CINTA SEORANG PANGERAN

Tajam ke Sini dan Tumpul ke Sana



Tajam ke Sini dan Tumpul ke Sana

0Nizam benar - benar ingin meledak rasanya ketika Perdana Menteri Salman memintanya untuk tenang, tetapi Ia sama sekali tidak berdaya karena Ibunda dan Dia memegang bukti kebersamaan mereka. Manusia rendahan yang tidak tahu malu. Nizam mencoba untuk duduk dengan tubuh kaku. Ia teringat hadis  yang menyuruh seseorang untuk duduk ketika dia marah dalam keadaan berdiri. Nizam juga mencoba untuk menenangkan dirinya.     
0

Di hadapan dia ada ibu yang telah mengandung dan melahirkannya. Seburuk apapun orang tua tetapi dia harus berlaku baik dan tidak menyakiti. Nizam hanya mengepalkan tangannya untuk menahan emosinya. Nizam kemudian melihat ibundanya ikut duduk di hadapannya sedangkan perdana menteri Salman tidak berani duduk.  Ia hanya berdiri di samping Ratu Sabrina dengan sikap hormat,     

Nizam melengos melihat perdana mentri Salman yang tampak sangat tenang. Seperti penjudi yang siap untuk menghadapi kemenangan karena kartu trufnya ada di tangan dia. Bukan main mendidihnya darah Nizam.     

Ratu Sabrina kemudian meminta air putih kepada asistennya Latifa yang sedari tadi berdiri tidak jauh darinya. Latifa segera mengambilkan sebuah teko gelas dengan gelasnya. Ia menuangkan air putih untuk Nizam dan Nizam memberikan isyarat kalau Ia tidak ingin minum.     

"Minumlah anakku. Ini akan meredakan emosimu" Kata Ratu Sabrina sambil mengambil gelas ditangan Latifa kemudian menyodorkannya kepada Nizam. Nizam mengerucutkan bibirnya dan kemudian berkata,     

"Ibunda mohon untuk tidak berbasa - basi. Ananda hanya ingin tahu kebenarannya. Jangan bermain - main dengan nyawa Ayahanda. Bukankah ibunda tahu kalau Ananda begitu bersusah payah membujuk Ibunda Ratu Zenita agar bersedia menemani Ayahanda" kata Nizam sedikit ketus, Ratu Sabrina segera menghela nafas berat, tetapi Ia tetap menyodorkan air minum kepada anaknnya.     

"Anakku jangan membuat Ibunda menjadi merasa bersalah atas dosa yang tidak ibunda perbuat" Kata Ratu Sabrina mendesah. Nizam hanya melengos sedikit. Ia tadinya ingin mengambil gelas itu lalu membantinya ke muka Perdana Mentri Salman. Betapa kebenciannya terhadap pria setengah tua yang berwajah tampan itu sudah sampai ke ubun - ubun.     

Bagaimana mungkin Ibunda tidak mengaku bersalah kalau di foto itu menunjukkan ada hubungan istimewa antara mereka berdua. Nizam memejamkan matanya membayangkan foto - foto pada tablet ibunya. Tablet itu memang sudah hancur berderai karena dibanting olehnya tetapi Nizam yakin kalau copy-annya  masih ada.     

Foto pada saat Ratu Sabrina sedang memberikan minum kepada Perdana Mentri Salman sambil tersenyum. Foto Perdana Menteri Salman yang sedang berjongkok membetulkan ujung gaun Ratu Sabrina yang terkena akar pohon ketika mereka sedang berjalan di taman istana. Foto ketika Ratu Sabrina akan terjatuh tetap dipegang tanganya oleh perdana menteri Salman.. dan banyak lagi adegan yang seharusnya tidak ada diantara dua orang yang terlibat sekedar formal.     

Foto - foto itu menunjukkan ada hubungan yang lebih dari sekedar ratu dan perdana menterinya. Walaupun bukan adegan senonoh tetapi foto itu sangat tidak pantas. Nizam membayangkan kalau ayahntya sampai melihat foto - foto ini. Ayahandanya mungkin tidak secerdas ibundanya tetapi bukan berarti dia bodoh. Ayahandanya adalah seorang raja dan Ia pasti sudah banyak belajar tentang segala sesuatu. Bukankah Ayahnya juga kuliah sampai Magister.     

Nizam mengambil gelas ditangan ibunya sambil tidak lupa mengucapkan terima kasih.l Nizam lalu meminumnya dan Ia merasakan dadanya yang terbakar sedikit sejuk karena siraman air putih yang menyegarkan. Emosinya seketika langsung stabil apalagi ketika Ia minum, Nizam mengucapkan Bismillah terlebih dahulu.     

