CINTA SEORANG PANGERAN

Raja Walid Mengigau Ratu Sabrina



Raja Walid Mengigau Ratu Sabrina

0Nizam berjalan dengan perasaan terguncang hebat, Ia sama sekali tidak berani membayangkan bagaimana perasaan Ayahnya jika mengetahui foto - foto itu dan Ia sendiri tidak habis pikir mengapa orang itu bisa mengambil foto - foto yang privacy seperti itu terlepas dari apakah foto itu benar atau hasil editing tetapi Ayahnya juga bukan orang yang bodoh. Ia hanya  lemah secara fisik dan bukan lemah otak.      
0

Sebagaimana hal dengan dirinya, Ayahnya pasti akan merasa curiga dengan kebenaran foto itu dan Nizam juga yakin orang yang mengancamnya itu juga tidak akan berani menekan mereka kalau tidak  memiliki kekuatan. Orang itu pasti menyimpan foto - foto yang lebih mengerikan lagi. Tangan Nizam gemetar ketika Ia mengepalkan tangannya dan kemudian meninju pohon palm yang ada disepanjang sisi koridor istana.     

Ali dan Fuad langsung terkejut dan memburu Nizam, "Yang Mulia..ada apa?" Kata Ali sambil memegang tangan Nizam yang berdarah. Nizam mengangkat tangannya, "Ali.. apakah kau merasa kalau Pangeran Abbash bermaksud jahat?" Kata Nizam kepada Ali membuat Ali tanpa sadar menatap lekat - lekat ke arah majikannya. Apakah majikannya ini sedang dibakar api cemburu atau bagaimana? Karena seingatnya memang antara Nizam dan pangeran Abbash pernah ada clash tentang Alena dan Nizam sangat sensitif tentang hal itu.     

"Yang Mulia, ini sudah berlalu. Pangeran Abbash sekarang kelihatannya sangat baik dan Yang Mulia sudah memiliki istri yang sangat dicintainya" Kata Ali kepada Nizam sambil mengusap luka Nizam menggunakan tisu dengan lembut.      

"Edward sudah menikah dengan Lila tetapi Ia selalu mencintai istriku" Kata Nizam lagi sambil menyender ke pohon Palem.     

"Mengapa Yang Mulia berkata seperti itu? Pangeran Abbash bukanlah Tuan Edward. Mereka dua orang yang berbeda" Kata Ali kepada Nizam dengan hati - hati.     

Nizam mengalihkan pandangannya ke arah dua ekor burung yang tampak sedang bercengkrama. Mereka melompat - lompat sambil saling menggesekan leher dan kepalanya. Mereka sedang memadu kasih tanpa memperhatikan yang melihatnya.     

"Apakah kau merasa kalau dia berusaha membuat Aku menikahi adiknnya agar Alena menjadi  marah lalu Dia akan mengambil keuntungan dari kemarahan Alena?" Nizam terus bertanya dengan pertanyaan yang semakin lama semakin membuat Ali dan Fuad tidak mengerti apa yang terjadi sebenarnya.     

"Dia menyayangi adiknya dan mencintai istriku. Dia datang ke sini seharusnya membawa pulang adiknya tetapi mengapa dia malah berusaha membuat Aku menikah dengan Putri Mira. Aku sudah bersusah payah menceraikan Putri Rheina. Sekarang Aku malah harus menikahi Putri Mira. Ini sungguh tidak adil bagi Putri Rheina. Dan Alena pasti tidak akan menerima ini" Kata Nizam kepada Ali dan Fuad.     

"Tapi Yang Mulia. Mohon ampuni Hamba, Hamba sungguh tidak mengerti mengapa Yang Mulia memiliki pemikiran seperti ini setelah berteman dengan Pangeran Abbash?" Ali memijat keningnya. Ia menjadi sangat bingung mengapa Nizam seperti orang bodoh yang mengada - ngada keadaan.     

"Ayo kita kembali ke istanaku. Aku takut Alena dan Pangeran Abbash melakukan pertemuan bersama" Kata Nizam sambil melangkah dengan langkah gontai. Pangeran Abbash yang berkhianat, perselingkuhan ibunya, Kemarahan Alena dan ketakutan akan kematian ayahnya berputar - putar di dalam benaknya. Ini sungguh membuat dia menjadi pusing.     

Ali dan Fuad sampai tidak berani berjalan di belakang Nizam tetapi berada di sisinya karena takut Nizam terjatuh. Nizam sangat lesu dan tidak bersemangat. Mukanya gelap dan muram bagaikan kelamnya malam.     

