CINTA SEORANG PANGERAN

Hotel Ibis



Hotel Ibis

0"Hallo !" Amar berbicara menyapa seseorang yang sedang Ia hubungi via telepon ini. Ia duduk di atas kursi mobilnya. Amar melihat lurus ke depan. Wajahnya sedikit tegang. Ia berharap kalau orang yang sedang Ia hubungi ini memiliki petunjuk tentang Maya. Ia sungguh tidak ingin kehilangan Maya. Walaupun Maya belum menjadi istrinya tetapi Ia sangat berharap kalau Maya akan menjadi pendamping hidupnya selama - lamanya.     
0

"Hallo.. ini Tuan Jendral Amarkah?"Kata suara di sana tampak sangat terburu - buru. Suara itu seperti orang yang sedang ketakutan dan  di bawah tekanan.     

"Ya.. ini Aku. Kamu siapa? Ada apa? mengapa kau ingin aku menghubungimu" Kata Amar semakin tegang. Suara itu sudah mulai tidak jelas dan terbata - bata.     

"A..aku terburu - buru. Kau pergi ke villa Ibis di daerah dekat pantai Palawa."     

"Ada apa? Di villa itu?" Kata Amar tidak mengerti. Terdengar suara derap langkah  kaki  mendekati orang yang ada diseberang sana. Amar menjadi ketakutan kalau - kalau orang itu tidak bisa memberikan informasi lebih lanjut lagi.     

"Nona.. Ma..Ma.. Aakh..." Orang itu menjerit seiring dengan suara pedang yang dicabut dari sarungnya kemudian ditebaskan ke leher seseorang. Sebagai seorang Jendral yang sudah sering berada dimedan pertempuran Ia tahu betul suara itu. Amar kemudian mendengarkan lebih jelas ketika Suara tubuh yang terjatuh dengan kepala menggelinding. Handphone ditangannya masih terpegang erat karena Amar masih dapat mendengar dengan jelas.  Hingga kemudian ada suara keras seperti suara kaki menginjak sesuatu lalu senyap.     

Amar menjauhkan handphonenya dari tangannya. Ia sudah tidak bisa mendengar apapun. Handphone itu kemungkinan di injak oleh seseorang yang membunuh orang itu. Untuk Amar masih mendengar nama Hotel Ibis disebutkan. Maka dengan muka tegang Ia memegang setir mobilnya lalu dengan kecepatan penuh Amar menjalankan kendaraannya. Ia bagaikan terbang menuju ke luar kota Amanda.      

Hotel Ibis adalah hotel kecil yang jauh dari kata mewah. Terletak di tepi pantai dan hutan. Hotel itu milik pejabat dan jarang ada yang menginap di sana kecuali orang - orang yang sudah tidak memiliki pilihan lain atau memiliki tingkat keberanian yang sangat tinggi. Hotel yang suasananya cukup menyeramkan karena konon di bangun di atas tanah bekas pembantaian orang - orang penduduk setempat oleh pasukan pemberontak. Entah mengapa di tanah itu malah di bangun hotel.      

Pejabat itu sudah tidak waras, Walaupun sangat seram tetapi hotel itu cukup terawat dan bersih. Masih layak huni hanya saja banyak penunggu hotel itu yang terkadang suka iseng mengganggu para tamu yang menginap.     

Malam di kota Amanda terasa sangat dingin. Perbedaan suhu antara siang dan malam cukup signifikan sehingga membuat siang terasa sangat panas dan malam terasa sangat dingin. Gelapnya malam membuat bintang muncul di banyak titik dan itu menciptkan pemandangan yang indah. Apalagi semakin mendekati pantai, gedung - gedung tinggi semakin jarang dan pohon palem berjajar rapih di sepanjang jalan. Perkebunan kurma dan pohon pandan pantai juga berjejer dengan rapih.      

Sebenarnya pemandangan ini sangat indah dan romantis tetapi hati Amar sedang galau. Apakah benar kalau Maya ada di hotel Ibis? Siapakah orang yang membantunya? Dan mengapa orang yang membantunya di bunuh? Atau apakah ini sebuah jebakan? Mengingat semua ini maka Amar  menjalankan kendaraannya semakin cepat. Untungnya jalanan begito kosong sehingga perjalanan menjadi sangat lancar.     

