CINTA SEORANG PANGERAN

Aku akan Menyentuhnya



Aku akan Menyentuhnya

0Alena masih terus menangis ketika tiba-tiba ada sosok tubuh menjulang berdiri tepat di depannya. Alena menengadahkan wajahnya. Melihat siapa yang berdiri di depannya Alena terkejut.     
0

"Ni..Nizam...A..aku" Alena menjadi gugup tapi Ia tidak merubah posisinya. Ia tetap memangku kepala Andre yang tubuhnya sudah mendingin.     

Nizam mengulurkan tangannya. "Bangunlah Alena. Biarkan nanti polisi yang mengurusnya. Doni sudah memanggil polisi" Kata Nizam sambil meraih tangan Alena dan menariknya agar berdiri. Alena meletakkan kepala Andre di lantai lantas Ia menghambur ke pelukan suaminya. Kemeja Nizam yang bewarna putih segera berubah warna menjadi merah karena darah.     

"Apa Kamu baik-baik saja?" Kata Nizam sambil mengusap kepala Alena.     

"Aku baik-baik saja. Andre menyelamatkan Aku dari Nendri. Kenapa Kamu datang terlambat?" Kata Alena sambil terisak.     

"Aku mengejar mu kerumah Andre dulu. Maafkanlah keterlambatanku. Andre memang layak untuk mati. Dan juga memang sudah selayaknya Ia menyelamatkan Kamu, Karena dia yang memancing Kamu untuk keluar" Kata Nizam sambil merenggangkan pelukannya. Alena menatap Nizam dengan pandangan tidak mengerti.     

Nizam lantas meraih tas Alena dan mengambil hpnya. Ia sedari tadi menduga-duga apa yang terjadi. Sekarang Ia mencoba memastikannya. Nizam membaca pesan yang ada di wa Alena dan memperlihatkannya pada Alena.     

"Coba lihat..Dia memancing mu dengan mengatasnamakan Sisca. Siapa lagi yang bisa berbuat seperti ini kalau bukan Andre. Karena Nendri tidak terlalu tahu tentang Sisca."     

"Nizam.. walaupun begitu tolong untuk tidak marah pada Andre, Dia sudah meninggal sekarang. Aku sangat sedih...Hu..hu.. hu" Alena malah menangis tersedu-sedu.     

"Aku tidak bisa marah terhadap mayat. Ayo kita keluar. Aku harap Kau hanya melakukan sekali ini. Keluar dari rumah tanpa Izin" Nizam sedikit kesal. Ia menarik tangan Alena mengajaknya keluar.     

"Nizam mengapa Kamu begitu tega. Tidakkah kau melihat Andre dulu?"     

"Aku tidak menyukai orang itu, baik hidup maupun sesudah mati" Suara Nizam begitu dingin.     

"Kenapa Kau bicara seperti itu" Alena menarik tangannya dari genggaman tangan Nizam.     

"Dia sudah banyak mencelakai orang. Alloh sudah menetapkan takdirnya. Kau tidak usah menyesalinya. Satu kali kematian sebenarnya tidak cukup untuk menebus semua dosa-dosanya" Nizam tetap tidak perduli.     

Alena menatap mayat Andre lalu berbisik sebelum melangkah pergi "Semoga Tuhan mengampuni semua dosa-dosa mu. Aku memaafkan semua kesalahanmu kepadaku"     

Tidak lama kemudian Polisi datang ke tempat ini. Dan bertanya banyak hal pada Nizam, Alena dan semua orang yang ada ditempat ini.     

Anak buah Nendri tidak ada yang selamat sedangkan anak buah Andre masih utuh. Mereka lantas digelandang ke kantor polisi atas tuduhan penculikan. Mayat-mayat segera dimasukkan ke dalam kantong Jenazah dan dibawa oleh ambulans. Nizam diharapkan untuk pergi ke kantor polisi untuk memberikan keterangan.     

Nizam menuntun Alena masuk ke dalam mobil. Arani segera mengikutinya. melihat Alena penuh dengan darah. Arani menyodorkan tisu basah. Dan Nizam mengambilnya beberapa lembar lalu dengan penuh kasih sayang Ia melap wajah dan tangan Alena yang penuh dengan darah. Dari mulai wajah sampai leher dan tangan.     

Sopir curi-curi pandang kejadian yang romantis ini. Sebagai orang biasa mana pernah Ia melihat Pangeran dan orang Indonesia bermesraan. Apalagi di Indonesia memang orang jarang memperlihatkan kemesraan yang suka dianggap tabu.     

"Apa Nendri menyakitimu?" Tanya Nizam dengan hati-hati. Alena menatap Nizam dengan wajah memelas. Ia mengira Suaminya sedang bertanya secara halus apakah Nendri berhasil menyentuhnya atau tidak.     

