CINTA SEORANG PANGERAN

izinkanlah Kami Menikah (3)



izinkanlah Kami Menikah (3)

0"Ayah.. sebenarnya Aku dan Lila memang belum mencintai. Tetapi Aku ingin memiliki seseorang tempatku bersandar. Seseorang yang bisa menjadi pelipur laraku. Seseorang yang mencintaiku dan mau menerima ku apa adanya" Kata Edward sambil memandang Lila.     
0

Ayahnya Edward malah menggelengkan kepalanya. Ia sedikit kesal     

"Anakku, Mengapa Kau begitu egois. Kau meminta begitu banyak pada Lila, tetapi Apa yang bisa Kau berikan pada Lila"     

Lila menatap Ayahnya Edward dengan pandangan penuh rasa hormat dan terimakasih. "Tuan!! Memandang betapa terhormatnya Anda dengan memberikan banyak perhatian untuk saya. Saya tidak keberatan dengan apapun yang Edward harapkan dari Saya" Mata Lila kini berkaca-kaca. Harapan untuk mendapatkan cinta seorang Ayah kini terlihat lebih besar Dimata Lila dari pada mendapatkan cinta seorang suami.     

Edward menatap Lila dengan penuh rasa bahagia dan kagum. Dikiranya Lila menerima apapun syaratnya semata-mata karena Lila hanya mencintainya padahal Lila ternyata kini mengharapkan cinta seorang Ayah juga.     

Ayahnya Edward sangat bangga dengan kata-kata Lila. "Baiklah kalian berdua. Aku kini berharap banyak untuk kalian. Tidak usah banyak menunggu lagi. Kapan Kalian meresmikan pernikahan Kalian. Tetapi..." Tiba-tiba Ayahnya Edward tertegun. Ia baru menyadarinya kalau Lila dari Indonesia. Ia tahu kalau Indonesia adalah negara yang penduduk muslim nya terbanyak di dunia.     

"Maaf..Lila agamamu??" Tanya Ayahnya Edward hati-hati.     

"Saya Kristiani.." Jawab Lila     

"Terpujilah nama Tuhan" Ayahnya Edward tampak berseri-seri.     

"Pernikahan gaya apa yang Kau inginkan Lila?" Tanya Ayahnya Edward lagi dengan penuh semangat.     

"Aku ingin yang sederhana.."     

Ayahnya Edward tiba-tiba berdiri. Ia merangkul bahu Lila. "Ayo Kita pergi sekarang menemui calon ibu mertuamu. Dia pasti akan sangat bahagia mendengar berita pernikahan anaknya. Kau Tahu sejak berita tentang kekacauan Edward menyebar. Ibunya terus menerus menangis siang dan malam. Bahkan Ia sampai sesumbar bahwa Ia akan menerima menantu siapa saja agar Edward bisa melupakan Alena. Termasuk menantu seekor kodok..." kata Ayahnya Lila.     

Lila tersenyum lucu matanya yang bengkak berkedut menahan tawa.     

Edward jadi merasa terabaikan melihat Ayahnya dan Lila begitu akrab tapi Ia tidak munafik bahwa Ia sangat bahagia melihat keakraban mereka.     

****     

Rencana Edward untuk menikah dengan Lila yang tadinya akan diselenggarakan besok menjadi diundur karena Ibunya Edward ingin perayaan yang besar-besaran. Mengundang semua pejabat dan beberapa pejabat kenalan dari Luar Negeri.     

Dan yang paling bahagia tentu saja Alena. Tidak bosan-bosannya Ia menonton acara televisi yang menayangkan berita pernikahan Edward dan Lila. Karena Edward selain anak pejabat Ia juga seorang artis maka berita pernikahannya diliput oleh infotainment dan berita nasional yang resmi.     

Hanya Nizam dan Cynthia yang berwajah biasa-biasa saja. Karena hanya Ia dan Cynthia yang tahu isi hati Edward yang sebenarnya.     

"Alena, apa Kamu sudah minum susu?" Tanya Nizam sambil mengelus perut Alena yang semakin membukit.     

"Apa Lila akan memakai kebaya atau gaun pengantin putih?" Alena malah bertanya sambil terus menatap layar Televisi.     

"Nanti Aku akan datang ke apartemen Edward lalu bertanya langsung kepadanya." Kata Nizam sambil terus mengelus-ngelus perut Alena. Bahkan elusannya kini bergeser semakin ke bawah. Alena sama sekali tidak sadar apa yang dilakukan dan dikatakan suaminya.     

"Ya..ya..Kau tanyakan langsung kepadanya. Kebaya Anne Avantie sangat keren dan elegan. Dia harus memakainya."     

"Ya..ya..ya.. siapapun itu. Apa itu Anne, Anni atau Anna Whatever." Tangan Nizam sambil semakin menurunkan tangannya. Dan ketika telapak tangan Nizam yang besar dan hangat itu mencapai tujuannya. Alena baru tersadar Ia mencekal tangan Nizam dengan kuat.     

"Apa maumu??? " Alena menarik tangan Nizam dari tubuhnya. Matanya melotot kesal. Nizam tersenyum mesum.     

"Aku cuma memastikan kalau anakku baik-baik saja di dalam"     

Alena menepiskan tangan Nizam. "Kau selalu begitu, Aku tidak mau dipegang-pegang. Sana!! Aku sedang kepanasan"     

"Aku kipasin yah..."     

"Mengapa dikipasin?? Kan ada AC"     

"AC nya rusak "     

"Kho bisa??"     

"Karena Aku yang bilang" Kata Nizam sambil menarik tangan Alena dan menyuruhnya berbaring. Alena malah meronta. " Aku tidak mau ah.." Kata Alena dengan sebal.     

"Sudah mau sebulan Alena. Kau mau Aku mati kekeringan" Kata Nizam sambil memegang tangan Alena.     

Alena menggelengkan kepalanya. " Aku sedang tidak nyaman. Lebih baik kita keluar yu mencari pakaian buat menghadiri pernikahan Edward."     

Nizam mengerutkan bibirnya. " Kau mau memakai pakaian rancangan siapa??" Kata Nizam dengan malas. Dadanya yang sedang bergemuruh harus Ia tenangkan.     

"Aku ingin memakai rancangan karya Isabella. Dia akhir-akhir ini sedang naik daun. Karyanya banyak digunakan para artis Hollywood"     

Nizam malah berbaring di ranjang. Meringkuk memeluk guling. Matanya terpejam. Bulu matanya yang panjang mengerjap-ngerjap.     

"Mengapa Kamu malah berbaring. Ayo bangun!!" Alena mengguncangkan bahu Nizam.     

"Kau bilang saja pada Arani, untuk memanggil desainer nya kesini"     

"Bagaimana bisa Nizam. Dia desainer terkenal. Apa mungkin Dia mau datang ke sini?"     

"Tidak ada yang tidak mungkin. Kalau sampai Arani tidak bisa mendatangkan desainer itu untuk mu. Suruh dia pulang ke Azura sekarang juga" Kata Nizam sambil mengelus guling milik Alena.     

Alena menatap Nizam yang sedang mengelus gulingnya sambil memejamkan matanya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.