CINTA SEORANG PANGERAN

Wanita Pencuri Kalung Alena



Wanita Pencuri Kalung Alena

0Perdana Menteri Salman terpaku menatap Tuan Faruk yang mati bersimbah darah, tubuhnya sedikit gemetar apalagi ketika Nizam menghampirinya dan berbisik, "Aku akan melindungi cintaku sebesar apapun rintangan yang menghadangnya. Cintamu kepada istri orang tidak akan pernah mengalahkan cintaku kepada istriku sendiri." Kata Nizam dengan penuh kebencian. Ia ingin sekali meludahi wajah pria tampan itu.      
0

"Yang Mulia..." Perdana Menteri Salman hanya sempat menyebutkan dua kata itu karena Nizam tampak sudah berlalu dan Ia tidak ingin sedikitpun mendengar perkataan apapun dari pria itu.     

Perdana Menteri Salman menghela nafas sambil menyuruh orang untuk membereskan mayat Tuan Faruk. Ia juga kemudian mengatur pertemuan konfrensi pers para tetua dengan wartawan untuk membersihkan nama Alena.      

Alena langsung memeluk Nizam sambil berurai air mata. Betapa bahagianya Ia karena sudah terbebas dari fitnah keji. "Kau pakai kalung itu pada saat ulang tahun ibundaku. Setiap ulang tahun ibundaku biasanya akan ada pesta besar - besaran. Biarkan semua orang tahu kalau istri Nizam tidak bersalah" Kata Nizam sambil merangkul pinggang Alena.     

Alena mencium Nizam dengan penuh cinta. Suaminya sungguh bisa diandalkan. Nizam memejamkan matanya menikmati ciuman istrinya. Tangannya mengelus punggung Alena.     

"Berikan Aku sesuatu yang lebih dari ciuman," bisik Nizam sambil memegang tangan Alena dan menuntunnya ke bawah tubuhnya. Alena terbeliak mendengar perkataan Nizam tetapi kemudian bibirnya menyunggingkan senyum yang manis.     

Ia menyusupkan tangannya ke jubah Nizam dan mulai memegang tubuh Nizam. Nizam menelan ludahnya Ia semakin kalap mencium Alena ketika tangan Alena mengelus dan membangkitkan hasratnya. Nizam lalu menjadi tidak sabar. Ia memangku tubuh Alena dan membawanya masuk ke dalam kamar. Tubuhnya yang tegap itu tidak lama kemudian terpampang di depan mata Alena. Alena memejamkan matanya ketika Ia merasakan muka Nizam mendekati tubuhnya.     

Erangan dan desahan tidak lama terdengar ke seluruh ruangan kamar. Ketika konfrensi pers sedang berlangsung, Nizam memuaskan istrinya dengan segenap rasa cintanya. Ia ingin mengusir semua rasa cemas Alena karena peristiwa ini.     

"Kau ingin Aku apakan lagi Alena?" Bisik Nizam, Ia tampak sangat ingin memanjakan istrinya sampai ke langit ke tujuh.     

"Aku sangat puas Nizam. Sekarang Aku hanya ingin mendengarkan ceritamu tentang Tuan Faruk" Kata Alena kepada suaminya sambil membelai dada penuh bulu itu. Nizam memegang tangan Alena dan menciumnya dengan lembut.     

"Pria keparat itu sudah ku tembak mati. Dari awal Aku tidak mempercayainya tetapi Aku tidak berdaya karena memang Aku memerlukan replika kalung itu." Kata Nizam sambil tangannya meluncur masuk ke tubuh Alena. Alena mengerang keras. Tangan Nizam sangat terampil membuatnya mengerang.     

"Ta...tapi mengapa Kau tidak mengadilinya dulu? Menga.. aaah..Nizam, jangan... jangan." Kata Alena sambil membuka kakinya. Nizam mengerutkan keningnya. "Jangan apa? Kau mengatakan jangan tetapi kau membuka kakimu'     

Alena tersenyum malu - malu,"Maksudku adalah jangan hentikan.." Katanya sambil membalikkan tubuhnya. Ia kini berada di atas tubuh Nizam. Nizam sekarang yang mengerang ketika istrinya bergerak di atas tubuhnya. Dada Alena sangat indah dan membuatnya tidak tahan untuk tidak memegangnya.     

Pembicaraan mereka terhenti sesaat karena mereka sekarang hanya sibuk bersuara dan berteriak penuh cinta. Mereka bahkan tidak berhenti sampai menjelang sore. Dan Nizam baru berhenti ketika diluar, penjaga memberitahukan kalau Amar menghadap bersama Maya.     

