CINTA SEORANG PANGERAN

Belajar Mencintai (1)



Belajar Mencintai (1)

0Lila melangkah menghampiri Edward yang duduk tegak dan sedikit gugup. Lila membawa segelas sampanye lalu dia mengulurkannya kepada Edward. Edward menerimanya dengan sedikit gemetar karena gairahnya yang mulai merambat naik. Kemudian meneguknya dengan sekali teguk seakan yang diminumnya adalah segelas air putih.     
0

Lila tersenyum sambil menyimpan gelas itu di meja kecil yang ada di samping ranjang. Edward masih berpakaian lengkap ketika kemudian Lila duduk disampingnya. Ketegangan tampak menyelimuti keduanya. Detak jantung yang berdebar kencang seakan berpacu mengalirkan darah lebih cepat ke seluruh tubuh. Semburat merah membayangi pipi Lila yang berwarna putih kekuningan. Ronanya terlihat seperti kelopak mawar.     

Edward lalu mengulurkan tangannya mengelus pipi halus itu. Tubuh Lila bereaksi dengan cepat. Ia belum pernah seintim ini dengan seorang pria. Lila lantas memegang pergelangan tangan Edward lalu dengan lembut menggeser tangan itu ke bibirnya. Edward bagai tersengat ribuan arus listrik.     

Mengapa wanita ini begitu menggodanya, bahkan Elsa pun tidak pernah bertindak seperti ini.     

Jari-jari Edward membelai bibir Lila yang mungil. Merasakan betapa halus dan lembabnya bibir itu. Warna lipstik nya sudah memudar terkena air tetapi malah semakin terlihat menarik karena bibir itu sekarang memunculkan warna alaminya yaitu warna merah muda.     

Edward semakin mendekatkan tubuhnya ke tubuh Lila. Tercium harum tubuh Lila yang terasa asing dihidungnya tetapi malah menimbulkan sensasi tersendiri. Edward menelan ludahnya yang mulai terasa kering.     

"Apakah Kau menyukai pakaian ku?" Tanya Lila membuka percakapan. Ia sedari tadi tidak mendengar sepatah katapun yang keluar dari mulut Edward. Edward bukan pria dingin yang jarang berbicara. Bahkan untuk ukuran seorang pria Ia termasuk yang yang banyak bicara. Tetapi malam ini Edward seperti kehilangan kata-kata.     

Edward tidak menjawab Ia malah mendekatkan mukanya ke wajah Lila. Lila menutup matanya. Ketika tiba-tiba sebuah kecupan mendarat di pipinya. Lila bergetar tetapi kemudian Ia tidak lagi mendapat gerakan apapun, Lila membuka matanya. Mata Zamrud itu langsung menghujam jantungnya.     

Melihat Edward terdiam dan tidak melakukan gerakan apapun, binar dimata Lila perlahan meredup. Edward mengulurkan tangannya lalu telunjuknya perlahan menelusuri wajah Lila yang begitu halus tidak terlapisi oleh apapun.     

"Honey..Kau tahu Aku tidak dapat memungkiri perasaan ku. Betapa Kau menantang gairahku sebagai laki-laki saat ini." Edward lalu menggesekkan jempolnya ke bibir Lila. Lila terdiam, Ia lalu menunduk. Semua teori yang ada di kepalanya langsung menguap hilang.     

Edward lalu mengangkat dagu Lila. "Apa Aku boleh menciummu?" Kata Edward dengan lembut. Mata Lila beriak kecil mukanya kembali memerah. Ia menganggukan kepalanya.     

Edward lalu menundukkan wajahnya dengan sedikit miring. Bibirnya yang merah menyentuh bibir Lila menyimpannya dengan sedikit jeda sebelum kemudian menekannya. Lalu lidahnya mendorong bibir Lila agar terbuka. Lila memejamkan matanya ketika kemudian bibirnya terbuka sedikit Ia memberi celah agar lidah Edward dapat masuk.     

Perlahan tapi pasti Edward memasukan lidahnya lalu menyelipkan lidahnya ke bawah lidah Lila. Lidah yang sudah menyelip itu lalu diputar dan membelit lidah Lila. Bagaikan dua ekor ular yang saling menari dan membelit. Ciuman pertamanya adalah sewaktu SMA dan Ia tidak pernah mengulanginya sampai Ia dewasa. Edward membangkitkan keterampilan ciuman pertamanya dulu.     

Tubuh Lila bergetar hebat, perasaannya sudah tidak menentu. Ia seperti sehelai daun yang melayang tertiup angin. Tangan Lila mencari pegangan untuk menahan perasaannya. Ia merangkul leher Edward. Edward menahan kepala Lila, Ia membenamkan mulutnya dalam-dalam. Menghisap mulut Lila sepenuh hati merasakan manisnya madu yang tercecap dalam mulutnya.     

Beberapa saat lamanya mereka saling berpagut bahkan tanpa sadar tubuh mereka terjatuh berbaring ke atas ranjang pengantin mereka. Edward masih belum bersedia melepaskan ciumannya. Ia terus membenamkan mulutnya ke mulut Lila. Sampai nafas Lila terasa sesak. Setiap Lila mengejang Edward melepaskan mulutnya memberikan kesempatan kepada Lila untuk menarik nafas. Tapi begitu Lila menarik nafas Edward kembali membenamkan mulutnya.     

Suasana terasa panas membara, Percikan api terasa menyambar hati keduanya. Tetapi Edward yang memang pada dasarnya sangat lembut dan baik hati. Tidak memanfaatkan Lila untuk kepentingan pribadinya. Ia sama sekali tidak memandang bahwa Lila hanya sekedar pemuas nafsunya. Sadar bahwa Ia tidak mencintai Lila. Edward lantas merenggangkan tubuhnya dari tubuh Lila.     

Ia menggulirkan tubuhnya ke samping. Dengan bertelekan pada sikunya Edward berbaring menyamping di sisi Lila yang terlentang dengan dadanya yang turun naik. Jemarinya membereskan rambut hitam Lila yang acak-acakan. Dan mulai berkata-kata dengan syahdu.     

"Kamu yang secantik bidadari, dengan bibir semerah kelopak mawar, dan semburat pelangi terbias di rona wajahmu. Kamu membuat hatiku merintih dan jiwaku merindu.     

Manisnya madu tidak sebanding dengan manisnya mulutmu. Aku sungguh terperangkap dalam keindahan surgawi." Edward malah mengucapkan kata-kata Romantis. Lila seperti lilin yang meleleh.     

"Aku adalah seorang pengembara yang tersesat. Aku sedang mencari setetes air dalam oase kehidupan tetapi Aku tidak mau memungkiri bahwa Kau hanya fatamorgana bagiku. Apakah Kau mau menjadi persinggahanku?"     

Lila tersenyum manis dan dengan gairah yang meluap-luap. Lila memegang wajah Edward dengan kedua tangannya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.