CINTA SEORANG PANGERAN

Adopsilah anak itu



Adopsilah anak itu

0Nizam dan Alena sudah bersiap di dalam mobil. Tampak Alena masih mengantuk. Ia duduk menyender dengan malas di kursi belakang. Matanya terpejam dan Ia menguap berkali-kali. Sementara itu Nizam hanya memeluknya dengan sebelah tangannya. Mata Nizam keluar jendela menikmati kemacetan yang sedang terjadi.     
0

Arani melirik ke arah Alena. Wanita yang jadi istrinya Nizam itu jauh dari kata sempurna untuk menjadi seorang Ratu. Entah apa yang membuat wanita itu banyak dicintai para pria. Arani sangat tidak mengerti. Kalau Ia menjadi Nizam Ia akan memilih Putri Reina yang cantik jelita dan jenius itu untuk menjadi pendampingnya. Apalagi kedudukan nya sebagai Putri sulung dari perdana menteri adalah suatu keuntungan yang luar biasa bagi Nizam untuk memperkokoh kedudukannya sebagai Raja kelak. Tapi Nizam malah mengabaikan Putri Reina begitu saja hanya demi seorang wanita yang pendek dan berotak dangkal. Bahkan kulitnya saja tidak seputih kulit Putri Reina.     

Yaah..oklah Alena itu cantik untuk ukuran wanita biasa. Tapi kalau dibandingkan dengan Reina masih kalah dengan kecantikannya. Selain Reina juga diharem sangat banyak wanita cantik lainnya. Jadi ketika seseorang merasa cantik di luar maka ketika Ia berada di Harem kecantikan itu akan menjadi standar belaka. Atau mungkin jauh dibawah standar.     

Para wanita Harem itu sudah ditakdirkan lahir dari cantik. Putri-putri yang berasal dari keturunan kaum bangsawan dan biasanya sudah dipersiapkan sejak lahir untuk menjadi istri seorang raja. Jadi kesuciannya memang sangat terjaga. Di Harem mereka juga jarang tersentuh oleh sinar matahari dan debu. Kerjaannya hanya bersolek dan mempercantik diri serta mempelajari bagaimana cara menyenangkan hati yang Mulia.     

Hampir seluruh keluarga Arani mengabdi pada kerajaan sehingga Arani merasa bahwa Ia sangat mengenal dengan kehidupan istana. Semua silsilah keturunan kerajaan Arani hapal diluar kepala. Dan sebagai asisten seorang putra Mahkota Arani haruslah seseorang yang memiliki kecerdasan di atas rata-rata. Ia menjadi orang yang terpilih dari sekian banyak orang yang melamar untuk menduduki jabatan seperti dirinya.     

Tapi secerdas-cerdasnya Arani Ia masih tetap tidak memahami mengapa seorang wanita seperti Alena mampu mengalahkan semua wanita cantik yang ada di Harem. Bahkan bisa membuat dua pria mengorbankan hidupnya. Tingkah Alena jarang sekali menunjukkan sosok wanita yang sempurna Dimata Arani. Lihat saja sekarang. Alih-alih Alena duduk dengan anggun sebagai mana harusnya seorang putri bersikap. Alena malah duduk bersender dengan malas. Ia bahkan menguap berkali-kali. Nizam terlihat samasekali tidak keberatan dengan tingkah Alena. Ia malah ngelus-ngelus bahu Alena sambil asyik menatap keluar jendela.     

"Nizam..." Alena tiba-tiba memanggilnya.     

"Hmmmm...." Nizam hanya mengguman.     

"Aku ingin kita melihat anaknya Andre dulu sebelum ke Azura. Bahkan bila perlu Aku ingin mengadopsi nya"     

Nizam tercengang. Ia langsung menatap wajah Alena dengan keheranan yang luar biasa. Apa Ia tidak salah dengar. Bagaimana bisa Alena hendak mengadopsi anak dari laki-laki yang sangat Nizam benci.     

