CINTA SEORANG PANGERAN

Kebenaran Suatu Rahasia



Kebenaran Suatu Rahasia

0"Yang Mulia, Hamba mohon untuk menghilangkan semua prasangka dan membungkam mulut kurang ajar manusia ini. Bagaimana kalau Nyonya Arani mengeluarkan perhiasan itu dan perlihatkan kepada kami kalau Dia sudah berdusta" Kata Perdana Menteri Salman dengan sopan tetapi penuh ketegasan.     
0

Para tetua segera menganggukan kepalanya menyetujui perkataan perdana menteri Salman     

Nizam sampai gemetar menahan amarah mendengar perkataan Perdana Mentri Salman yang sangat licik itu. Si tua bangka itu benar - benar seperti ular berkepala dua. Ia terlihat seperti menolong tetapi sebenarnya menikam dari belakang. Dan Nizam tidak bisa memiliki pilihan lain karena semua mata sudah menatap ke arah Arani.     

Nizam memandang ke arah Arani dan menganggukkan kepalanya. Ia memberikan perintah agar Arani mengeluarkan perhiasannya. Arani mengeluarkan perhiasan itu dan semua mata seakan tidak ingin melewatkan pemandangan mata yang sangat menarik ini.     

Arani lalu mengeluarkan perhiasan itu dan begitu dikeluarkan maka decak kekaguman langsung terdengar memenuhi ruangan. Alangkah indahnya perhiasan itu. pantas saja di sebut sebagai lambang cinta dari raja kepada ratu kesayangannya.     

Perhiasan itu lalu beredar dari tangan ke tangan dan semua ingin memegang dan melihat perhiasan itu. Semua mengakui keindahan kalung itu dan tidak ada satupun yang menyangsikan kalau kalung itu palsu termasuk Perdana Menteri Salman.     

"Ini terlihat seperti asli. Hamba  sendiri hanya melihat kalung ini dari foto. Hamba yakin kalau orang itu berbohong dengan mengatakan kalau kalung ini palsu. Mari kita hukum seberat - beratnya pendusta ini" Kata Paman Zabir.     

Perdana Mentri Salman melirik ke arah Tuan Faruk seakan menyuruhnya untuk mengatakan semuanya dan Tuan Faruk segera berkata, "Hamba yang membuat kalung itu" kata Tuan Faruk membuat Paman Zabir langsung mendekati Tuan Faruk.     

"Apa buktinya kau berkata semua omong kosong ini. Kalung ini terlihat sangat asli." kata Paman Zabir lagi. Ia mengambil kalung itu dan memperlihatkannya kepada Tuan Faruk.     

"Kalung ini palsu karena tidak memiliki keistimewaan sebagaimana kalung yang asli" Kata Tuan Faruk.     

Paman Zabir melihat kalung itu dan mengangkatnya ke depan wajahnya seakan ingin meneliti apakah benar kalung ini palsu? Seorang tetua kemudian mengangkat handphonenya dan berkata,     

"Tuan Zabir, ada chat yang masuk ke handphone hamba, katanya kalung yang asli itu di tempat yang gelap bisa bersinar jika sinarnya direfleksikan ke dinding maka akan menghasilkan bayangan peta kerajaan Zarya dan jika dimasukan ke dalam air maka akan menghasilkan air yang berwarna merah" Kata tetua itu dan itu disambut dengan anggukan kepala tetua yang lain.      

Perdana mentri Salman tersenyum menyaksikan semua tetua sibuk membuka handphonenya. Ia tadi meminta kepada asistennya untuk mengirimkan chat keistimewaan kalung itu ke semua handphone para tetua. Asistennya bahkan menggunakan kartu yang sekali pakai untuk menghilangkan jejak.     

Arani menahan nafasnya, lalu Ia menggelengkan kepalanya. Arani melirik ke arah Perdana Mentri Salman dan kebetulan Perdana Mentri Salman juga sedang melirik ke arahnya. Perdana Mentri Salman tampak memiringkan kepalanya sedikit sambil menyeringai. Arani bersumpah betapa Ia sangat membenci laki - laki itu.     

Dimatanya pria ini kejahatannya setaraf dengan kejahatan Pangeran Barry. Ia mungkin satu ordo dengan pangeran jahat itu. Suatu hari nanti pasti Ia akan mendapatkan balasan atas semua perbuatan jahatnya.     

Nizam menelan ludahnya dan Ia sudah mempersiapkan diri dari semua kemungkinan terburuk. Ia mungkin akan mundur dulu dari tahta kerajaan sampai semua kebenaran ini terungkap. Ia juga akan membawa anaknya keluar dari istana ini. Ia tidak akan membiarkan Alena pergi seorang diri. Ia lebih baik mati dari pada harus membiarkan Alena lepas dari tangannya. Tetapi Ia tidak ingin menyerah sebelum Ia berusaha mengatasi situasi ini.     

"Yang Mulia mohon pendapatnya..." Kata Paman Zabir sambil menatap ke arah Nizam. Nizam lalu turun dari tempat duduknya. Ia berjalan dengan gagah dan wajahnya tetap sangat tenang. Ia kemudian mengambil kalung itu dan berkata sambil tersenyum.     

"Ada banyak orang jahat yang memutar balikkan fakta. Memelintir kebenaran sejarah untuk kepentingan sendiri dan membodohi kita semua seakan kita adalah sekumpulan orang idiot" Kata Nizam sambil mengambil kalung itu dari tangan Paman Zabir.     