"Apa Kau takut kalau Ia sudah menyentuhku? Apa yang akan kau lakukan kalau Ia sudah menyentuh ku dan Aku tidak suci lagi. Apakah kau akan meninggalkan aku?"     

Nizam terkejut dengan kata-kata Alena.     

"Mengapa Kau berkata demikian?" Nizam terheran-heran melihat tingkah Alena yang malah menyudutkannya dengan pertanyaan seperti itu.     

"Aku cape, lelah dan takut. Aku tidak mengira Andre akan mengorbankan nyawanya untuk diriku. Aku sangat menghargai saat Ia mengorbankan nyawanya untuk diriku. Kau malah bertanya tentang Nendri bukannya bertanya bagaimana Andre menyelamatkan ku? " Alena merajuk. Matanya mulai berkaca-kaca kembali.     

Nizam menghela nafas. Ia lalu menarik Alena untuk duduk dipangkuannya. Nizam tidak mau bertanya tentang Andre karena Ia kesal Andre sudah mendorong Alena ke dalam situasi yang membahayakan Alena. Bagi Nizam pengorbanan Andre adalah hal yang wajar Karena memang Kalau Andre tidak mati ditangan Nendri maka Ia bersumpah akan membunuh nya dengan tangan Nizam sendiri.     

Arani Melihat dari kaca spion bagaimana Nizam mendudukkan Alena dipangkuannya. Ia sudah menduga apa yang akan terjadi. Apalagi kemudian Nizam menundukkan kepalanya dan mulai mencium Alena. Karena mobil yang digunakan adalah mobil biasa maka Arani tidak bisa menaikkan penyekat antara tempat duduk belakang dan depan. Karena memang mobil tidak memiliki penyekat.     

Akhirnya Arani dan sopir cuma pura-pura tidak mendengar dan melihat kejadian apapun dibelakang. dan diam-diam mereka berdoa semoga tidak ada pertunjukan live show dibelakang sana.     

Alena merasakan tubuhnya sedikit rileks ketika Nizam menjulurkan lidahnya dan mulai menciumnya penuh dengan perasaan. Ia seakan menenangkan hati Alena yang gundah. Dan setelah dirasakan tubuh Alena menjadi lebih tenang. Nizam melepaskan ciumannya.     

"Aku tidak terlalu memperdulikan kesucianmu. Bagiku Kau akan tetap suci hanya saja Aku begitu khawatir si bajingan Nendri itu menyakitimu. Alena berjanjilah!!! Kau tidak akan pernah lagi keluar rumah tanpa seijin ku. Hari ini Kau membuat Aku ketakutan setengah mati. Di Indonesia membuat Aku tidak tenang. Aku tidak bisa bergerak dengan leluasa. Mari kita segera pulang ke Azura." Kata Nizam sambil mengecup leher Alena. Tangannya membelai perut Alena yang mulai membukit sedikit.     

Alena memegang kepala Nizam yang bersandar didadanya. Padahal pakaian Alena penuh dengan darah Andre. Tetapi Nizam seakan tidak perduli     

"Apa kau akan memberikan ku rasa aman di Azura nanti?" Alena tiba-tiba bertanya persoalan yang akan mengganggunya.     

"Apa Kau takut Putri Reina akan menyakitimu?" Nizam langsung mengetahui isi hati Alena.     

Alena mengangguk. "Ya... karena Aku sangat yakin Ia tidak akan senang dengan kehamilan ku. Tapi kenapa Putri Reina belum hamil? Bukankah harusnya Ia hamil terlebih dahulu dibandingkan Aku. Pernikahan ku dengan nya bedanya hampir setahun kalau tidak salah " Alena heran dengan Putri Reina yang belum hamil juga. Padahal kan nikahnya duluan Putri Reina dibandingkan dengan dirinya.     

Nizam tersenyum, Alena tidak tahu apa yang sebenarnya sedang terjadi. Nizam lalu berbisik ditelinga Alena dengan lembut.     

"Karena dia sampai sekarang belum pernah Aku sentuh."     

Alena terkejut. Ia memegang bahu Nizam dan mendorongnya dari tubuh Alena.     

"Apa yang Kau katakan itu?"     

"Aku belum pernah menyentuh nya. Ia masih suci sampai sekarang"     

"Ya Tuhan..Nizam. Kau tahu itu berdosa. Kau mengabaikan kewajibanmu" Alena terkaget-kaget. Selama ini Ia menganggap bahwa Nizam dan Putri Reina sudah melakukan hubungan suami isteri. Walaupun tidak sering karena memang Nizam lebih sering bersamanya daripada dengan putri Reina.     

Nizam menatap Alena sambil menyeringai.     

"Jadi Kau ingin Aku menyentuh Reina?..Hmmm.. Baiklah sepulang dari Indonesia. Di Azura aku akan menyentuhnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.