CINTA SEORANG PANGERAN

Sabarku ada Batasannya



Sabarku ada Batasannya

0Usai menghadapi konferensi pers, Edward bergegas ke kamarnya tanpa memperdulikan manajer dan teman-temannya. Ia pergi diikuti Lila yang berjalan gontai di belakangnya. Begitu sampai di kamar Edward membanting tubuhnya ke atas ranjang. Wajahnya terlihat sangat kesal. Keningnya berkerut-kerut.     

Hatinya begitu sakit melihat Alena tidak memperdulikannya. Padahal Ia menciptakan lagunya untuk Alena. Setiap Ia membuat sebuah lagu maka sumber inspirasi nya adalah Alena. Itulah sebabnya mengapa semua lagu-lagunya kebanyakan bernada sendu dan mampu mengharu biru perasaan fansnya. Ketika Ia memilih hotel Gardenia untuk menjadi tempat konferensi pers. Ia hanya ingin berada di tempat yang ada kaitannya dengan Alena.     

Edward tidak mengetahui dan tidak pernah mengira kalau akan bertemu Alena di sini. Bukankah Ia sudah menyelidiki hotel ini. Dan Ia mendapatkan informasi kalau Alena belum pernah menginap di hotel ini baik sendiri ataupun bersama Nizam. Sehingga Ia merasa aman berada di sini. Tapi siapa sangka Ia malah bertemu dengannya di sini.     

Edward teringat waktu di Bali. Ia juga tidak pernah tahu kalau Alena berada di Bali. Ia hanya ingin melarikan diri ke tempat yang ada kaitannya dengan Alena. Lagi-lagi siapa yang menyangka malah dia bertemu Alena di kafe tempatnya bernyanyi. Mengapa takdir selalu mempertemukannya dengan Alena. Membuat cintanya terus terpupuk.     

Lila melihat Edward yang meringkuk bagikan anak kucing yang hampir sekarat. Dengan perasaan gundah Ia melangkah menghampiri Edward dengan hati-hati. Ia lalu duduk di samping Edward. Edward malah membuang muka. "Apakah Kau membenciku sekarang? karena Alena tidak memperdulikan mu?" Tanya Lila.     

Edward malah menjawab dengan ketus"Kau jangan memulai untuk menjadi wanita yang rewel. Kau tahu Aku sangat mencintai Alena. Hatiku selalu berubah menjadi buruk setiap melihat Ia tidak memperdulikan ku"     

"Bukankah Kau sudah rela melepaskan Alena untuk Yang Mulia, tapi mengapa sekarang Kau semakin tidak karuan" Lila berkata dengan lembut.     

"Aku memang berusaha untuk itu, tetapi ternyata itu sangat sulit. Tadinya Aku hanya ingin memastikan Ia bahagia tetapi setiap Aku melihatnya Aku jadi ingin memiliki nya. Aku sangat sakit Lila...sakit..dada ini terasa digores ribuan pisau. Kau tidak akan pernah merasakannya" Edward berguling di atas Ranjang menjauhi Lila lalu kembali meringkuk memeluk bantal, memunggungi Lila     

Apa maksudnya Edward berkata seperti itu. Lalu perasaannya Edward anggap apa. Ia adalah istri Edward. Tapi Edward tidak pernah menganggapnya. Bahkan saat bercintapun dari mulut Edward sering terdengar nama Alena yang di sebut. Jadi apa yang ada dalam otak Edward saat dia menyentuhnya. Edward pasti membayangkan Alena yang sedang ada dalam pelukannya. Apa ini bukan sakit? Beraninya Edward berkata bahwa Ia tidak pernah merasakan apa yang Edward rasakan.     

Hanya Lila tidak serapuh Edward. Ia adalah mahasiswi hukum dengan konsentrasi hukum perdata. Terbiasa lebih banyak belajar menggunakan logika daripada perasaan. Ia juga banyak membaca tentang tingkah laku manusia untuk menunjang materinya di kampus. Ia juga membaca tentang buku psikologi manusia. Yang Ia yakini akan banyak membantunya untuk menghadapi kasus perdata. Lila pernah membaca suatu anggapan bahwa jiwa seorang wanita lebih rapuh dibandingkan seorang pria.     

