CINTA SEORANG PANGERAN

Tuan Faruk Yang Tiba - Tiba Datang



Tuan Faruk Yang Tiba - Tiba Datang

0Setelah Nizam duduk, maka pertemuan segera di mulai. Mereka duduk dan mendengarkan laporan dari setiap departemen istana. Departemen makanan, pakaian, pertamanan, perkebunan, dan banyak lagi departemen. Mereka biasanya melaporkan tentang keuangan dan permasalahan yang terjadi. Termasuk kejahatan, berita duka, berita pernikahan, perjodohan, berita para pelayan, putri, ratu yang sakit dan banyak lagi yang sekiranya harus diselesaikan.     
0

Kali ini wajah para tetua sangat muram, apalagi melihat Nizam yang sedang duduk di hadapan mereka. Hari ini mereka akan membahas banyak masalah, tetapi bukan itu yang membuat hati mereka resah. Tetapi laporan dari pihak harem yang mengatakan kalau ada berita tentang perselingkuhan istri kesayangan Yang Mulia Pangeran Putra Mahkota. Alangkah beratnya masalah itu.     

Nizam sendiri memasang wajah tenang, walaupun dalam hatinya sedikit tegang. Ia memang sudah mempersiapkan semuanya tetapi jika ada diantara yang hadir tahu kalau kalung yang sudah Ia persiapkan itu palsu maka habislah Alena. Dan Nizam bersumpah kalau sampai Alena terusir dari istana maka Ia akan meninggalkan istana ini bersama Alena.      

Kalau sampai Alena dihukum cambuk maka Ia akan mengangkat senjatanya. Tidak ada lagi yang Ia takuti di istana ini, sejak Ia tahu ibunya berselingkuh dengan Perdana Mentri Salman. Apalagi Ratu Zenita mengatakan sejak Ia menjaga Ayahnya dan melarang Ratu Sabrina mendekati Ayahnya kesehatan Ayahnya semakin baik. Sepanjang tidak ada berita yang masuk dari luar maka Ayahnya akan aman di tangan Ratu Zenita.     

Setelah semua laporan masuk dan itu memakan waktu hampir satu jam lebih, kemudian Ketua dari Para Tetua itu yaitu Paman dari Ayahnya yang sudah berumur enam puluh lima tahun itu berkata dengan hati - hati.     

"Yang Mulia Pangeran Nizam, tentunya Yang Mulia sudah mengetahui tentang beredarnya berita yang membuat resah istana bahkan semua rakyat di kerajaan." Paman Zabir berkata kepada Nizam. Nizam menganggukan kepalanya dan berkata,     

"Silahkan diteruskan, Paman!" Kata Nizam sambil mengangkat tangannya, mempersilahkan pamannya untuk berbicara.     

"Konon kehormatan suatu kerajaan di tentukan oleh kehormatan wanitanya. Kehormatan seorang Raja juga ditentukan oleh Ratunya. Kehormatan istana sangat bergantung kepada kehormatan Raja dan Ratu dari istana tersebut.     

Mengapa? Karena moral wanita kerajaan akan berkiblat kepada Istana.  Keresahan yang terjadi tidak dapat kita biarkan berlarut - larut. Kita harus menenangkan mereka. Dan Kami sebagai para tetua wajib meluruskan semua kesalah pahaman ini. Kami memohon kemurahan hati Yang Mulia Pangeran untuk memberikan petunjuk kepada Kami.     

Kami hanyalah bawahan Yang Mulia Pangeran dan tidak memiliki wewenang untuk menentukan benar atau tidaknya jika kami tidak memiliki bukti. Yang Mulia, mohon petunjuknya" Kata Paman Zabir berkata dengan lembut.     

Nizam  mendengarkan perkataan Pamannya dengan penuh perhatian. Pamannya ini adalah tetua yang paling pintar dari semua tetua yang mewakili. Dan dari kata - katanya yang lembu tetapi sebenarnya berisi ketegasan. Ia sangat sopan ketika meminta Nizam untuk meluruskan semua berita yang terjadi.     

"Aku tahu maksud dari para tetua dan Aku tidak akan mengelak dari permasalahan ini. Aku juga tidak akan membantah kenyataan bahwa Aku, istriku dan beberapa orang di istanaku memiliki hubungan yang baik dengan Pangeran kerajaan Zamron.     

Hubungan ini terjalin karena Ia menyelamatkan para putraku, Putra Pangeran Thalal dan Pangeran Thalal sendiri dari penyerangan kakaknya. Ia juga menyelamatkan  Arani dan suaminya dari pengkhianatan Imran dan bagiku itu adalah jasa yang tidak akan pernah dapat Aku balas secara nyata.     

Sesungguhnya Aku tidak mengerti bagaimana foto istriku dan Pangeran Abbash dapat beredar apabila mereka tidak pernah berbicara berdua. Ada orang yang sengaja menjatuhkan Putri Alena." Nizam menghela nafas, dadanya terasa sesak ketika mengatakan hal ini. Alangkah panasnya darah yang mengalir di tubuhnya karena terbakar amarah.     

Bagaimana bisa istrinya berselingkuh dengan orang lain padahal Alena sangat mencintainya. Dan betapa keji orang yang telah menuduhnya. Ketika Nizam memandang wajah para tetua dan para hadirin yang lainnya semua menundukkan kepalanya. Tidak ada satunya yang berani berkata.     

