CINTA SEORANG PANGERAN

Bertahanlah, Lila! (3)



Bertahanlah, Lila! (3)

0Sepeninggal Chief Jeremy, Ayahnya Edward menghampiri ruang operasi Lila. Ia berdiri di depan pintu kaca sambil menatap nanar ke dalamnya. Matanya berkaca-kaca membayangkan menantunya sedang ditangani. Lalu setelah berdiri sekian lama, Asistennya menghampiri sambil membawa kopi dalam gelas kertas.     
0

"Sir!! Apakah Anda sebaiknya tidak duduk dulu beristirahat, Operasi masih akan berlangsung dalam beberapa jam. Mungkin segelas kopi dan beberapa kue muffin dapat membantu Anda untuk lebih rileks" kata Charles.     

Ayahnya Edward menganggukkan kepalanya, Ia segera duduk di kursi tunggu lalu mengambil gelas kopi dari asistennya dan mulai menyeruputnya.     

"Charlesh, Kau mendapatkan berita apa? Apa ada perkembangan yang terbaru?" Tanya Ayahnya Edward pada asistennya.     

"Saya dengar dari orang kita yang berada di kantor kepolisian bahwa Arya satu-satunya saksi kunci telah mati karena serangan jantung"     

Ayahnya Edward begitu terkejut, Ia memandang ke arah asistennya. Matanya kosong dan pikirannya kalut.     

"Mereka benar-benar bergerak cepat dan sangat profesional. Bahkan kepolisian kita pun tidak berkutik menghadapi mereka. Cara kerja mereka mirip dengan perkumpulan rahasia assassin" Ayahnya Edward mengambil kue muffin lalu mencoba memakannya dengan perlahan. Walaupun rasanya seperti memasukan buah berduri ke dalam tenggorokannya tetapi Ayahnya Edward harus makan sesuatu.     

"Apakah mereka dari Azura??" Tanya Asisten Mr. Anderson.     

"Begitulah, Bukankah Kau pernah mendengar berita burung kalau para Pangeran Azura itu dilatih ilmu beladiri sejak mereka masih kecil. Mereka juga mendatangkan banyak pelatih dari Cina dan Jepang. Mereka juga mahir menggunakan berbagai macam senjata baik yang modern ataupun tradisional. Setiap tahun mereka melakukan uji kompetensi keahlian mereka"     

"Anda rupanya tahu banyak" Kata assisten nya dengan kagum.     

"Itu karena Aku sedang menjajagi kerja sama dengan mereka. Aku bermaksud membuka perusahaan pengolahan minyak alam. Dan aku akan mengekspor minyak mentah dari mereka. Kau baru bekerja dengan ku sehingga kau memang belum tahu."     

"Apakah Anda bekerja sama dengan Pangeran Nizam??"     

"Tidak!! Aku bekerja sama dengan Perusahaan milik Pangeran Bari dari kerajaan Zamron. Hari ini seharusnya Aku mengadakan pertemuan dengan adiknya yaitu Pangeran Abbash. Tetapi mungkin akan aku undur besok karena Aku ingin memastikan hasil operasi dari Edward dan Lila.     

"Mengapa Anda tidak bekerjasama dengan Pangeran Nizam??" Tanya Asisten nya penasaran.     

"Tidak!! Aku tidak ingin Edward terlibat dengan mereka. Bukankah nantinya perusahaan Aku akan menjadi milik Edward. Kalau seandainya Aku bekerjasama dengan Pangeran Nizam maka itu menjadi tidak baik untuk nya.     

Asisten pribadi Ayahnya Edward menganggukkan kepalanya tanda mengerti. Tetapi kemudian Ia berhenti bertanya karena Ayahnya Edward terlihat sangat lelah. Ia duduk bersender di senderan kursi sambil memejamkan matanya. Ia terlihat sangat rapuh. Melihat anak dan menantunya terluka maka kewibawaan seorang senator juga langsung hilang.     

***     

Ruang Operasi.     

Dokter Afgan tampak memeriksa luka Lila dengan seksama. Ia sudah melakukan tindakan yang seharusnya memang dilakukan. Ia sudah mengecek aliran pernapasan dari Lila, Ia juga sudah memberikan infus, mengecek juga seberapa dalam luka tusukan dari pisau Sisca pada tubuh Lila. Belati itu terbuat dari baja bahkan pada sisi bilahnya berulir. Pisau sepanjang 18 cm itu hampir masuk seluruhnya tetapi untungnya tidak mengenai jantung sehingga Lila dapat diselamatkan.     

