CINTA SEORANG PANGERAN

Hipotesis yang salah



Hipotesis yang salah

0Alena menarik botol yang hampir kosong itu dari mulutnya." Kenapa?? Ada apa?" Kata Alena sambil menoleh keheranan pada Lila.     
0

"Kau jangan sembarangan minum dan makan yang disediakan oleh musuh kita. Siapa tahu beracun" Kata Lila dengan penuh rasa khawatir. Betapa baik hatinya Lila terhadap wanita yang jelas-jelas menjadi penyebab Suaminya menyakiti dia.     

"Tidak usah terlalu khawatir. Ini botol masih ada segelnya lagi pula kalau mereka berniat mau membunuh kita. Ngapain pake dilama-lama. Ini sekarang kita masih hidup. Palingan mereka minta tebusan uang" Kata Alena dengan polos nya.     

Lila terdiam menatap wajah polos Alena. Ia bingung melihat kepribadian Alena yang acuh tak acuh.     

"Apa Kau tidak takut, Alena? Kita sedang dalam bahaya" Tanya Lila. Ia adalah orang yang cerdas tetapi posisi ini membuat otaknya jadi beku     

"Tentu saja aku akan ketakutan kalau seandainya Aku di culik seorang diri. Ada Kau disamping ku. Aku lebih tenang"     

"Terimakasih Alena kalau kau beranggapan begitu. Tapi Aku minta maaf kalau nanti Aku tidak bisa menolong Kamu" Lila menyangka Alena berkata demikian karena mengharapkan pertolongan nya. Tapi ternyata Alena malah menjawab seperti ini.     

"Aku tidak mengharapkan Kau dapat menolongku. Tapi kalau seandainya kau dapat menolong Aku, ya Aku sangat berterimakasih." Alena lalu terdiam dan mulai meneguk botol minumannya lagi.     

" Aku bahagia dan sedikit lebih tenang ada kau karena Aku yakin kalau niat mereka menculik ku bukan untuk menyentuhku. Kaukan tahu Lila Aku pernah diculik Nendri. Itu seribu kali lebih menakutkan. Karena Ia berniat menyentuhku. Aku lebih mati daripada disentuh pria lain yang bukan suamiku. Tapi sekarang Aku bersamamu. Orang itu berarti berniat lain"     

Lila langsung kagum. Yang Ia dengar Alena orang nya polos dan cenderung sedikit bodoh tapi perbincangan kali ini menunjukkan bahwa Alena memiliki sisi lain yang berbeda.     

"Lagipula tidak usah khawatir kataku juga. Suamiku sebentar lagi pasti akan datang menolong kita. Ia sekarang pasti sedang kelabakan mencari Aku" Kata Alena sambil berjalan-jalan di sekitar kamar sambil memegang pinggang nya yang mulai pegal. Kandungannya terasa semakin berat.     

Mendengar perkataan Alena, Lila menjadi tertunduk sedih, "Alangkah beruntung nya Kau Alena. Suamimu begitu mencintai mu"     

Alena jadi merasa bersalah, "Maafkan Aku Lila. Gara-gara Aku, Edward menyakiti mu" Alena mengulurkan tangannya menggenggam tangan Lila.     

"Ini bukanlah salahmu, bukankah Kau tidak melayaninya. Ini adalah salah ku karena belum bisa menarik perhatian nya" Kata Lila dengan pasrah.     

"Lila..kau sangat baik. Aku percaya suatu hari nanti kekuatan cinta sejati akan mengalahkan segalanya"     

"Terima kasih Alena. Kau juga sangat baik"     

Tiba-tiba pintu terbuka dari luar. Dan masuklah seorang wanita ditemani oleh dua orang pria.     

Alena terbelalak melihat wanita itu.     

"Hallo Alena. Kaget??? Surprise?? " Kata Sisca sambil tersenyum dengan liciknya. Alena menggelengkan kepalanya lalu mencubit tangannya sendiri sehingga Ia mengaduh.     

"Ha..ha..ha...Kau masih tetap bego seperti dulu. Kau tidak sedang bermimpi. Ini aku benar sahabatmu sejati, Sisca" Kata Sisca penuh dengan rasa kebahagiaan sudah membuat Alena ketakutan.     

Tapi tawanya berhenti ketika melihat Alena malah menatapnya dengan tatapan biasa-biasa. Tidak terlihat sedikitpun rasa khawatir pada matanya. Kini wajahnya malah tersenyum lebar.     

"Syukurlah Sisca. Kau yang menculikku. Aku pikir Aku diculik sama teroris yang nantinya akan minta tebusan uang. Aku lega kalau kau yang menculikku"     

Wajah Bahagia Sisca langsung berubah menjadi hitam. "Apa maksud perkataan mu?"     

"Bukankah Kau tidak lebih bego dari pada Aku?? Sebentar lagi pasti Aku dan Lila akan segera bebas." Kata Alena sambil nyengir.     

"Setan!!! Apa maksudmu ??" Sisca berteriak keras.     

"Kalau kau tidak bego, bagaimana bisa Kau mengorbankan anakmu sendiri untuk mengancam ku" Kata Alena dengan santai.     

"Aaargh...aku sangat membencimu..."     

"Kau pikir Aku tidak membencimu??? bertahun-tahun Aku berpikir kau adalah sahabat sejati ku. Nyatanya Kau begitu busuk. Kau memanfaatkan ku."     

"Kalau saja Kau tidak merebut Nakula dariku mungkin Aku bisa memaafkan mu. Kalau seandainya Kau bukanlah penyebab kematian Andre mungkin Aku tidak akan begitu sakit hati" Kata Sisca.     

Alena mencibir. "Kalau saja cinta mu begitu tulus pada Nakula mungkin Kau akan berbahagia sekarang. Kalau Kau mencintai Andre karena cinta suci dan bukan karena hartanya maka Kau juga akan mendapatkan hatinya"     

"Lantas Kau sendiri apa kau bukan matre?? Kau menikahi pria terkaya di muka bumi ini. Kau menikahi Pangeran dan menendang Edward yang jelas-jelas mencintaimu lebih dulu"     

"O...oh..oh.. Hipotesis yang salah" Kata Alena sambil menggelengkan kepalanya.     

"Pertama..Aku tidak pernah mencintai Edward. Kedua Aku bertahun-tahun mencintai Nizam tanpa tahu kalau dia seorang pangeran. Jadi praduga mu semua salah..Tuh kan jelas siapa sekarang yang lebih bego" Kata Alena sambil menggosok-gosok bibirnya menggunakan telunjuknya.     

Wajah Sisca semakin menghitam. "Kau tidak melihat Aku sedang memegang senjata. Aku akan menembak mu sekarang..Aku.." Sisca berkata dengan terengah-engah saking marahnya. Ia mengacungkan senjatanya pada Alena. Lila menjerit ngeri Ia menutup matanya. Sedangkan Alena malah terdiam sambil menatap tajam.     

Tangan Sisca begitu gemetar ketika Ia akan menarik pelatuknya sampai kemudian ada orang yang membuka pintu kamar. "Edward sudah datang" Kata orang itu tergesa-gesa.     

Sisca menurunkan tangannya yang memegang senjata. " Untungnya Aku belum membunuhmu. Aku ada permainan menarik sebelum membunuhmu". Sisca tersenyum dengan jahatnya lalu keluar dari kamar.     

"Kau tunggu disini..Alena.. bersabarlah. Nyawamu pasti akan melayang" Kata Sisca lagi sebelum Ia menutup pintunya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.