Kenapa wanita yang ada didepannya ini selalu membuat hatinya porak poranda. Wajah Nizam meredup. Matanya tajam kembali menjadi kelam. Arani menahan nafasnya. Ketegangan apa lagi ini. Kenapa Alena selalu menimbulkan masalah pada majikan yang sangat Ia hormati segenap jiwa dan raganya itu.     

Alena malah menatap wajah Nizam dengan pandangan polos bagai tanpa dosa.     

"Memangnya kenapa?? Anak itu ayahnya sudah meninggal, Ibunya juga lagi sakit. Kita akan bawa Ia ke Azura. Biar menjadi kakak bagi anak kita"     

Nizam menelan ludahnya yang terasa sangat pahit. Apa Istrinya tidak tahu kalau Nizam sangat membenci Andre sampai ke ubun-ubun. Bahkan kematian yang kemarin itu bagi Nizam belum cukup untuk menebus semua dosa-dosanya. Sekarang Alena malah mau mengangkat anaknya jadi anak mereka. Bagaimana Ia sanggup menatap wajah Andre yang nantinya akan tergambar di wajah anak itu.     

"Please Honey...Are you kidding me ?" Kata Nizam mencoba tersenyum sambil memegang kedua pipi Alena. Ia mencoba menenangkan hatinya dengan bertanya seperti itu dan berharap memang benar Alena sedang mencandainya.     

"Aku sangat serius. Sebelum meninggal Andre menitipkan anaknya padaku" Kata Alena sambil menelusuri wajah Nizam dengan telunjuknya. Lalu telunjuknya Ia simpan di bibir Nizam yang melekuk indah. Bibir ikal itu menyempurnakan wajah Nizam yang terpahat sempurna bagai para dewa Yunani.     

"Honey..anak itu tidak tinggal sendiri. Ia masih memiliki tantenya, Ia juga masih memiliki ibunya walaupun dalam keadaan sakit. Ia juga masih memiliki Kakek dan neneknya. Bagaimana bisa kita membawanya ke Azura."     

"Ummm.." Alena termenung     

"Mengadopsi itu bukan perkara yang simpel. Mengadopsi itu berarti memberikan hak seorang anak kandung kepada anak yang bukan berasal dari darah daging kita. Ia akan memakai nama keluarga kita, Ia harus diperlakukan seperti anak kandung, Ia juga harus mendapatkan warisan. Bahkan Ia kelak secara hukum berhak menduduki tahta kerajaan" Susah payah Nizam berusaha memberikan penjelasan kepada Alena.     

Alena terdiam sejenak. Mana kepikiran oleh Alena tentang hal ini. Nizam meraih tangan Alena lalu mengecupnya dengan penuh kasih sayang.     

"Aku berjanji akan memberikan jaminan hidupnya sampai Ia kelak dewasa. Tapi berjanjilah jangan pernah menyebut nama anak itu lagi" Mata Nizam menatap penuh harap.     

"Tapi kenapa Nizam. Mengapa Kamu terlihat membencinya?"     

Membenci??? Eummmm..benar, Nizam sangat membenci anak itu bahkan Ia juga ingin membunuhnya dengan kedua tangannya sendiri. Anak itu replika dari ayahnya. Bukan tidak mungkin akan menuruni gen bajingan Andre. Kalau seandainya anak itu tidak mendapatkan pendidikan moral yang bagus maka gen itu mungkin akan muncul kepermukaan.     

Bukankah darah lebih kental dari air. Nizam berpikir dalam hatinya. membawa anak itu ke istana sama saja dengan memelihara seekor Ular di dekatnya. Yang apabila kita lengah maka ular itu akan menggigit kita. Apa yang akan terjadi pada anak itu jika tahu bahwa Ayahnya mati karena menyelematkan Alena. Aaah...ini harus di cegah.     

"Nizam, sayangku. Jawablah.."     

Nizam terdiam matanya terlihat menerawang.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.