CINTA SEORANG PANGERAN

Mereka tidak Boleh dihukum



Mereka tidak Boleh dihukum

0Manajer restoran begitu ketakutan. Ia merasa dunianya sudah hancur. Usianya baru 40 tahun. Ia sedang berada dipuncak karirnya. Ia merasa hidupnya begitu sempurna. Memiliki istri yang cantik, dua anak yang begitu berprestasi sekarang semuanya hancur. Ia menjadikan restoran mewah ini bangkrut hanya dalam satu malam. Ia juga dituntut mengganti kerugian immaterial oleh seorang putra Mahkota. Bagaimana Ia bisa menanggung beban hidup sedemikian besar.     
0

Besok atau hari ini mungkin berita ditutupnya Restoran akan tersebar ke seluruh dunia. Dan Ia yang menjadi penyebabnya. Ia dan keluarganya akan menanggung malu. Masa depan keluarga nya akan hancur. Bahkan mungkin Ia akan berakhir dipenjara. Manajer itu terduduk di sudut Restoran dengan lesu.     

Para pelayan menatap Manajer itu dengan perasaan iba. Manajer itu orang yang sangat baik hati. Ia bahkan akan menjanjikan bonus liburan akhir tahun untuk seluruh karyawan restoran kalau pesanan dari Pangeran Azura ini sukses. Karena memang yang dibayar kan Nizam sangat fantastis. Tetapi kenyataannya adalah restoran ini malah mau ditutup.     

"Pak..apakah kita tidak bisa negosiasi lagi?" Tanya seorang pelayan sambil memberikan segelas minuman kepada manajernya untuk menenangkan hatinya.     

Manajer itu mengambil gelas yang disodorkan oleh pelayan lalu meminumnya setelah mengucapkan terima kasih.     

"Kita yang salah. Aku memang telah lalai Karena sampai tidak mengetahui CCTV di sabotase dan ada orang yang menyusup masuk. Entah dari mana mereka." Kata Si manajer.     

Tiba-tiba dari ruangan dapur keluar seorang Chef sambil tergesa dan wajah serius.     

"Pak..ternyata orang itu masuk sebagai pemasok daging Kobe yang kita pesan. Setelah Ia memberikan kotak daging yang kita pesan. Dia kemungkinan tidak keluar tapi menyelinap kedalam." Chef itu memberikan laporan kepada manajernya.     

"Tapi bagaimana bisa?" Manajer itu menatap chef dengan pandangan nanar.     

"Demi memberikan pelayanan yang terbaik Kami mendatangkan daging langsung dari pemasoknya. Tadi pagi sebelum pukul 8. Orang itu mengambil identitas si pegawai yang asli. Bahkan dengan sopirnya. Pegawai dan sopir nya yang asli ditemukan terikat di gudang kosong. Kami baru mengetahuinya setelah ada polisi tadi minta konfirmasi."     

"Pangeran itu benar, Ini sudah direncanakan sejak lama. Keamanan kita begitu ketat tapi Ia bisa menjebolnya dengan mudah. pasti ada orang dalam yang terlibat. Kau.. periksalah siapa yang masuk ke ruangan operator" Kata Manajer kepada teknisinya.     

"Walaupun restoran ini mau di tutup kita tetap harus profesional menyelesaikan permasalahan yang ada. Aku juga minta maaf kepada kalian semua. Sebagai pemimpin baru. Saya tidak becus memimpin restoran ini. " Manajer itu menundukkan kepalanya.     

Ali dan Fuad yang berdiri dekat ruangan Nizam dan Alena memandang ke manajer dengan pandangan kasihan. Mereka juga sebenarnya sedang memikirkan nasib buruk yang akan menimpa mereka. Mereka sudah membiarkan Alena pergi ke toilet sendirian. Tapi nasib si manajer lebih parah. Restoran ditutup lalu Ia disuruh mengganti rugi dan yang terparah mungkin saja Ia akan dipenjara.     

Hukuman Nizam untuk mereka mungkin hanya akan dipukuli sampai babak belur. Karena memang Alena juga berperan terhadap kesalahan mereka. Bukankah tadi Ali sudah menawarkan untuk mengantar tapi ditolak oleh Alena. Jadi kesalahan mereka tidak fatal.     

Ali dan Fuad terperanjat ketika pintu ruangan Alena dan Nizam membuka. Lalu mereka melihat Nizam keluar menuntun Alena. Ali dan Fuad menundukkan kepalanya penuh dengan rasa bersalah. Nizam menatap mereka dengan mata yang tajam. Mereka langsung berlutut dihadapan Nizam dan Alena.     

Alena berhenti melangkah, Ia tertegun melihat kelakuan para penjaga Nizam itu.     

"Ada apa dengan mereka? Mengapa mereka berlutut?" Tanya Alena sambil menatap ke arah Fuad dan Ali yang sedang tertunduk. Ali dan Fuad tidak bersuara dan tidak berani berbicara. Mereka takut Nizam tambah murka.     

Nizam hanya berdiri mematung sambil tangannya tetap memegang tangan Alena. Ia masih sangat marah terhadap kedua penjaganya yang dia anggap tidak becus menjaga Alena.     

"Nizam!!! Apakah mereka sedang ketakutan karena membiarkan Aku pergi sendiri tadi??" Alena berkata sambil menarik tangannya dari genggaman tangan Nizam. Nizam hanya berdiri mematung dengan wajah masam. Mulutnya berkedut tanda kesal.     

"Jangan Kau hukum mereka. Aku yang bersalah. Aku yang memaksa pergi sendiri. Tidak akan ku ijinkan siapapun dihukum karena kesalahan yang Aku perbuat" Suara Alena terdengar tegas. Nizam mengangkat alisnya. Tapi Mulutnya masih terkatup rapat.     

"Apakah Kau masih ingat dengan Kasim yang dihukum cambuk sampai akhirnya mati karena kesalahan ku?? Aku pastikan itu tidak akan terulang lagi!! Kalau Kau mau memukul mereka lebih baik Aku yang Kau pukul" Alena semakin meradang karena Nizam hanya terdiam.     

Ali dan Fuad tetap berlutut tidak berani menampakkan wajahnya sedikitpun kepada Alena atau Nizam.     

"Ali !! Fuad !! Bangunlah..jangan terus-terusan berlutut" Alena memerintahkan kepada mereka untuk berdiri. Ali dan Fuad mana berani bangun. Mereka tetap berlutut dengan penuh ketakutan.     

"Nizam!!!" Alena mengguncangkan tangan Nizam. Membuat akhirnya Harimau Azura itu memalingkan wajahnya ke arah penjaganya.     

"Apa telinga Kalian tuli?? Tuan Putri meminta kalian untuk bangun" Kata Nizam dengan dingin. Kedua penjaga itu malah semakin menunduk sambil berkata. "Kami tidak berani, Kami mengaku salah. Tolong beri Kami hukuman"     

"Tidak!!! Nizam!! Mereka tidak boleh dihukum karena kesalahanku" Alena melotot ke arah Nizam.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.