CINTA SEORANG PANGERAN

Bertahanlah, Lila!! ( 4)



Bertahanlah, Lila!! ( 4)

0Setelah hampir satu jam, Akhirnya Ayahnya Edward duduk di sebuah kursi lalu memegang tangan Lila. "Aku belum lama mengenalmu. Bahkan aku tidak tahu siapa Keluarga mu. Tapi entahlah Mengapa Aku merasa bahwa kita memiliki ikatan batin yang kuat. Kami berharap banyak pada mu. Kau harus membuat Edward jatuh cinta pada mu dan biarkan Ia melupakan Alena."     
0

Mata Lila tetap terpejam, Jiwanya sedang mengembara di alam yang berbeda. Ia merasa sangat lelah dengan kehidupan yang sudah Ia jalani selama ini. Sejak kecil Ia hidup tanpa mengenal kasih sayang seorang Ayah, hidup berjibaku sendiri berdua dengan Ibunya. Bahkan demi membiayai kuliahnya Ia harus mau menjadi pelayan di sebuah klab malam. Sekarang Ia harus memiliki seorang suami yang mencintai orang lain. Lalu untuk apa Ia hidup.     

Ia sudah puas dengan mengorbankan nyawanya demi menyelamatkan nyawa Suaminya. Mungkin Ia memang tidak layak untuk hidup. Hidup baginya terlalu menyakitkan. Air mata Lila tampak meleleh membuat Ayahnya Edward terperanjat. Ia segera berteriak memanggil perawat.     

"Suster..dia menangis. Menantuku menangis apakah ini tanda-tanda siuman?" Tanya Ayahnya Edward dengan penuh harap.     

Dua orang perawat segera menghampiri mereka. Seorang perawat lalu meraih tisu dan melap air mata Lila.     

"Tuan. Tolong untuk bersikap tenang. Nyonya Lila baru keluar dari ruangan operasi. Mungkin butuh waktu bagi dia untuk siuman secara keseluruhan. "     

Ayahnya Edward menganggukkan kepalanya. " Tolong kalian jaga menantuku dengan baik. Ia sangat berharga bagi kami" Kata Ayahnya Edward sambil kemudian Ia beranjak menuju keluar. "Aku mau menenangkan pikiran dulu, tolong jangan tinggalkan Dia. Besok Aku akan memberikan seorang asisten pribadi untuk menantuku"     

Ayahnya Edward kemudian duduk di taman. Ia menatap bunga-bunga yang bermekaran sisa dari musim semi. Ia mengingat kembali perjalanan cintanya kepada istrinya. Istrinya berasal dari kalangan orang berada. Ia ingat dulu Ia mencintai teman kuliahnya yang berasal dari kalangan rakyat biasa. Kedua orangtuanya tidak menyetujui hubungan itu. Hingga kemudian Ia dijodohkan oleh orangtuanya ke Ibunya Edward yang strata sosialnya sama.     

Yang sangat disesalkan olehnya adalah Ia menerima perjodohan itu dan sama sekali tidak berniat untuk memperjuangkan cintanya. Ia meninggalkan gadis yang sangat Ia cintai dan mencintai nya patah hati. Ia merasa apa yang sedang dialami oleh anak yang begitu disayanginya itu adalah hukuman atas perbuatannya dulu.     

Itulah sebabnya Ia sangat menyayangi menantu nya. Ia seakan melihat diri wanita yang dicintainya dulu ada pada diri Lila. Hanya sayangnya Edward malah mencintai Alena. Dan Alena tidak membalas cintanya. Sungguh sangat menyakitkan melihat anak semata wayangnya begitu menderita karena cinta.     

Dengan Gemetar Ayahnya Edward mencabut sebatang rokok dari bungkusnya dan kemudian Ia merokok dengan tangan yang gemetar. Ia hanya diberikan satu anak oleh Tuhan. Istrinya tidak pernah bisa melahirkan lagi. Dan Edward tumbuh dengan rapuh. Ia selalu bermain dengan perasaannya yang sangat halus.     

Walaupun demikian jiwa bisnisnya menurun dari keluarga Anderson. Ia sangat menguasai bisnis keluarga nya walaupun Ia kuliah di jurusan sastra. Ia juga menginginkan Edward untuk kuliah di ilmu pemerintahan. Ia ingin Edward meneruskan juga tradisi keluarga Anderson yaitu terjun di bidang politik. Tetapi kini harapannya sedikit kabur. Edward yang rapuh agaknya tidak akan bisa bermain politik.     

***     

Pangeran Abbash duduk di mobilnya Ia sudah bersiap akan segera ke Azura ketika kakaknya menelpon dia.     

."Assalamualaikum Kakak" Katanya memberikan salam pada kakak nya.     

