CINTA SEORANG PANGERAN

Perbincangan di Dini Hari



Perbincangan di Dini Hari

0Pukul 4 dini hari. Lila masih duduk membiarkan bahunya menjadi tempat bersender. Ketika handphone ditangan Edward berbunyi. Lila terdiam melirik ke arah handphone itu. Ia melihat Edward masih terpejam nafasnya terdengar teratur tanda si pemiliknya sedang terlelap. Tapi nada dering dihandphonenya membuat Edward mengerang karena merasa terganggu. Tetapi Edward bukannya bangun malah semakin merapatkan tubuhnya pada Lila.     
0

Tubuh Lila jadi menjadi mengejang. Dipeluk pria tampan yang bukan siapa-siapa pada dini hari. sungguh bukan hal yang bagus juga bukan hal buruk.     

Tangan Edward malah merangkul pinggang Lila. Lila menelan ludahnya Ia begitu panik dan gugup. Untungnya dering handphone yang terus-menerus menyelamatkan jiwanya. Edward akhirnya terbangun sambil mengangkat handphonenya. Mulut Edward sedikit mengerut. Melihat siapa yang berani menelponnya di waktu yang tidak tepat ini. Begitu dilihatnya nama dan wajah yang muncul di layar handphonenya. Edward langsung mengangkat handphonenya.     

"Oh..Hai Cynthia..are you crazy, what time is it? Kamu menelpon ku disaat Aku sedang terlelap?" Edward langsung mengomel-ngomel. Lila segera duduk menjauh Ia merasa terlepas dari suatu perangkap.     

Lila masih bisa mendengar suara gadis di handphone Edward.     

"Dimana Kamu? Aku baru sampai di Surabaya. Kamu menginap di mana? Aku ingin Kau segera bicara denganku"     

'Kepalaku sedang pusing Sekarang makin pusing mendengar ocehanmu. Nyonya Pangeran Thalal. Ini eummm....jam.." Edward melirik ke jam yang tertera di handphonenya.     

"Jam 4 malam. Kau beraninya menelponku pada malam hari. Apa suamimu tidak marah?"     

"Dia ada disampingku dan Aku sudah meminta izin nya. Suamiku ingin tahu permasalahan yang terjadi secepatnya."     

"Suamimu adalah adiknya Nizam. Mengapa suamimu tidak bertanya langsung kepada Nizam malah menggangguku?"     

"Dia tidak mau mengganggu kakaknya di malam hari"     

"Ouch..great..Kalian tidak mau mengganggu Nizam tapi berani menggangguku. Luar biasa ...luar biasa?" Edward semakin meradang.     

"Bukan seperti itu, Hanya saja Tadinya Aku pikir kalau Kau akan semangat membahas tentang Alena kapanpun dan di manapun."     

"Sialan Kau Cynthia..Mulutmu selalu beracun dan berbisa. Kau selalu tahu kapan harus menyerang sisi psikologis seseorang. Aku ada Club Alamanda Di Jalan Patimura. Datanglah sekarang juga. Aku tunggu."     

"Kamu sedang mabuk-mabukkan?"     

"Kalau Aku mabuk Aku tidak akan menjawab telepon mu tapi akan langsung melemparkan handphonenya ke dinding begitu mendengar nada dering dari mu"     

Terdengar Cynthia tertawa. Edward misruh-misruh sambil melemparkan handphonenya ke meja.     

"Hai Lila..."Edward tersenyum manis pada Lila. "Terima kasih tidak menendang ku keluar dari kamar ini karena sudah tertidur dibahumu"     

"Never mind.." Kata Lila tidak sadar. "Teman Anda akan datang ke sini. Apa perlu Saya siapkan minuman atau gelas tambahan?"     

Edward menaikan alisnya. Ia dan Cynthia tadi berbicara dalam bahasa Inggris tapi pelayan ini memahaminya luar biasa menariknya.     

Lila sesaat menyadari kesalahannya. "Maafkan Saya karena sudah menguping"     

"Tidak apa-apa. Lagipula bukan tentang rahasia. Temanku yang akan datang ini adalah muslim. Mungkin Aku boleh meminta mu untuk menyediakan kopi atau teh atau air putih dan beberapa makanan ringan"     

"Oh baiklah..Anda dapat menunggu di sini. Saya akan segera menyiapkannya" Lila segera pergi memenuhi permintaan Edward.     

Edward pergi ke toilet dulu Ia mencuci mukanya agar terlihat segar. Tidak berapa lama Ia mendengar suara beberapa mobil memasuki halaman Club. Lila dan manajer serta beberapa penjaga Club terkejut melihat beberapa orang berbadan tegap turun dari mobil-mobil mewah tersebut.     

