CINTA SEORANG PANGERAN

Kalau Alena meninggalkan Nizam, Apakah Kau akan mendekatinya lagi?



Kalau Alena meninggalkan Nizam, Apakah Kau akan mendekatinya lagi?

0Jonathan melihat Edward yang mulai kesal, Ia lalu berkata perlahan.      
0

"Ini tentang Alena." Kata Jonathan.     

Mata Edward langsung terbelalak lebar,     

"Ada apa dengan dia? " Kata Edward sambil menatap tajam ke wajah Jonathan.     

Edward memang sudah mengubur dalam-dalam rasa cintanya kepada Alena tetapi bukan berarti dia tidak perduli apapun tentang Alena. Sama seperti halnya Jonathan, dilubuk hati mereka yang terdalam. Sosok Alena akan ada dihati mereka kekal selamanya.     

Sebelum berbicara Jonathan meneguk minumannya dulu untuk mengumpulkan keberanian.     

Ia tahu kalau Edward lebih agresif darinya dalam mencintai Alena. Edward memiliki keberanian lebih dibandingkan dengan dirinya yang memang terkadang merasa minder. Apalah dirinya ini yang hanya atlit basket biasa yang tidak memiliki ayah dan ibu. Sedangkan Edward adalah anak tunggal seorang senator yang memang sudah kaya dari zaman nenek moyangnya.      

" Edward, apa kau tahu kalau Nizam adalah orang yang posesif? " Jonathan malah  bertanya terlebih dahulu.     

Edward Yang sedang mengangkat gelas langsung terdiam dengan tangan tergantung. Tiba - tiba Edward merasa gugup sehingga tangannya menjadi gemetar. Tentu saja Ia tahu sifat Nizam yang ini. Sikap Nizam yang sangat menyebalkan dan mampu membuat semua sifat baiknya jadi tertutup karena hal ini.     

Bukankah yang banyak dikenang orang itu adalah sifat buruk dibandingkan sifat baik. Sebanyak apapun sifat baik seseorang akan selalu kalah dengan satu sifat buruk orang itu. Ketika seseorang melakukan suatu kesalahan maka seluruh perbuatan baiknya akan hancur.     

Ibarat peribahasa karena nilai setitik rusak susu sebelanga. Karena hanya sebuah tomat busuk maka tomat busuk itu akan merusak tomat satu peti.     

"Aku tahu. Dia biasanya suka gila karena itu. Aku pernah dipukulinya ketika dia cemburu padaku. Dan  kata Cynthia Ia juga pernah hampir membuat Alena kehilangan bayinya karena lagi - lagi Nizam sangat cemburu kepadaku. Sekarang Aku kan tidak ada di sekitar mereka, Siapa lagi yang Ia cemburui. Atau Ia cemburu kepadamu ?" Kata Edward dengan muram.     

Jonathan tertawa lirih, sambil kembali minum. " Aku bukanlah seseorang yang bisa Nizam cemburui. Nizam itu sangat pintar bahkan mungkin jenius. Logikanya berjalan dengan sempurna. Tetapi mengapa dia melakukan hal yang sangat bodoh dan diluar nalar kita sebagai manusia biasa ?" Kata Jonathan.      

Edward mengangkat gelasnya dan memutar - mutarnya mengaduk wine-nya agar aromanya tercium. Ketika Ia mengangkat gelas itu dan menyentuhkan bibir gelas ke bibirnya. Jonathan berkata lagi.     

"Teganya Dia mencambuk Alena karena cemburu pada Pangeran Abbash. Kau tahu jeritan Alena seakan - akan selalu terngiang - ngiang di telingaku." Kata Jonathan mengagetkan Edward yang sedang meminum minumannya. Gelas ditangan Edward lansung meluncur jatuh.     

" Prang!!!.. " Terdengar suara gelas pecah berderai menghantam lantai. Jonathan terkejut dan berdiri menghindari pecahan kaca dan cipratan wine yang mengenai kakinya, " Oh Shit!! Apakah Yang telah kau lakukan " Kata Jonathan sambil melihat muka Edward yang tampak pucat pasi.      

Berita yang didengarnya dari Jonathan seperti sebuah lelucon yang tidak lucu. "Kau tidak main - mainkah dengan kata - katamu? " Kata Edward sambil berdiri dengan tegang. Ia mau minum minumannya tetapi kemudian gelas itu langsung melucur jatuh dari tangannya mendengar kata - kata Jonathan.     

"Aku tidak bercanda, Dia mencambuki Alena bagaikan mencambuk binatang dan Alena menjerit - jerit kesakitan. Aku sangat kasihan dan ingin mendobrak kamarnya untuk menyelamatkan Alena tetapi istri ku menghalangiku. Aku seperti gila sendiri. Ya Tuhan, Edward. Betapa ini sangat menyakitkan membayangkan Alena yang begitu polos dicambuk. "     

Tubuh Edward tampak mengigil mukanya kelam, " La...lu apa yang terjadi?" Kata Edward.     

Jonathan menutup wajahnya dengan kedua tangannya. "Sepertinya Dia juga memperkosa Alena..." Suara Jonathan semakin lirih. Teriakan Alena yang kesakitan bercampur dengan desahan nafas Nizam yang tersendat-sendat membuat siapapun tahu apa yang sebenarnya terjadi di dalam.     

Jonathan tidak bisa membayangkan bagaimana sakitnya Alena menghadapi amarah suaminya sendiri.     

Edward benar - benar menjadi geram. Kedua tangannya mengepal dan Ia sudah langsung merasa gatal ingin menghajar Nizam.     

