagi pula Aku bisa beristirahat sambil memandang kebun buah - buahan yang ada di belakang harem. Kebutulan pohon apel sedang berbuah sangat lebat sehingga Aku bisa menyejukan mataku melihat buah apel yang memerah indah" Kata Alena sambil menyenderkan punggunya ke sandaran kursi.     

Cynthia segera berdoa untuk Alena, Ia ingin hari ini segera berlalu. Cynthia lalu menatap Alena dengan pandangan sedih. Nasib Alena tidaklah sebaik dirinya. Sebagai istri dari pangeran kedua, Cynthia tidak terlalu di sorot dan Ia juga senang ibu mertuanya tidak segalak Ratu Sabrina.      

Walaupun begitu, Cynthia tetap merasa iba kepada Alena. Masalah tidak pernah berhenti menerpanya. Kedudukan Alena sangat diinginkan oleh banyak wanita dan itu yang membuat Alena selalu ditimpa masalah.     

"Apa yang akan kau lakukan seandainya para tetua menuduhmu bersalah?" Kata Cynthia dengan hati - hati.     

"Kalau Aku tertuduh bersalah maka yang terkena masalah sebenarnya bukan Aku" Kata Alena sambil mengambil apel hasil petikan para pelayan. Apel merah itu rasanya sangat manis dan berair.     

"Maksudmu?" Cynthia jadi penasaran dengan perkataan Alena. Alena kalau sedang serius perkataannya selalu tepat.     

"Ibu mertuaku yang akan terkena masalah" Kata Alena dengan santai.     

Cynthia mengernyitkan keningnya sebelum kemudian tersenyum lebar, Ia bisa menebak apa yang dipikirkan Alena.     

"Jika kau terkena masalah dan pulang ke Indonesia maka Nizam akan ikut pergi denganmu, Ratu Sabrina tidak akan jadi ibu suri lagi" Kata Cynthia sambil tertawa senang. Tetapi  kemudian wajahnya pucat dan berkata terbata - bata.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.