Nizam bergegas mengambil pakaiannya, dan Alena juga tampak sibuk mencari pakaiannya.     

"Amar sudah menemukan Maya. Syukurlah. Aku sangat khawatir. Aku akan segera menikahkannya sekarang juga" Kata Nizam sambil mengenakan kembali jubahnya. Ia baru saja berjalan lima langkah ketika kemudian dia balik lagi. Alena yang akan pergi ke kamar mandi tampak terkejut karena Nizam balik lagi.     

"Memangnya Kau mau kemana? Mengapa kau balik lagi?" Kata Alena keheranan.     

"Aku mau mandi.. lupa" Kata Nizam sambil menyeringai. Saking semangatnya Ia sampai lupa belum mandi.     

"Aku dulu yang mau mandi.. aku juga ingin bertemu dengan Maya" Kata Alena.     

"Mandi bareng aja yu.." Kata Nizam sambil tersenyum.     

"Mandi aja..kan? Kau suka aneh  - aneh kalau mandi bareng" Kata Alena tampak menimbang - nimbang. Tapi Ia kemudian berlari ketika Nizam duluan masuk. Mereka lalu berebut bak mandi hingga akhirnya mereka berendam bersama. Begitulah.. acara mandi yang seharusnya hanya lima belas sampai dua puluh menit menjadi satu jam. Dan Amar serta Maya tampak menunggu dengan gelisah.     

"Apa waktu kedatangan kita kurang tepat?" Kata Maya dengan gelisah. Amar menggelengkan kepalanya." Ini tidak boleh ditunggu lagi. Ini harus segera diberitahukan kepada Yang Mulia. Kalung yang asli harus segera ditemukan jangan sampai publik mengetahui kalau kalung itu ada dua. Apalagi Kau dengar tadi kalau Tuan Faruk sudah mati dan berita yang beredar adalah Dia terkena serangan jantung. Apakah kau percaya kalau Dia terkena serangan jantung?" Kata Amar sambil berbisik kepada Maya.     

Maya menggelengkan kepalanya. Sama dengan halnya Amar, Ia tidak akan pernah percaya kalau Tuan Faruk meninggal karena penyakit jantung.     

"Mengapa Yang Mulia sangat lama? Aku jadi tidak enak hati. Apakah mereka sedang..." Maya tidak melanjutkan perkataannya. Mukanya mendadak menjadi kemerahan karena malu. Apalagi kemudian Ia teringat bagaimana Amar menggendongnya.     

"Sedang apa?" Kata Amar tidak berpikiran buruk. Ia masih sibuk mengamati jalannya kofrensi pers melalui tayangan streaming.     

"Tidak.. tidak ada" Kata Maya sambil duduk menciut dikursinya. Ia lalu mendengarkan Amar berkata lagi,     

"Lihat Arani tampak sangat tenang menjawab pertanyaan tentang kalung berlian itu. Ia benar - benar asisten yang layak untuk Yang Mulia" Kata Amar dengan kagum. Ia melihat kalung yang dibawa Arani.     

"Aku malah sangat tidak menyangka wanita itu tega berkhianat. Berani benar dia mengambil kalung Yang Mulia putri Alenda dan memfitnahnya" Kata Maya sambil mengepalkan tangannya. Ia tidak akan pernah melupakan wajah cantik yang telah mencuri kalung Alena. Maya tahu persis itu kalung Alena karena Ia adalah asisten Alena. Ia tahu semua jenis perhiasan Alena yang sangat berharga dan tempat menyimpannya.     

Maya diculik dan hampir dibunuh karena mengetahui pencurian kalung itu. Waktu itu Ia terlambat datang ke perjamuan karena Ia sibuk berdandan. Dan ketika Ia melewati taman untuk menemui Alena, Maya memergoki orang itu yang sudah memegang kalung Alena. Ia tidak mengetahui bagaimana orang itu bisa mengambilnya dari leher Alena.     

Maya menjadi sangat marah dan Ia akan merebutnya kembali. Tidak perduli dengan kedudukan orang itu. Tetapi ketika Ia hendak merampas kalung itu seseorang memukul tekuknya dengan keras. Dan sebelum pingsan, Ia samar - samar mendengar.     

"Bawa Ia jauh dari istana, Tetapi jangan dibunuh dulu karena siapa tahu Ia berguna untuk kita." Kata orang itu. Suara itu adalah laki - laki dan Maya hapal sekali suara itu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.