CINTA SEORANG PANGERAN

Bertahanlah, Lila!! (2)



Bertahanlah, Lila!! (2)

0Belum juga Chief Jeremy menjawab perkataan dari Ayahnya Edward lalu teleponya berbunyi. Chief Jeremy tadinya hendak tidak memperdulikan panggilan teleponnya. Tetapi ketika dilihatnya dari Paul Ia jadi meminta ijin dari Ayahnya Edward sambil mundur sedikit menjauh mengangkat teleponnya.     
0

"Hallo!! Jangan katakan Kau menelponku untuk sesuatu yang tidak penting karena Aku sedang berbicara dengan Senator, ayahnya Tuan Edward" Kata Chief Jeremy terlihat sangat kenyal.     

Tetapi jawaban dari Paul terasa bagaikan ada bom yang diledakan didekat kakinya, " APAA? Apa kau bilang?? Arya mati?? Such an idiot. Kalian benar-benar idiot semua!!" Chief Jeremy berkata setengah berteriak sampai-sampai ditegur oleh perawat yang sedang piket.     

"Sssst..Tuan, dimohon tenang!!" Kata seorang perawat sambil menyimpan telunjuknya dibibir. Chief Jeremy mengangkat kedua tanganya meminta maaf sambil segera berpamitan kepada Ayahnya Edward. Dengan tergesa-gesa Chief Jeremy keluar dari rumah sakit dan pergi menuju markasnya.     

Di sepanjang jalan Chief Jeremy marah-marah, Ia benar-benar tidak mengerti mengapa mendadak anak buahnya menjadi bodoh semua. Ketika mobil sampai di markasnya Ia tercengang melihat tiga anak buahnya terluka dan Arya terbunuh dengan penyebab kematiannya adalah gagal jantung. Apa yang terjadi ? Apakah yang membunuhnya setan yang menyamar menjadi manusia ?.     

Ketika Paul dan Martin bercerita silih berganti, Chief Jeremy hanya mendengarkan dengan wajah merah padam.     

"Bagaimana bisa kalian, polisi terlatih bisa terpancing oleh banci seperti itu?" Chief Jeremy menggelengkan kepalanya.     

" Orang itu memiliki ilmu yang aneh, Ia seperti menghipnotis kami" Kata Geo sambil menundukkan kepalanya.     

"Dan Kau Paul bagaimana bisa Kau terpancing untuk menyuruhnya masuk" Tanya Chief Jeremy.     

"Aku terpancing untuk menangkapnya karena Ia memang sangat mencurigakan, bahkan Ia berani menyogokku agar bisa membuatnya menjenguk Arya. Aku pikir kalau Aku menahannya Ia akan sangat berguna untuk kita" Kata Paul sambil menundukkan kepalanya.     

"Itulah!! Aku yakin dia bukanlah seorang banci, Dia laki-laki biasa yang sengaja menyamar menjadi wanita agar Kau menangkapnya dan menjebloskannya kepenjara. Dan bodohnya Kau malah memasukannya ke penjara berdekatan dengan Arya." Chief Jeremy mengurut keningnya yang mendadak terserang sakit kepala, rasanya terasa sangat menyakitkan.     

Paul menundukkan kepalanya, Ia tidak mengira kalau Ia akan tertipu mentah-mentah. Ia pikir Pangeran Abbash adalah laki-laki yang memang sedang berdandan wanita dan merupakan kekasihnya Arya. Ia tidak mengerti kalau Pangeran Abbash bertingkah seperti itu agar Ia bisa mengetahui dengan cepat lokasi penjara Arya.     

"Laki-laki ini benar-benar profesional bahkan Ia merusak semua cctv di sini melalui internet. Bagaimana bisa Ia merusak rekaman melalui jaringan online di internet. Benar-benar tidak masuk di akal. Dan bagaimana dengan suara tembakan yang terdengar?? Jangan kau bilang suara tembakannya tidak terdengar"     

Wajah Michael yang pucat karena kakinya di tembak semakin pucat mendengar pertanyaan atasannya. " Aku membawa pistol dengan peredam. Maafkan Aku. dan Pria itu tahu pistolku menggunakan peredam sehingga Ia menembak kakiku."     

"Senjataku juga menggunakan peredam, kata Geo dengan lemah. "sehingga tembakanku tidak terdengar lagipi;a memang posisi penjara kita jauh dari pintu depan."     

"Habislah sudah, Kepolisian kita dipermalukan oleh orang tidak di kenal. Dan Aku tidak akan sanggup melanjutkan kasus ini lebih dalam lagi"     

"Tapi Kenapa?" Ketiga anak buahnya menatap dengan heran.     

