CINTA SEORANG PANGERAN

Konferensi Pers (10)



Konferensi Pers (10)

0Jonathan memajukan kaki kanannya dan memundurkan kaki kirinya. Kedua tangannya berada di depan. Posisinya menunggu di serang sambil menanti Pangeran Abbash bangun dari jatuhnya. Jonathan tidak ingin menyeran terlebih dahulu karena memang pada dasarnya Ia tidak suka berkelahi.     
0

Betapa tampannya Pangeran Abbash ketika Ia bangkit dari jatuhnya. Tubuhnya yang tinggi itu lalu berdiri dengan indah. Matanya terbeliak menatap Jonathan yang sedang memasang kuda-kuda, yaitu posisi awal mau bertahan atau menyerang. Walaupun Pangeran Abbash terkejut dan terbelalak kaget tetapi dengan segera Ia dapat menguasai dirinya. Ia hanya kaget tidak menyangka kalau Jonathan bisa ilmu beladiri.     

Pangeran Abbash menyipitkan matanya yang indah. Lalu Kepalanya dipatahkan ke kiri dan kekanan seperti gerakan pemanasan saat akan berolah raga. Matanya dan mata Jonathan saling berpandangan dengan sengit. Jonathan menatap dengan penuh kebencian. Tetapi Pangeran Abbash malah balas menatap dengan penuh ejekan. Bibirnya melengkung mencibir.     

"Luar biasa.. Jonathan. Aku suka..Aku suka.. Ternyata Kau bisa ilmu beladiri. Kau akan mati dengan terhormat. Kau mati akan mati sebagai pria sejati." Kata Pangeran Abbash sambil tersenyum manis.     

"Aku adalah seorang atlit, Aku berlatih hampir setiap hari. Aku juga mempelajari ilmu taekwondo bertahun-tahun. Aku pikir Aku tidak akan pernah menggunakannya karena Aku tidak suka berkelahi. Sekarang adalah saatnya Aku menggunakan ilmuku. Untuk Alena Aku akan melawanmu mati-matian. Lalu Aku akan pergi ke tempat Nizam dan berbicara bahwa Aku tidak pernah menyentuh Alena sedikitpun."     

"Kau jangan bermimpi, Tidak ada yang bisa menang melawanku, Kau hanyalah seorang atlit yang berlatih taekwondo untuk mengisi waktu senggang. Sedangkan Aku berlatih sejak aku balita. Aku berlatih untuk membunuh musuh, Lagipula Aku mempelajari ilmu Ninja bertahun-tahun di Jepang langsung. Saat ini Aku tidak pernah terkalahkan" Kata Pangeran Abbash sambil kemudian meloncat ke depan Pukulannya mengarah ke wajah Jonathan.     

Tetapi Jonathan memiringkan mukanya sehingga pukulan Pangeran Abbash mendapatkan udara kosong. Jonathan lalu menggerakan tangan kanannya mengarahkan pukulan ke ulu hati Pangeran Abbash. Pangeran Abbash menyeringai Ia menangkis tangan Jonathan lalu menekuk kakinya kemudian merentangkan kaki kanannya mensliding kaki Jonathan. Tanpa ampun tubuh Jonathan langsung terjengkang ke belakang.     

Begitu tubuh Jonathan terjatuh, Pangeran Abbash langsung meloncat bangun dan menjejakkan kakinya ke dada Jonathan. Jonathan langsung muntah darah. Darah terpercik membasahi celana Pangeran Abbash. Pangeran Abbash langsung meloncat jauh dengan penuh rasa jijik.     

Melihat Pangeran Abbash menjauh, Jonathan segera bangkit lagi walaupun gerakannya terhuyung-huyung, tangannya yang sebelah memegang dadanya yang terasa sangat sakit. Jonathan lalu menerjang kembali tetapi memang Ia bukan tandingan Pangeran Abbash. Hanya beberapa pukulan dan tendangan Jonathan sudah terkapar tidak berdaya. Mukanya babak belur dengan mulut penuh muntahan darah.     