Nizam sangat paham dengan reaksi dari mereka. Semua menundukka kepala, hal itu berarti tidak ada satupun dari mereka yang akan membela istrirnya. Mereka lebih memilih mencari aman dengan menunggu Nizam membela dirinya sendiri. Nizam kemudian melanjutkan perkataanya     

"Tetapi tentu saja, Aku tidak dapat bisa menyelsaikan permasalah ini hanya dengan mengatakan ini semua. Suatu kejahatan dapat ditiadakan jika memang tidak ada bukti yang menyertainya. Tetapi pada kasus istriku yang terjadi adalah sebaliknya, Bukti dari ketidak bersalahan istriku harus ada barulah kalian akan melepaskan istriku dari tuduhan keji" Kata Nizam dengan muka sedikit merah.     

"Ampuni Kami Yang bodoh ini Yang Mulia" Kata Para tetua dengan sedikit panik. Mendengar suara Nizam yang begitu dingin membuat mereka ketakutan.     

Nizam mengangkat tangannya lagi, "Aku Nizam akan mengatakan ketidak bersalahan istriku. Mereka menuduh istriku memberikan kalung dari  Alamarhumah    Nenek Zahra kepada Pangeran Thalal sebagai tanda cinta. Ini sangat konyol." Nizam tersenyum dengan sinis.     

Para Tetua samakin terdiam. Mereka tidak berani mengangkat muka kecuali ketua mereka Zabir. Walaupun usia mereka semua di atas Nizam tetapi secara kedudukan mereka ada dibawah Nizam.     

"Aku meminta maaf jika Aku terlalu tidak sopan tetapi bagaimana Aku bisa menahan diri jika istriku yang tidak berdosa terkena tuduhan hal yang tidak pernah Ia lakukan"     

"Tentu Yang Mulia. Tidak ada satupun dari kami yang meragukan kesucian dari Putri Alena, hanya saja rakyat perlu ditenangkan" Kata Paman Zabir mencoba berkelit dari tuduhan Nizam. Nizam menganggukan kepalanya.     

"Tentu Paman Zabir, Aku  mempertaruhkan resiko besar ketika membawa Putri Alena ke istana ini. Dia adalah orang luar, memiliki kewarganegaraan luar. Apakah Aku telah salah memilih istri? Dia adalah satu - satunya istri yang kupilih sendiri. Jika sampai Ia melakukan hal di luar etika kerajaan, alangkah bodohnya instingku dalam memilih istri.     

Tetapi tentu saja Aku tidak bisa menyalahkan para tetua di sini karena Aku menyadari kalau para tetua hanyalah menjalankan tugas. Para tetua hanya menegakkan keadilan. Jika Aku sampai marah maka Aku adalah orang yang tidak tahu diri" Nizam berkata dengan nada sarkasme.     

"Para Tetua tidak usah khawatir karena Aku akan membawa perhiasan itu untuk diperlihatkan kepada Anda semua sebagai bukti kalau perhiasan itu tidak hilang. Dan jika ternyata istriku terbukti tidak bersalah maka Aku mohon izin akan membunuh orang yang menyebarkan berita palsu ini" Kata Nizam dengan muka kelam.     

Para tetua langsung tidak dapat menahan diri untuk saling berkata dan berbisik. Mereka sungguh ingin kalau Nizam dapat membuktikan ketidak bersalahan Alena. Mereka tampak sangat lega dengan perkataan Nizam. Apalagi Paman Zabir langsung tersenyum bahagia.     

"Aku sangat berterima kasih kepada Yang Mulia dengan berita ini. Kami akan segera mengadakan konfrensi pers untuk membersihkna nama Yang Mulia Putri Alena dan kami juga mengizinkan Yang Mulia untuk membunuh orang yang sudah menyebarkan berita keji ini."     

Nizam baru akan mengangkat tangannya ke arah Arani untuk mengeluarkan berliannya ketika pintu di ketuk dari luar dengan suara sedikit keras. Sontak para tetua langsung riuh bergemuruh. Siapa yang sudah tidak sopan melakukan gangguan ketika sedang ada pertemuan penting ini.     

Dan Mereka belum dipersilahkan ketika pintu di buka dengan paksa, seseorang tampak tersungkur ke lantai karena dorongan keras dipunggungnya oleh seseorang. Nizam langsung berdiri saking kagetnya.     

Ia menatap kepada orang yang sedang tersungkur itu, Dan Nizam semakin kaget karena orang yang mendorongnya adalah Paman Salman. Perdana menteri Salman mertuanya. "Ada apa ini?" Suara Nizam bergemuruh karena bercampur dengan suara para tetua yang tidak kalah marahnya dari Nizam. Perdana Menteri Salman adalah orang luar sehingga walaupun Ia sangat berkuasa tetapi dia tetapi tidak berhak masuk ke dalam ruangan ini.     

"Ampuni Hamba Yang Mulia, tetapi hamba hanya ingin memohon izin untuk membunuh orang ini sekarang juga. " Kata Perdana Mentri Salman dengan wajah sama marahnya dengan Nizam.     

Nizam langsung mengenali orang yang sedang menyentuhkan dahinya di lantai, Tuan Faruk. Wajah Nizam seketika pucat pasi.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.