" Karena ini melibatkan skandal anaknya senator. Tuan Anderson tidak akan pernah mengijinkan kita mengangkat kasus ini ke pengadilan. Lagipula laki-laki yang menyamar jadi perempuan itu kemungkinan berasal dari orang yang mendukung sisca dari belakang. Kita tidak memegang satupun barang buktinya. Mungkin sebentar lagi Aku akan mengundurkan diri karena kasus ini." Kata Chief Jeremy sambil pergi memeriksa mayat Arya.     

***     

Apartemen Nizam     

Alena masih berdiri mematung memandang ke arah Nizam. Nizam sudah melepaskan kemejanya dan Ia lalu mendekati istrinya. Nizam memeluk Alena sebelum kemudian dia menundukkan wajahnya dan mencium bibir Alena dengan penuh kelembutan.     

Semula Alena hanya berdiri saja terpaku sebelum kemudian dia membalas ciuman suaminya dengan penuh kekuatan. Nizam sampai tersedak, "Pelan-pelan Alena," Bisiknya sambil melepaskan kain sari yang membungkus tubuh indah istrinya. Pandangan Nizam jatuh pada kalung berlian yang masih menempel di leher Alena. Sinarnya berebut memancar ke wajah Alena.     

"Kalung itu sanga cocok berada dilehermu, sayang" Kata Nizam sambil memiringkan wajahnya dan mulai mencium leher istrinya. Kemudian Nizam memutar tubuh istrinya agar membelakanginya. Ia menundukkan tubuh Alena. Alena hanya terdiam dan menurut ketika Nizam dengan penuh kelembutan memegang pinggulnya dan segera memainkan dawai cinta yang sangat indah. Alena memejamkan mata tangannya mencengkram sprei dengan erat. Suara suaminya terdengar begitu melenakan perasaannya.     

Tetapi kesyahduan mereka terganggu oleh suara dering telepon. Raut wajah Nizam jadi terlihat kesal apalagi ketika kemudian konsentrasi Alena jadi pecah dan Ia segera ingin melepaskan diri dari suaminya. Nizam malah memegang pinggulnya dengan erat sambil mempercepat gerakannya. Sampai selesai Nizam tidak mengangkat teleponnya hingga telepon itu akhirnya tidak terdengar lagi.     

"Tidurlah!! Jangan lupa sholat dulu. Agaknya Ini sudah memasuki waktu subuh" Kata Nizam sambil menyuruh Alena sholat. Alena menganggukan kepalanya dengan patuh. Ia berjalan menuju kamar mandi. Nizam memunguti pakaian Alena yang berserakan di bawah dan menyimpannya dalam keranjang cucian. Lalu meraih mantel kamar dan memakainya.     

Ketika dilihatnya nama Imran yang melakukan pemanggilan, Nizam segera menelpon balik, " Assalamualaikum, Imran!! Kamu sudah mengganggu waktu istirahatku, berikan Aku berita yang bagus" Kata Nizam dengan suara dingin.     

"Yang Mulia, mohon maaf jika hamba menelpon dalam waktu yang tidak tepat, tetapi Hamba ingin meminta petunjuk"     

"Hmmm..." Nizam menjawabnya dengan hmmm, Imran melanjutkan perkataannya. "Hamba sekarang ada di markas kepolisian Amerika. Di depan saya ada mobilnya Pangeran Abbash, adiknya Pangeran Bari. Apakah Yang Mulia inginkan dari peristiwa ini? Apakah hamba harus membunuhnya?"     

Nizam terdiam dulu lalu Ia bertanya lagi, "Apakah Sisca sudah mati?"     

"Iya Yang Mulia" Kata Imran     

"Apakah Arya juga sudah mati?" Kata Nizam lagi     

"Ya, kalau hamba lihat dari raut wajah Pangeran Abbash saat keluar dari kantor polisi, Ia tersenyum jadi hamba yakin Ia pasti sudah mati. Pangeran itu terkenal sangat kejam dan hobi membunuh. Ia adik sekaligus tangan kanan Pangeran Bari."     

"Jangan kau melakukan apa-apa. Pangeran itu bukan tandinganmu. Aku sangat yakin ilmunya sangat tinggi. Aku senang Ia telah membunuh Arya sehingga kita tidak usah mengotori tangan kita sendiri. sekarang pulanglah dan beristirahat. Aku sangat lelah sekarang. Besok kau berikan laporan detilnya!" Kata Nizam sambil masuk ke kamar mandi.     

Ketika dilihatnya Alena masih merendam tubuhnya di dalam bak mandi. Nizam kembali tersenyum mesum. Ia membuka jubah kamarnya dan melemparkannya ke lantai. Alena ternganga melihat suaminya yang ikut masuk ke dalam bak mandi. "Kau !!!.." Alena tidak dapat mentuntaskan ucapannya karena Ia terlanjur di bungkam oleh Nizam.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.