Tapi ternyata hal itu tidak berlaku terhadap semua pria. Nyatanya ada pria yang ternyata lebih rapuh perasaannya dibandingkan dengan wanita. Dan salah satunya ada dihadapannya.     

Lila dengan penuh kesabaran malah mengusap bahu Edward. Tetapi Edward malah semakin meringkuk. " Aku tidak tahan lagi Lila. Aku tahu Aku menyakiti mu. Aku pria yang kejam, tidak berperasaan. Katakanlah!! Kalau Kau ingin meninggalkan ku Aku rela. Pergilah..Aku melepaskan mu. Biarkan lah Aku sendiri" Edward semakin menjadi-jadi. Lila tertegun. Mereka baru menikah beberapa hari tapi Edward sudah berani mengusirnya. Cukup sudah kesabarannya.     

Lila menatap bahu Edward yang sedikit gemetar. Pandangan matanya mengabur, dari sudut matanya yang sudah berkabut tiba-tiba mulai berair dan turun membasahi pipinya. Nafas Lila terasa sesak, dadanya sakit bagaikan ditusuk ribuan pedang. Tangan Lila gemetar seakan tertular getaran bahu Edward. Lila menggelengkan kepalanya. Tapi Ia tidak berdaya.     

Lila tidak bisa memarahi Edward, Ia tidak bisa merasa kesal karena Ini bukan salah Edward. Ia yang bersalah, bukankah Ia yang mencoba memasuki kehidupan Edward. Ia berada diantara Edward dan Alena. Ia yang berusaha meraih hati Edward yang sedang tenggelam dalam keputusasaan cintanya kepada Alena. Lila berusaha meraih hati yang tenggelam itu tapi hati Edward sudah terperosok amat dalam. Rasanya menjadi sangat sulit dan tidak mungkin untuk meraihnya.     

Lila berdiri lalu melangkah mendekati jendela. Pemandangan di luar hotel masih sangat terang. Ia melihat daun-daun yang mulai mengering terkena terik matahari yang bersinar. Waktu siang lebih panjang dari waktu malam. Lila yang belum terbiasa dengan cuaca musim panas terasa sangat tersiksa. Kepalanya pusing dan perutnya sedikit mual. Tapi dibalik semua itu mentalnya lebih sakit lagi.     

Lila melihat lagi ke arah Edward yang sedang meringkuk. Edward terlihat sangat menyedihkan. Sosok pria tampan dan kaya yang digilai oleh banyak wanita. Bersuara emas dan mampu memikat hati wanita hanya dengan sekali lirik. Sekarang terlihat tidak berdaya. Mengapa cinta bisa merubah seorang pria seperti Edward ke dalam kehidupan yang begitu hampa. Ia bahkan tidak memperdulikan Istrinya sendiri.     

Hati Lila terasa dingin di tengah cuaca yang menyengat panas. Tangannya gemetar mencekal tepian jendela. Air matanya mengalir deras. Ia lalu berbalik lagi memandang Edward.     

"Edward..!!! apa kau serius meminta aku pergi??" Tanya Lila dengan hati perih.     

"Ya.. pergilah!! Tinggalkan Aku sendiri" Kata Edward sambil membenamkan wajahnya ke atas bantal. Lila menganggukan kepalanya dengan air mata yang terus mengalir deras.     

"Baiklah..terima kasih atas hari -hari indah yang sudah Kau berikan. Aku akan selalu menyimpanmu dalam hatiku" Kata Lila sambil kemudian pergi keluar kamar meninggalkan hotel sendirian. Ia pergi tidak membawa apa-apa, bahkan tasnya sendiri pun Ia tinggalkan. Edward terlalu menyakitinya. kelakuannya yang diluar nalar membuat Lila melupakan logikanya. Ia menyerah menggunakan otaknya sendiri. Karena otaknya kini terasa kosong.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.