"Kau sudah menyelesaikan tugasmu??"     

"Ya sudah. Dia sudah mati. Aku sengaja tidak menembaknya agar kasusnya cukup membuat mereka kebingungan" Kata Pangeran Abbash sambil bersender ke sandaran mobil.     

"Abbash..Kau jangan ke Azura dulu. Aku sudah menjanjikan Ayahnya Edward untuk bertemu dengan mu besok. Ia akan bekerja sama dengan kita berbisnis minyak"     

"Ow..luar biasa, Apa ini suatu kebetulan atau ini salah satu taktik dari kakak??" Pangeran Abbash mengerutkan keningnya.     

"Pangeran Nizam bukanlah orang yang sembarangan. Ia mahir dalam segala hal. Kau tahu sangat sulit meruntuhkannya dalam bidang ekonomi, sosial dan politik. Dan Kau tahu apa yang menjadi kelemahannya?"     

Pangeran Abbash tersenyum, "Rakyat se-Azura kemungkinan sudah tahu. Istrinya yang cantik jelita itu adalah kelemahannya. Ha...ha..ha.. Aku jadi sangat ingin bertemu langsung dengan si cantik itu"     

"Kau, Abbash!!! Jangan main-main dengan Putri Alena!!" Aku peringatkan Kau!!" Pangeran Bari tampak terdengar sangat murka.     

Pangeran Abbash tampak terkejut, Duduknya yang asalnya bersender segera memperbaiki duduknya. Sejak kapan kakaknya perduli tentang ketertarikannya terhadap seorang wanita. Lagipula Ia hanya bilang kalau Ia hanya ingin bertemu langsung dengan Alena.     

Pangeran Bari rupanya menyadari keheranan adiknya. "Ha...ha..ha.. maksudnya Abbash, Aku hanya mau bilang kalau jangan ganggu Alena karena Aku ingin Ia menjadi umpan ku terhadap Pangeran Nizam." Pangeran Bari tertawa. Tapi Pangeran Abbash bukan orang bodoh. Ia lalu berkata dengan dingin. " Kakak jangan bilang kau jatuh hati pada Istrinya Pangeran Nizam.     

Pangeran Bari langsung terdiam. Ia menatap screen server handphonenya. Ia menatap wajah cantik yang Ia ambil dari internet. Sebenarnya Ia memasang foto itu sebagai penyemangat dia dalam menghadapi Nizam. Ia juga ingin foto itu selalu mengingatkan dia tentang adiknya yang terperangkap di haremnya Nizam dan tidak dipedulikan oleh Nizam karena wanita ini. Tapi semakin Ia menatapnya Ia semakin merasakan ada perasaan aneh yang menyelimutinya.     

"Kakak!! Apa Kau masih menelponku? Kakak apakah Kau sebenarnya serius membiarkan Putri Alena terbunuh oleh Sisca"     

"Abbash!! Kau jangan cerewet. Ingat dia adalah saingan adik kita. Kita harus menyingkirkannya dari Istana Pangeran Nizam"     

"Hmmm... apakah mungkin menyingkirkan nya dari Istana Pangeran Nizam lalu menyimpannya di istanamu sendiri, sehingga sekali merengkuh dayung, dua tiga pulau terlampaui"     

"Ha..ha..ha.. tidak lah. Aku tidak ingin berebut wanita seperti Edward dan Pangeran Nizam. Aku juga tidak mau mati konyol karena wanita seperti Nendri dan Andre. Sudahlah sana, persiapkan materi buat rapat besok. Usahakan kontrak kerjasamanya ditandatangani oleh Tuan Anderson. Aku berharap sedikit demi sedikit perekonomian kerajaan kita akan melampaui keberhasilan Kerajaan Sentral."     

"Hmmm...Kakak ini sejak kecil selalu ingin bersaing dengan Pangeran Nizam."     

"Yah... tetapi Aku selalu kalah. Dia sangat sulit untuk dikalahkan. Aku selalu menjadi yang No dua. Sudah saatnya Aku mengambil alih kedudukan. Aku ingin menjadi yang Nomor satu. Aku harus mengambil alih tampuk pimpinan. Kerajaan Zamron harus menjadi kerajaan Sentral."     

"Aku akan selalu mendukungmu. Dan Adik kita Mira harus jadi seorang Ratu Utama mengalahkan Putri Alena dan Putri Reina"     

"Oh ya Abbash, foto-foto Alena dan pria itu apakah sudah di sebar??"     

"Tadinya malam ini Aku akan pulang ke Zamron Kemudian Aku sebar dari sana. Tapi karena Aku masih harus di Amerika maka kita akan sebar dari sini saja. Di jamin Nizam akan seperti kebakaran jenggot"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.