Suara debur ombak semakin keras terdengar. Memecah kehinangan malam. Suara binatang malam sesekali terdengar. Amar melihat ke arah jam dan ini sudah hampir pukul sebelas malam. Amar lalu membelokkan kendaraannya ke jalan yang tidak terlalu lebar. Bulan terlihat terang di atas laut. Bangunan Hotel Ibis mulai terlihat dari kejauhan. Amar lalu memakirkan kendaraannya sedikit jauh dari pintu gerbang. Ia tidak ingin masuk melalui pintu gerbang tetapi Ia akan mencari celah untuk bisa masuk secara diam - diam.     

Amar mendekati tembok pagar yang tinggi antara halaman luar hotel Ibis dengan jalanan yang ada di depannya. Suasana benar - benar sangat sepi. Tidak ada satu kendaraanpun yang melintasi di depan hotel Ibis. Ada dua orang penjaga di depan pintu gerbang. Mereka berjaga di luar. Amar mengerutkan keningnya. Hotel yang normal biasanya memiliki pos penjaga di dalam dan pintu gerbang selalu terbuka untuk mempersilahkan tamu yang akan datang.     

Tetapi Hotel Ibis ini, pintu gerbangnya tampak tertutup dan penjaga ditempatkan diluar. Ini lebih mirip markas tentara dibandingkan dengan sebuah hotel. Amar merasa tindakannya sangat tepat dengan masuk diam - diam. Ia memperhatikan titik - titik kemungkinan CCTV terpasang, atau ada sensor alarm yang bisa berbunyi jika terkena gerakan manusia.      

Amar tampak mempelajari situasi dan kondisi. Ia melihat CCTV ada di pojok kiri dan kanan pintu gerbang yang bisa merekam orang yang akan masuk ke dalamnya. Amar yakin di dalam sana ada orang yang akan memperhatikan layar rekam dari CCTV ini sehingga jika Amar masuk meloncati tembok. Beberapa orang akan langsung menangkapnya.     

Amar lalu melihat ada sebuah pohon Ara yang besar dengan batang yang melintasi jalan dan tembok pagar pembatas. Amar tersenyum melihat celah Ia bisa masuk ke dalam tanpa terekam oleh CCTV.     

Pohon Ara ini usianya pasti sudah puluhan tahun atau bahkan mungkin ratusan tahun. Karena pohonnya sudah sangat besar dan kemungkinan tidak dipotong karena mungkin ada alasan tertentu yang membuatnya tetap dibiarkan tumbuh.      

Pohon itu begitu rimbun dengan batang yang menjulur melintasi jalan. Amar segera naik ke atasnya dan mulai berjalan menyebrangi jalan melalui ranting pohon yang besar dan lebat oleh daun. Untungnya pohon Ara ini tumbuh di sisi jalan samping tembok pembatas.     

Amar sangat hati - hati berjalan dan hanya menginjak ranting pohon untuk menghindari sensor alarm yang mungkin di pasang di sepanjang tembok pagar. Tetapi kemudian Amar melihat ada dua orang penjaga yang berdiri tepat di bawah dia. "Sialan !" Amar mengumpat dalam hati.     

Rupanya orang - orang itu tidak bodoh, Mereka sudah memperkirakan kemungkinan ada orang yang masuk ke dalam hotel melalui pohon Ara ini. Amar mengumpat - ngumpat terus sambil memperhatikan kedua orang yang menjaga senjata itu. Hati Amar semakin yakin kalau Maya ada didalam hotel itu. Dan ini kemungkinan ada kaitannya dengan hilangnya kalung Alena.     

Sebelum meloncat Amar kembali memperhatikan situasi halaman hotel. Ia tidak ingin begitu Ia meloncat maka akan ada banyak penjaga yang menyerangnya sehingga akan menimbulkan keributan. Ia bukannya takut menghadapi keributan tetapi Ia tidak ingin membahayakan keselamatan Maya. Ia masih sangat ingat bagaimana Zarina mati terbunuh gara - gara dirinya yang ceroboh.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.