Hanya saja kenyataan bahwa Lila ternyata seperti tidak memiliki semangat hidup membuat tubuhnya tidak merespon tindakan penyelamatan pada dirinya. Lila koma dengan nafas yang terdengar sangat lemah. detak jantungnya lambat dan Ia hanya terbaring tanpa ada tanda-tanda dia akan siuman dari pingsannya.     

Dokter Afgan kemudian melepaskan sarung tangannya dan membuka masker wajahnya. "Aku sudah menyelesaikan tindakan apapun untuk menyelamatkannya. Sekarang tinggal menunggu dia siuman saja" Katanya sambil kemudian Ia mencuci tangannya. Lalu Ia keluar dari ruangan operasi. Begitu diluar Ia melihat Senator Anderson sedang menunggu menantunya.     

Ketika pintu ruang operasi dibuka dari dalam Senator Anderson tampak membuka matanya dan segera berdiri menyambut dokter yang mengoperasi menantunya. Dokter yang berasal dari India ini tampak tersenyum ramah dan menganggukan kepalanya memberikan hormat kepada senator.     

"Saya sudah berhasil melakukan tindakan oprasi menantu Anda. Sebanarnya tidak ada yang perlu dikhawatirkan lagi. Hanya saja sepertinya menantu Anda tidak memiliki semangat untuk hidup. Hal ini menyebabkan tubuhnya tidak merespon terhadap tindakan penyembuhan. Detak jantungnya lemah, tekanan darahnya juga sangat renda.     

Sampai Lila mendapatkan semangat hidupnya maka untuk saat ini dia hanya bisa hidup dengan ditunjang oleh peralatan medis."     

Ayahnya Edward tercengang mendengar penjelasan dari Dokter Afgan. " Tetapi mengapa hal ini bisa terjadi?"     

"Agaknya sebelum Lila di tusuk dia mengalami suatu goncangan hidup. Sehingga ketika dia terluka dia menjadi sangat lemah dan tidak memiliki semangat untuk selamat. Tubuhnya tidak memberikan respon yang bagus padahal masa kritisnya sudah berlalu. Tekanan darahnya sangat rendah. Mungkin kita harus menunggunya beberapa saat sampai dia siuman. Tetapi ada baiknya kalau Ia terus menerus diajak berbincang dan diberi motivasi agar Ia dapat merespon proses penyembuhan dirinya dengan baik."     

Ayahnya Edward hanya melongo tidak mengerti apa yang terjadi sebenarnya. Bukankah mereka sedang menikmati bulan madu. Walaupun tidak pergi kemana-mana karena Edward nya sedang melakukan promosi lagu terbaru nya. Dan yang tidak Ia mengerti bagaimana bisa Lila ikut diculik oleh wanita yang bernama Sisca itu. Ia sama sekali belum memahami kejadian yang sebenarnya. Mau bertanya kepada Edward. Ia tidak tega melihat anaknya sedang dalam keadaan berduka.     

Ayahnya Edward lalu tersentak ketika melihat Tubuh Lila yang dibaringkan dalam ranjang tampak didorong keluar dari ruangan operasi. Ia akan dibawa ke ruang perawatan. Para perawat itu tidak bertanya apapun tentang administrasi rumah sakit pada Ayahnya Edward. Karena mereka sudah paham dengan kelas VVIP tempat Lila di rawat.     

Ayahnya Edward berjalan mengikuti ranjang yang didorong oleh perawat. Wajah Lila tampak sangat pucat. kulitnya yang biasanya putih kekuningan kini tidak tampak merona. Matanya terpejam rapat. Lila terlihat sangat lemah dan tidak berdaya.     

Setelah berjalan menyusuri koridor rumah sakit maka sampai lah di sebuah ruangan yang besar dan dikelilingi oleh bunga-bunga. Ranjang Lila disimpan di tengah. Ruangan itu tampak bersih dan cantik. Fasilitas yang terdapat di dalamnya sangat lengkap. Alat pemantau keadaan pasien tampak ada disampingnya. Dari monitor terlihat jelas kondisi Lila mengenai, Irama jantung, tekanan darah, saturasi oksigen dan lainnya.     

Ayahnya Edward menyimpan salib yang diberikan Istrinya di samping kepala Lila. Ia lalu memegang tangan Lila dan berkata," Bertahan lah Lila, bertahanlah untuk mu dan untuk anakku. Bangunlah dan berjuanglah. Masih banyak yang harus Kamu lakukan. Hidup mu seharusnya tidak berakhir sampai di sini." Tetapi tidak ada respon sedikit pun dari tubuh Lila. Tetapi Ayahnya Edward tidak berputus asa. Bukankah kata dokter tadi. Lila harus selalu diberikan motivasi agar Ia bisa siuman dengan segera.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.