Ratu Sabrina kemudian mengambil alih penjelasan yang akan diberikan oleh perdana mentri Salman karena Ia takut Nizam akan kembali emosi kalau melihat perdana menteri Salman hanya terdiam sedikit ketakutan. Menantunya ini kalau marah ternyata lebih mengerikan dari apapun. Nizam telah menyembunyikan amarahnya dihadapan Perdana Mentri Salman.     

"Ini bermula dari  kedatangan Pangeran Abbash. Ananda tidak memberitahukan kepala rumah tangga istana utama tentang kedatangannya ke Azura. Tetapi Ibunda diam karena Ibunda mengira kalau kalian adalah masalah yang harus diselesaikan Atau memang Pangeran Abbash ingin melihat adiknya yang sedang sakit,"      

Ratu Sabrina tadinya ingin berkata lagi tetapi Nizam mengangkat tangannya. Ketika seseorang mengangkat tangannya maka orang itu pasti akan berkata sesuatu sehingga Ratu Sabrina kemudian terdiam.     

"Dia tidak sakit Ibunda, Putri Mira sudah melakukan banyak kebohongan dan penipuan kepada kita. Ananda yakin, ibunda pasti sudah mengetahuinya" Kata Nizam sambil menatap ibunya dengan pandangan tajam. Ratu Sabrina tampak sedikit terdiam dan gerakan refleksnya adalah Ia melirik ke arah Perdana Menteri Salman. Tetapi  kali ini perdana menteri Salman tidak ingin memancing kemarahan Nizam lagi sehingga Ia tidak berani bicara sebelum disuruh oleh Ratu Sabrina atau Nizam. Ia hanya berani berdiri sambil menundukkan kepala.      

Perdana Menteri Salman tahu kalau Nizam tidak mungkin membunuhnya, setidaknya untuk saat ini karena Nizam pasti takut dengan kesehatan Ayahnya tetapi walaupun tidak membunuhnya Perdana Menteri Salman tetap ketakutan kalau Nizam akan memukulnya.  Makanya Ia tidak berani berbuat apapun lagi. Ratu Sabrina menarik nafas sebelum kemudian Ia menjawab perkataan Nizam     

"Iya Nak..." Kata Ratu Sabrina sambil menghela nafasnya yang terasa berat. Nizam mengerang dalam amarah. Suaranya tampak sangat menakutkan. Perdana Mentri Salman sampai menggigil. Ia adalah perdana Mentri Salman sudah lebih dari satu dekade. Dan Ia sudah pernah berhadapan dengan siapa saja. Ia sering berhadapan dengan orang yang sedang mengumbar amarah tetapi menghadapi Nizam selalu menjadi hal yang paling menakutkan.     

Menantunya itu sangat mengerikan. Dalam posisi tidak marahpun Nizam selalu memiliki karisma yang membuat orang tidak berani menengadahkan mukanya apalagi kalau sedang marah. Menghadapi Nizam yang sedang emosi seperti menghadapi singa yang sedang terluka.     

"Ibunda sungguh luar biasa, berani menyembunyikan hal yang begini besar dariku. Jika ini tidak menyangkut dengan hidupku, Aku tidak perduli tetapi yang sedang ibunda bicarakan adalah tentang wanita yang tidak tahu malu. Ibunda sungguh - sungguh keterlaluan saat ini.     

Ketika Ibunda mencambuk Alena dan putri Rheina hanya karena kesalahan kecil mereka, Ibunda begitu hebat dan tampak sangat tegas. Tetapi kali ini putri itu telah membohongi dan membuat resah semua orang, Ibunda diam saja. Ibunda ini sebenarnya orang seperti apa? tajam ke sini dan tumpul ke sana" Kata Nizam sambil menggertakan giginya. Dia menatap ibunya dalam - dalam dengan tatapan sangat tajam seakan sebilah pedang yang siap menembus jantung ibundanya.     

Nizam teramat sangat marah kepada ibunya yang membiarkan Putri Mira melakukan banyak kebohongan di dalam harem. Seharusnya dengan kebohongan seperti itu Putri Mira sudah dikeluarkan dari dalam harem dan sialnya Nizam tidak memiliki wewenang di dalam harem untuk memasukan dan mengeluarkan para putri di sana karena semua di atur oleh Ibundanya sebagai pemegang kendali di dalam harem.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.