"Aku pikir setelah punya anak Ia akan berubah menjadi lebih bersabar. Tapi nyatanya dia malah semakin gila. Dia dan orang-orang dikerajaan Azura itu terus menerus menyakiti Alena. Aku tidak bisa tinggal diam. Aku harus bertindak.." kata Edward dengan buas. Ia lalu berdiri dan akan melangkah ketika Jonathan menarik tangannya hingga kemudian Edward hampir terjatuh.      

"Apa Kamu? Apa ? Kau juga sama saja dengan Nizam. Teganya kau membiarkan dia menyiksa Alena. Harusnya kau segera menerjang masuk dan mengambil Alena. Tapi kau malah mengikuti istrimu itu. Orang Azura itu benar - benar keterlaluan. Teganya mereka menyiksa Alenaku.. Alena.." Edward tiba - tiba menutup mukanya dan mulai menangis.     

Jonathan menatap Edward dengan bibir mencibir. " Istri sedang hamil besar masih saja memikirkan wanita lain. Luar biasa Kau..  Kalau Aku jadi Lila sudah kupotong satu telingamu. Kau dan Nizam sama saja tukang menyiksa istri sendiri " Kata Jonathan sambil mengambil lagi botol minumannya lalu menuangkan ke dalam gelas dan kembali meminumnya.     

Mendengar kata - kata Jonathan Edward menjadi emosi. "Lalu kau sendiri ? Mengapa masih memperdulikan Alena ? Bukankah kau baru saja menikah dengan Arani. Kau harusnya berlindung di ketiak istrimu dan bukannya malah mabuk - mabukkan disini mengangisi Alena" Edward tidak kalah sewotnya.     

Sekarang justru Jonathan yang menjadi emosi mendengar kata - kata Edward hingga akhirnya Ia tidak menahan emosi dan langsung memukul rahang Edward. Edward terhuyung ke belakang tapi Ia tidak mau kalah. Ia langsung menerjang Jonathan hingga jatuh ke belakang dan mereka lalu langsung bergelut saling memukul dan menendang sampai kemudian penjaga keamanan cafe itu datang dan menenangkan mereka.     

Penjaga kafe itu segera mengenali Edward dan Jonathan mereka berdua memang langganan di cafe eksklusif. Mereka segera dibawa ke ruangan tertutup dan tetap memperlakukan mereka dengan hormat. Jonathan menghapus darah di bibirnya demikian juga Edward, Ia menerima tisu yang disodorkan pelayan cafe untuk menutup hidungnya yang berdarah.     

" Saya harap Tuan - tuan berdua dapat menyelesaikan persalahan anda dengan damai. " kata seorang laki - laki berbicara dengan sopan bahkan sambil membungkukkan badannya. Dia adalah manajer utama yang mengelola cafe. Dia mengenal Edward sebagai penyanyi dan anak dari senator. Wajah setampan dengan kekayaan yang tidak diragukan lagi saking banyaknya membuat wajah Edward mudah dikenali.     

"Maafkan Kami. Kami hanya lepas kendali sedikit " Kata Edward sambil menengadahkan mukanya agar darah tidak mengalir lagi.     

"Benar ...benar. Tadi kami terbawa minuman jadi sedikit kalap. Tetapi kami berjanji itu tidak akan terjadi lagi. Kami meminta maaf atas semua yang terjadi dan Aku pribadi bersedia mengganti semua kerugian yang terjadi " Kata Jonathan dengan sopan.     

Manajer itu tersenyum, " Tidak perlu tuan - tuan. Kami cukup senang melihat Anda dapat berbincang dengan hangat dan akrab kembali. Bagaimanakah ? Apakah Tuan - tuan berkenan dengan ruangan ini. Kami akan segera mengantarkan minuman yang kadar alkoholnya lebih ringan sehingga Anda berdua dapat tetap mengobrol dengan hangat tetapi tidak sampai lepas kendali ' kata  Manajer itu hati - hati.     

"Baiklah, bawakan kami dua gelas margarita " kata Edward sambil duduk dan mengusap pelipisnya yang benjol.     

'Maafkan Aku, Edward. Aku tidak bermaksud memukulmu " Kata Jonathan sambil ikut duduk.     

"Tidak apa - apa. Maaf Aku juga terbawa emosi. Jadi sekarang tolong ceritakan apa maksudmu dengan memanggilku. Karena kalau hanya sekedar bergosip tentang Alena rasanya tidak mungkin " Kata Edward sambil duduk bersandar di sofa. Ia sudah agak tenang dan tidak sekalap tadi.     

Jonathan menganggukan kepalanya, Ia lalu berkata.     

"Alena sangat terguncang hingga sampai hari ini dia belum siuman dari pingsannya, " Jonathan terdiam dulu saat melihat wajah Edward yang sudah mulai tenang kini menjadi tegang kembali.     

"Please Edward !! Jangan dulu emosi. Aku mohon dengarkanlah Aku dahulu " Kata Jonathan. Edward mendengus seakan tidak sabar.     

"Karena perlakuan Nizam kali ini sangat keterlaluan. Aku hanya takut kalau Alena berniat untuk meninggalkan Nizam " Kata Jonathan lagi     

"Takut ?? Mengapa harus takut. Laki - laki yang suka menyiksa istrinya adalah laki - laki pengecut. Hidup dengan laki - laki seperti itu adalah memalukan. Aku lebih suka Alena pergi meninggalkan Nizam" Kata Edward dengan semangat.     

Jonathan malah mengerutkan keningnya, " Tentunya setelah Alena meninggalkan Nizam, Kau tidak berniat untuk kembali mencoba mendekati Alenakan ?? " Kata Jonathan sambil membayangkan Edward akan kembali mendekati Alena dan meninggalkan Lila.     

Mendengar kata - kata Jonathan, Edward malah tesedak.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.