CINTA SEORANG PANGERAN

Aku Ingin Pakaian Sari itu.



Aku Ingin Pakaian Sari itu.

0Zarina terbelalak ketika Nizam dan Alena masuk ke dalam restorannya. Dengan gemetar tangannya Ia tangkupkan di dada, " Yang Mulia selamat datang," Katanya sambil gugup. Tahulah Ia bahwa pria ini adalah Pangeran Putra Mahkota Yang Mulia Nizam. Ia pernah melihatnya sekali pada saat ada kerjasama antara negaranya dan negara Azura mengenai pendirian hotel Gardenia di Bombay. Beberapa foto memperlihatkan Nizam saat mengenakan pakaian resmi kerajaan Azura dengan wajah yang tidak jelas. Tidak ada foto Nizam yang sedang sendiri apalagi foto close up.     
0

Nizam tersenyum sambil menganggukan kepalanya, " Hallo, Kata Ali, Anda pemilik restoran ini?"     

"Be..benar Yang Mulia suatu keberkahan bagi kami ada Pangeran yang datang berkunjung ke sini. Apakah Anda kakaknya Pangeran Thalal??"     

"Ya..benar" Nizam menjawab dengan sopan.     

"Kalau begitu Anda pasti Yang Mulia Nizam dan ini adalah istri Yang Mulia, Putri Alena dari Indonesia? Yang Mulia Anda sangat cantik" Kata Zarina sambil terkagum-kagum pada Alena     

" Terima kasih Nona Zarina. Dan Anda juga sangat cantik mirip artis Kajol" Kata Alena sambil tersenyum lucu.     

"Ali pantas saja Kau dari tadi bertingkah aneh, rupanya pemilik Restorannya sangat cantik" Kata Alena sambil melirik Ali. Ali yang sedari tadi memperhatikan Zarina langsung terperanjat kaget.     

"I..iya Yang Mulia??" Kata Ali sambil tersipu-sipu ketahuan melihat wajah Zarina sedari tadi.     

"Hmmm..ada yang lagi jatuh hati nih," Kata Alena sambil tertawa kecil. Wajah Ali langsung merah padam digoda oleh majikannya. Zarina hanya memandang tidak mengerti.     

Nizam melirik penjaganya sambil mengangkat alis. Betul prediksi istrinya, Ali sedang salah tingkah. Parah sekali. Fuad jadi ikut-ikutan memperhatikan sahabatnya itu. Ia lalu menggelengkan kepalanya kesal.     

"Silahkan tunjukkan ruangan yang sudah saya pesan tadi, " Kata Fuad sambil memberikan jalan kepada Zarina untuk pergi ke ruangan privat yang sudah di pesan. Zarina menganggukan kepalanya sambil segera berjalan mendahului mereka. Alena memegang tangan kekar Nizam. Tangan itu begitu berotot membuat lengan Alena bagaikan sutra yang terdampar di atas batu. Mata Alena melihat-lihat suasana khas India dimana-mana. Mulai dari lukisan-lukisan Ramayana disepanjang dinding dari ujung ke ujung membuat Alena merasa sedang berada dinegri pewayangan.     

Ketika mereka melintasi sebuah ruangan ALena melihat ada beberapa boneka meneqin yang mengenakan pakaian sari India. Langkah Alena lalu berhenti sehingga Nizam ikut berhenti. " Ada apa Sayang??" Tanya Nizam sambil melihat ke wajah Alena.     

"Nizam, lihat baju sari itu." Kata Alena dengan wajah sedih. Ia lalu melihat ke bajunya sendiri yang begitu kucel, dekil bahkan bawahnya ada yang robek. Kotor dan berdebu.     

Nizam melihat ke arah baju sari itu, Baju itu berwarna merah terang sangat mencolok. Bordiran keemasan memenuhi pakaian itu di bagian dada dan roknya. Selendangnya terpasang di pundak boneka itu penuh dengan bordiran juga.     

Nizam lalu melihat ke arah istrinya. Wajah Alena tampak sedih dengan mata berkaca-kaca persis seperti anak kecil yang sedang melihat sebuah mainan yang sangat mahal. " Sayang, apa Kau mau memakainya?" Tanya Nizam. Alena menganggukkan kepalanya berkali-kali.     

"Nona Zarina!!" Nizam memanggil Zarina. Zarina yang dari tadi ikut berhenti karena Nizam dan Alena malah berhenti, menjawab, " Iya Yang Mulia" Kata Zarina.     

"Apakah Kau menjual pakaian itu??" Nizam menunjukkan pakaian yang terpanjang dalam ruangan kaca.     