Aku tidak boleh mati sebelum Aku mengatakan yang sebenarnya pada Nizam.. Jonathan membatin dalam hati sambil menerima pukulan yang bertubi-tubi. Rasa sakit, nyeri dan perih mendera seluruh tubuhnya. Tetapi Jonathan tidak mampu untuk bangkit lagi. Ia menutup matanya dan mengeratkan giginya sambil menerima hujaman pukulan dan tendangan dari Pangeran Abbash.     

"Aku belum pernah bertemu putri Alena secara langsung. Tetapi Aku sudah mencintainya sampai ke dalam urat nadiku. Dan Aku bersumpah siapapun pria yang mencintai Alena harus mati di tanganku. Aku tidak suka kalau Aku memilki pesaing dalam cinta. Ini adalah cinta pertamaku dan Kau pria pertama yang akan mati di tanganku karena mencintai wanita yang sama. Dan terakhir Aku akan membunuh Nizam. Aku akan membunuhnya Baik dengan terang-terangan ataupun dengan cara licik. Karena pada dasarnya Aku bukanlah orang yang baik" Katanya sambil mengusap bibirnya dengan menggunakan punggung tangannya.     

Pangeran Abbash mengeluarkan sebuah jarum dari balik kerah pakaiannya. " Aku tidak akan menggunakan senjata yang bisa menjadi barang bukti, Kau akan mati karena jarumku. Kau akan mati seperti terkena serangan jantung" Kata Pangeran Abbash ke arah Jonathan yang sudah terkapar tidak berdaya. Dadanya turun naik dengan lemah.     

Mungkin benar kata Pangeran Abbash yang di depannya itu sekarang Ia akan mati. Ia akan berjumpa dengan ayah dan ibunya. Jonathan merasakan air matanya keluar meleleh membasahi ujung matanya. Hatinya terasa sangat pedih melebihi kepedihan luka di tubuhnya. Ia menangis bukan karena akan mati. Ia menangis karena menyesali kematiannya disaat hidupnya lebih dibutuhkan untuk menolong Alena. Dengan kematiannya Ia tidak dapat berbicara kepada Nizam bahwa Ia tidak memiliki hubungan apapun dengan Alena.     

Jonathan memalingkan wajahnya dengan lemah. Bibirnya bergetar menyebut nama Alena. Jonathan seakan melihat wajah Alena yang tersenyum padanya dengan tulus. Ia mengingat bagaimana manisnya Alena kalau sedang tersenyum dan tersipu-sipu malu. Ia seakan melihat Alena yang memakai rok pendek itu berjalan dengan gemulai.     

Ia melihat Alena yang sedang menonton pertandingan basketnya. Ia seakan melihat Alena yang tercengang melihat dadanya yang bertato namanya. " Alena..mungkin cintamu akan ku bawa mati..Aku mencintaimu dari lubuk hatiku yang terdalam. Hiduplah berbahagia dengan Nizam. Maafkan Aku tidak bisa menolongmu... Semoga berkat Tuhan menyertaimu" Bisik Jonathan dengan tangan gemetar. Jonathan lalu membuka matanya     

Jonathan melihat wajah Pangeran Abbash. Wajah putih dan sangat tampan itu sekarang tidak terlihat manis lagi. Wajah itu sekarang sedang menunjukkan sisi kejamnya. Matanya menatap tajam, mulutnya bergerak sinis. Tangannya yang sudah telanjang tanpa sarung tangan karena memang akan meluncurkan senjata jarumnya, terangkat dan sudah bersiap akan meluncurkan jarum itu ke dada bidang Jonathan. Jonathan tidak mengerti Pangeran Abbash akan melakukan apa. Tetapi kemudian gerakan Pangeran Abbash terhenti melihat air mata meleleh membasahi pipi Jonathan.     

Pangeran Abbash tertawa, " Kau menangisi kematianmu sendiri. Jangan takut, Aku akan mempercepat kematianmu agar kau tidak terlalu menderita"     

Lalu Ia kembali mengangkat tangannya , Mata Jonathan terpejam rapat.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.