Tadinya manajer terkejut dikiranya akan ada pemeriksaan mendadak tetapi ketika dilihatnya wajah orang-orang yang berbadan tegap itu bukan wajah orang Indonesia. Ia sedikit lega. Apalagi kemudian Ia mendengar Lila berbisik bahwa mereka adalah tamu dari Edward.     

Edward sendiri langsung bersungut-sungut kesal melihat rombongan yang datang. Hanya sekedar ngobrol saja seperti hendak merampok Bank. Pangeran Thalal ini sedikit keterlaluan lebih lebay dari kakaknya.     

Edward melihat Sosok wanita tinggi memakai pakaian panjang selutut dan bercelana jeans. Ada kerudung yang menutupi kepalanya walaupun tidak menutupi sebagai mana jilbab. Bagi Edward ini merupakan suatu kejutan. Dibelakangnya ada sosok pria mengenakan kemeja dan celana jeans juga. Wajahnya begitu tampan dan manis.     

Edward baru pertama melihat dengan seksama Pangeran Thalal karena waktu di Bali Ia sama sekali tidak memperhatikan Pangeran Thalal.     

Cynthia menjabat tangan Edward bahkan tanpa sadar Ia memeluk Edward dan menepuk pundak Edward. Pangeran Thalal jadi merasa salah tingkah tapi Ia tidak terlalu terbawa emosi Ia tahu kalau Cynthia dan Edward adalah teman baik.     

"Hallo..Aku Thalal.." Pangeran Thalal menjabat tangan Edward.     

"Aku Edward..mari silahkan masuk ke ruangan ku. Untuk semua orang-orang mu silahkan ambil tempat dan pesan apapun yang kalian suka. Biarlah Aku yang bayar. Karena Kalian adalah tamuku."     

Pangeran Thalal tampak keberatan. "Maaf Edward. Aku rasa Kau tidak perlu membayarkan Kami."     

Edward mengangkat bahunya. "Aku tahu kamu mampu membayar apapun yang Kau inginkan. Tapi demi menghargai tuan rumah maka izinkan Aku yang membayar"     

"Tuan Rumah?? Apa Kau sudah pindah kewarganegaraan??" Pangeran Thalal mengerutkan keningnya.     

'Ya.. hampir saja Aku pindah kewarganegaraan kalau bukan karena kakakmu tiba-tiba menghancurkan segalanya' Edward mengomel dalam hati.     

"Bukan itu maksudnya Pangeran, Maksudku adalah Karena Aku duluan ada ditempat ini maka biarlah Aku yang membayar."     

Cynthia mengangkat tangannya. "Hallo guys.. bisakah kalian hentikan perdebatan kalian. Seperti yang diketahui Aku baru saja turun dari pesawat dan kepalaku sedikit pening. Aku ingin tidur kalian malah berdebat tentang siapa yang harus bayar.     

Dan Yang Mulia..kalau boleh Hamba memberikan saran. Biarkan saja Edward yang bayar. Ia tidak akan jatuh miskin kalau hanya mengeluarkan uang untuk membayar makan dan minum di Club ini. Bahkan bila Ia harus membeli Club ini sekalipun Dia bisa membelinya."     

"Tapi Cynthia Aku tidak ingin ada Budi baik diantara Kami. Bukankah Kakak Nizam tidak menyukai orang ini"     

Luar Biasa Pangeran yang satu ini. Wajahnya lembut tapi mengapa lidahnya sedikit tajam. Ia bicara seolah-olah orang yang sedang mereka bicarakan tidak ada dihadapannya.     

Cynthia memegang tangan Pangeran Thalal dengan lembut. "Maafkan Hamba Yang Mulia, bukankah sekarang ini kita sedang menerima Budi baiknya. Ia bersedia berbicara dengan kita disaat waktu dia untuk beristirahat. Yang Mulia yang terpenting sekarang adalah bagaimana menyelamatkan Alena. Edward adalah pria yang terhormat Ia tidak akan melakukan hal-hal yang tidak baik. Benarkan Edward??"     

Edward yang sedang terkejut melihat sikap Cynthia langsung menganggukan kepalanya manggut-manggut sambil sedikit canggung.     

Cynthia yang selama ini Ia kenal adalah gadis judes bin galak. Si muka sombong karena kecerdasan dan kejeniusan nya Sehingga membuat laki-laki yang akan mendekati nya berpikir seribu kali.     

Sihir apa yang sudah dilakukan oleh adiknya Nizam ini sehingga gadis itu berubah menjadi begitu lembut dan penurut. Ia bahkan jadi lebih feminim dibandingkan Alena. Apa para Pangeran Azura mampu menyihir para gadis sehingga mereka jadi tergila-gila.     

Pangeran Thalal menatap istrinya lalu tersenyum manis. "Baiklah.. Seperti kata istriku, Aku persilakan Kamu untuk membayar semuanya."     

Edward menganggukkan kepalaku. "Terima Kasih Yang Mulia"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.