" Pakaian itu adalah salah satu koleksi kami, memang kami jual. Sudah lama terpajang tetapi belum terjual karena memang harganya sangat mahal. Dibuat menggunakan tangan selama dua bulan. Penuh dengan bordiran. Penuh dengan manik-manik mahal dan bertaburkan mutiara asli." Zarina terus mengoceh sambil kemudian Ia meminta kunci ruangan pada pegawainya. Mata Alena tampak berbinar-binar kalau tidak sedang hamil Ia mungkin akan melonjak-lonjak.     

Begitu pintu dibuka Alena langsung menghambur ke dalam. Ia lalu berdiri di depan lemari kacanya. Zarina membuka lemari kaca dan menarik manaqinnya keluar. Pakaiannya itu benar-benar sangat mewah. Alena lalu memegangnya.     

"Untuk siapakah pakaian ini Yang Mulia. Memangnya siapa yang akan menikah?" Tanya Zarina.     

"Ini untukku, Aku ingin memakainya sendiri??" Kata Alena. Mata Zarina terbelalak lebar.     

" Yang Mulia ini adalah gaun pengantin." Kata Zarina sambil tersenyum. Nizam yang ada disamping Alena ikut tersenyum. Tetapi Senyumnya langsung menghilang ketika melihat Wajah Alena cemberut tingkat dewa bahkan matanya berkaca-kaca. Lalu tanpa bisa dicegah Alena menangis terisak-isak. Nizam langsung memeluknya lalu membujuknya.     

" Sayang, jangan menangis, coba lihat masih banyak baju sari lainnya. Lagipula kamu dalam keadaan hamil. Memangnya pakaian itu cukup untuk mu? Kau harus mencari pakaian yang cukup." Kata Nizam sambil mengelus kepala Alena.     

Bukan Nizam kalau mulutnya tidak beracun. Sekali dia bicara sepintar apapun orang itu biasanya akan langsung paham dengan pemaparannya. Kata-kata Nizam kalau tidak berlogika maka akan penuh rayuan dan bujukan dan kalau masih tidak mempan maka akan ditambah dengan ancaman terselubung.     

Tangisan Alena langsung berhenti, Ia tengadah sambil menatap suaminya. Lalu Ia tertawa sendiri. "He..he..he..Aku lupa, kalau Aku sedang hamil. Pakaian ini memiliki ukuran pinggang yang kecil. Nona Zarina apakah Kau memiliki pakaian dengan ukuran all size. Sehingga Aku bisa memakainya??"     

"Tentu Yang Mulia. Ini adalah sari terbaru kami, berwarna merah muda sama cantiknya dengan pakaian pengantin ini. Pakaian ini All size dan bisa digunakan untuk wanita yang sedang hamil. Karena pemakaiannya dililitkan, hanya saja sedikit terbuka di bagian punggung" Kata Zarani.     

Nizam langsung menggelengkan kepalanya, " Alena... You know the rule" Kata Nizam sambil menatap Alena.     

"Ya..ya..Aku tahu, Aku tahu tidak usah khawatir. Nona Zarani apakah ada kaos tangan panjang yang bisa menutupi bagian tubuh yang terbuka."     

"Ya ada, Karena memang konsep restoran kami adalah menikmati budaya India dari makan, pakaian sampai aksesoris. Mari Yang Mulia Kita akan mengambil semua yang dibutuhkan"     

"Nizam..Kau makan duluan, Aku ingin memilih asesoris pakaian dulu" Kata Alena sambil menyuruh Nizam pergi. Nizam menggelengkan kepalanya sambil melipat tangan didadanya Ia lalu bersender ke dinding ruangan. " Ambillah waktu untuk memilih asesoris sebanyak yang Kau butuhkan. Tapi jangan harap aku akan meninggalkanmu." Kata Nizam datar.     

Alena dan Zarina berpandangan mata. Zarina sendiri berkata dalam hatinya bagaimana bisa Putra Mahkota ini begitu sayang bahkan begitu protektif terhadap salah satu istri seperti ini. Setahu Zarina para pangeran Azura biasanya memiliki istri lebih dari satu. Apalagi Nizam seorang putra mahkota Ia pasti memiliki istri satu harem. Sementara itu Alena tidak berani berkata apapun lagi. Peristiwa Ia diculik dua kali membuat Ia tidak berani membantah kata-kata Nizam.     

Akhirnya setelah beberapa lama, Alena memiliki pakaian sari India lengkap dengan asesorisnya bahkan pakaian dalam.     

"Bolehkah Aku menumpang mandi di sini?" Tanya Alena ke Zarina.     

"Tentu Yang Mulia. Ada kamar mandi milikku pribadi yang tidak pernah dipakai oleh yang lain. Mari silahkan ke ruangan saya. Kelihatannya Yang Mulia memang sedikit berdebu. Apakah Yang Mulia habis melakukan perjalanan jauh?" tanya Zarina.     

"Iya..jauh, jauh sekali, bahkan nyawa sendiri hampir melayang" Kata Alena acuh tak acuh membuat Zarina ternganga keheranan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.