Tetapi langkah Nizam terhenti ketika Ia melihat ada pengawal Ayahnya yang menghampirinya dengan tergesa - gesa. Begitu bertemu Nizam, Ia langsung membungkuk dengan hormat. Nizam menjadi berdiri dengan tegak dan merasa sangat tegang, " Ada apa dengan ayahanda?" Tanya Nizam dengan nada tajam.     

"Yang Mulia Ratu Zenita menyuruh hamba untuk segera meminta Yang Mulia Pangeran Nizam menghadapnya." Kata Pengawal itu sambil tetap menunduk karena Ia takut kena marah Nizam. Apalagi Ia melihat wajah Nizam yang semakin tegang.     

"Tapi ada apa? Mengapa Ibunda Ratu Zenita memanggilku" Nizam semakin gelisah.     

"Hamba tidak mengetahuinya karena perintahnya adalah hanya meminta memanggil Yang Mulia untuk menghadapnya" Kata Pengawal itu. Nizam semakin gelisah dan tanpa bertanya lagi Ia segera memutar tubuhnya menuju istana utama tempat kediaman Ayahnya.     

Langkah Nizam tadi begitu gontai sehingga kedua pengawalnya sampai berjaga di kiri dan kanan karena takut Nizam terjatuh tetapi sekarang Nizam berjalan seperti prajurit yang akan menyerang musuh. Gerakannya sangat cepat sehingga membuat Ali dan Fuad serta pengawal ayahnya sampai harus berlari untuk mengejarnya.      

Begitu sampai di istana Ayahnya tampak Ratu Zenita sedang panik di samping Ayahnya yang sedang di rawat oleh para dokter dan tabib. "Ibunda Ratu.." Nizam langsung memberikan salam dan mencium tangan Ratu Zenita. Ratu Zenita tidak menjawab, Ia hanya menunjuk Raja Walid dengan tangan bergetar, air matanya tampak mengalir dan mata yang membengkak menunjukkan kalau Ratu Zenita sudah lama menangis.     

"Ayahandamu dari kemarin semakin parah sakitnya. Ia seringkali mengigau memanggil Kakak Ratu Sabrina tetapi Kakak masih tidak kesini padahal Hamba sudah menitipkan pesan kepada para pelayan" Kata Ratu Zenita sambil menghapus kembali air matanya yang mengalir.     

Para dokter segera mundur ketika Nizam menghampiri ayahnya yang sedang tertidur dengan duduk di sisinya, Ia meraih tangan ayahnya yang terasa sangat panas. Wajah ayahnya tampak semakin kurus. Nizam sungguh tidak mengerti mengapa Ayahnya semakin lama semakin lemah padahal dokter begitu banyak di dalam istana.     

"Jelaskan kepadaku ! Apa yang terjadi?" Kata NIzam sambil mencium tangan ayahnya dengan lembut. Ayahnya yang selalu membelanya kalau Ia dimarahi oleh ibunya. Ayahnya yang selalu melindunginya ketika Ia terkena hukuman ibunya. Ayahnya yang mengizinkan dia sekolah ke Amerika, Ayahnya yang selalu membacakan dongeng sebelum tidur kepada Nizam dengan sembunyi - sembunyi sebelum ayahnya pergi ke istananya dan menyentuh istri - istrinya.      

Ayahnya begitu baik dan Nizam masih belum sanggup untuk kehilangan ayahnya yang begitu Ia cintai.     

"Jantungnya semakin lemah, hamba sudah berupaya untuk mengatasinya tetapi sungguh tidak ada satupun tindakan yang memperingan penyakit yang Mulia. Yang Mulia juga memiliki darah tinggi yang menyebab hati Yang Mulia harus dalam kondisi tenang.     

Ada beberapa kejadian yang membuat Yang Mulia Raja Walid semakin memburuk. Hamba juga tidak tahu apa penyebabnya? Beberapa hari ini Yang Mulia semakin lemah dan hanya bisa berbaring sambil mengigau. Raja Walid terlihat sangat merindukan istrinya karena Yang Mulia terus memanggil - manggil Yang Mulia Ratu Sabrina. Apakah bisa Yang Mulia Ratu Sabrina datang untuk menengok Yang Mulia baginda Al- Walid?     

Nizam terdiam dan Ia mulai mengusap kening ayahnya yang tampak banyak dengan kerutan. Tubuhnya yang lemah itu tampak menghela nafas berat.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.