"Nenek memberikan langsung kepadaku agar Aku memberikannya kepada wanita yang Ia cintai. Entah mengapa Ia memberikannya kepadaku dan bukan kepada Ayahku, hanya Yang Mulia ratu Zahra yang mengetahuinya.     

Terus terang saja, Nenek tidak pernah bercerita tentang keistimewaan kalung itu kepadaku. Ia hanya memberikannya untuk diberikan kepada Wanita yang aku cintai, selain itu beliau tidak berkata apa - apa lagi.     

Aku teras terang saja, tidak tahu keistimewaan kalung itu. Dan Aku juga ingin tahu apakah diantara para tetua ada yang mengetahuinya? " Kata Nizam sambil memandang ke semua orang yang ada diruangan itu. Maka semua orang langsung saling berpandangan dengan bisikan yang semakin keras.      

Nizam tersenyum dengan sangat licik lalu Ia melirik ke arah mertuanya. Nizam lalu berkata dengan nada yang sangat datar tetapi menusuk. Perdana mentri Salman mengusap tekuknya. Ia merasa sangat dingin ditatap oleh menantunya seperti itu.     

"Aku yakin kalau Paman Salman sendiri tentu tidak tahu kebenaran berita itu, benarkan?" Kata Nizam sambil menatap mertuanya. Perdana Mentri Salman tertegun mendengar pertanyaan Nizam. Ia menelan ludahnya yang terasa pahit. Ia bingung harus menjawab apa? Nizam tahu benar kalau Ia hanya harus mengatakan sama dengan yang lainnya. Mereka tidak tahu kebenaran berita itu. Bukankah Ia tahunya dari Tuan Faruk.      

Dan Ia benar - benar tidak tahu apakah Tuan Faruk ini berkata bohong atau berkata benar. Jika Ia mempercayai Tuan Faruk dan berkata benar, maka Nizam pasti akan menuduhnya berbohong, Dan benar saja ketika Perdana Mentri Salman hendak mengatakan sesuatu. Nizam sudah mendahuluinya dan berkata,     

"Jangan pernah Paman mengatakan kalau Paman mengetahui kebenarannya karena jika sampai Paman Salman mengetahui tetapi para tetua di sini tidak mengetahuinya maka berarti semua tetua di sini adalah orang yang lebih bodoh dari paman." Kata Nizam mulai menyebarkan racunnya kepada para tetua yang hadir.     

"Yang disampaikan oleh Yang Mulia Pangeran Nizam benar, bagaimana mungkin kau orang luar lebih mengetahui dari kami, orang dalam. Kami adalah anggota keluarga kerajaan. Sudah seharusnya Kami lebih mengetahui kebenarannya dibandingkan dengan kau, Salman!" Kata Paman Zabir dengan pandangan penuh kebencian. Terus terang saja Ia sudah lama tidak menyukai Perdana Menteri Salman. Pria itu terlalu menguasai istana.     

Perdana mentri Salman menelan ludahnya, Ia lalu menjawab dengan sangat terpaksa, "Tentu saja Yang Mulia, Hamba sama sekali tidak mengetahui kebenaran itu."     

Nizam menarik nafas panjang. Ia lalu memandang kepada Arani. "Bunuh dia!! " Kata Nizam kepada Arani.     

Arani tampak sangat senang. Ia mendekati Tuan Faruk yang berteriak histeris, "Yang Mulia, Hamba tidak berdusta. Hamba berani bersumpah kalau ini adalah benar. Mengapa..Yang... Akh" Tuan Faruk terkulai ketika senjata di tangan Arani bergerak tanpa suara. Tuan Faruk mati dengan tembakan tepat di jantungnya.     

Tuan Zabir menatap Nizam diiringi dengan tatapan yang lain termasuk Perdana Menteri Salman.     

"Orang itu hendak memecah belah kita, menaburi luka di hatiku dengan garam melalui cerita bohongnya. Bagaimana mungkin dia lebih tahu dari Aku tentang kebenaran kalung itu" Kata Nizam.     

"Tetapi bagaimana kalau yang dikatakannya benar Yang Mulia. Apakah Yang Mulia tidak hendak mencoba mencari tahu keistimewaan kalung itu?" Kata Perdana Mentri Salman tampak masih ingin membuktikan kalau kalung itu benar -  benar palsu. Ia tahu pasti kalau kalung itu asli. Hanya saja Ia memang tidak tahu kalau kalung itu memiliki keistimewaan.     

Nizam mengangkat bahunya, "Kalaupun kalung itu memiliki keistimewaan seperti yang Ia katakan, tetap saja orang itu harus mati. Nenek haruslah orang yang paling tahu keistimewaan kalung itu dan Beliau tidak memberitahukan kepada kita keistimewaan kalung itu dan itu pasti ada alasan tersendiri.     

Dan orang itu mungkin saja tahu tentang keistimewaan kalung itu tetapi seharusnya Ia tidak mengatakan kepada siapapun rahasia yang ingin Nenekku ingin simpan." Kata Nizam langsung membungkam semua orang. Para Tetua bahkan langsung berlutut dan meminta maaf karena sudah meragukan Alena.     

"Aku hanya ingin nama istriku bersih kembali. Silahkan para tetua untuk memberikan penjelasan kepada para wartawan media eletronik dan cetak. Aku ingin penjelasan itu diberikan sekarang juga. Arani kau harus mendampingi para tetua dengan membawa kalung itu. Dan kalung itu harus segera kau kembalikan kepada istriku Putri Alena sebagai pemiliknya yang sah." Kata Nizam sambil keluar dari ruangan setelah memberikan kalung itu kepada Arani.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.