CINTA SEORANG PANGERAN

Lahirnya Sang Pewaris Tahta (2)



Lahirnya Sang Pewaris Tahta (2)

Melihat Nizam ambruk Arani langsung bergerak cepat. Ia bicara dengan Cynthia, "Yang Mulia tolong bayinya diamankan terlebih dahulu" Kata Arani kepada Cynthia sambil meminta Pelayan dari Azura mengambil bayi dari tangan Dokter Desy. Pelayan yang mendampingi Alena bukanlah pelayan sembarangan. Ia adalah pengasuh yang memang sudah direncanakan untuk mengasuh dan menangani anaknya Alena dan Nizam.     

Pengasuh ini memiliki sertifikat setara dengan keperawatan anak. Ia lulusan sekolah khusus keperawatan Azura untuk nantinya menangani anak dari anggota keluarga kerajaan. Syarat untuk menjadi mahasiswi di sekolah itu adalah para sarjana yang mengusai dua bahasa, Bahasa Inggris dan Azura, spesial untuk anak Nizam dia juga harus menguasai Bahasa Indonesia karena memang ibunya dari Indonesia.     

Pelayan itu segera mengambil bayinya Alena dengan sigap. Ia berkata dengan lembut, " Alhamdulillah Nona Arani, bayi ini laki-laki, Assalamualaikum wahai pewaris tahta kerajaan Kami" Katanya sambil menggendongnya, lalu membawanya ke Arani. Arani melirik ke arah Cynhtia. Dengan bahasa isyarat Ia meminta Cynthia untuk mengikuti bayi itu.     

Cynthia langsung memahami perintah Arani dengan segera. Bayi pewaris tahta yang baru lahir sangat retan dengan penculikan atau penukaran bayi makanya harus di awasi dengan ketat. Cyhtia langsung mendampingi si pengasuh untuk memandikan bayi tersebut.     

Sementara itu diluar terdengar ucapan Alhamdulillah dan sujud syukur dari Pangeran Thalal dan para pengawal. Pangeran Thalal sampai berurai air mata saking bahagianya. Ia segera menelpon Ratu Sabrina tentang kelahiran bayi Nizam. Ratu Sabrina dan pihak kerajaan memang sedang menunggu Alena melahirkan. Sayangnya memang Ratu Sabrina tidak bisa hadir ke Amerika karena memang kondisi suaminya sedang tidak sehat. Sedangkan orang tua Alena akan datang pada esok hari. Mereka langsung pergi dari Surabaya menggunakan pesawat yang pertama berangkat ke Amerika.     

Alena sangat bahagia melihat salah satu bayinya sudah lahir, Dengan gemetar Ia mengelus pipi bayi yang masih berselimutkan darah itu. Yang pertama dilihatnya adalah rambut bayi laki-lakinya yang hitam legam. Bayi itu terlihat sangat tampan dengan hidung yang begitu mancung. Ia mencium bayinya sebelum bayinya dimandikan. " Assalamualaikum, permata Ibunda, selamat datang di pangkuan Bunda" Kata Alena dengan bahagia. Ketika bayinya dibawa pergi Alena baru sadar kalau suaminya masih tergeletak pingsan. Tubuh tinggi besar dan berotot itu tergeletak tidak berdaya dengan muka sepucat kapas dan mata terpejam rapat. Pipinya ditepuk-tepuk oleh Arani.     

"Yang Mulia, bangunlah. Anak Yang Mulia sudah lahir. Mohon Yang Mulia untuk segera sadar" Tapi Nizam tidak bereaksi sedikitpun. Ia benar-benar pingsan bagaikan wanita lemah yang tidak berdaya     

Alena terbengong melihat suaminya yang tergeletak di lantai itu. Rasa sakitnya hilang sudah berganti dengan keheranan yang luar biasa. Ia menjadi cemas dan khawatir, seumur hidupnya Ia belum pernah melihat Nizam sakit, bagaimana bisa dia pingsan tidak berdaya seperti itu. Refleks Ia mau bangun dan turun dari tempat tidur tetapi Dokter Desy langsung mencegahnya.     

"Yang Mulia, Mohon jangan bangun dulu masih ada satu bayi lagi yang belum dilahirkan" Kata Dokter Desy sambil mencegah Alena turun. Rupanya saking khawatirnya Alena pada suaminya Ia sampai lupa kalau masih ada satu bayi yang harus dikeluarkan.     

"Benar Yang Mulia, segera lahirkan satu bayi lagi, Hamba akan menangani Yang Mulia Nizam." Kata Arani sambil menarik Nizam untuk dipindahkan ke sofa. Alena melihat suaminya ditarik oleh empat orang dengan susah payah karena memang berat. Maklum yang menariknya semua wanita. Setelah suaminya ditidurkan di sofa, Alena menjadi sedikit tenang dan mulai bersiap mengeluarkan lagi bayi yang satunya lagi.     

Dokter Desy kembali memberikan aba-aba kapan Alena harus mengambil nafas dan kapan Ia harus mengedan. "Yang Mulia lihat !! Kepala bayinya sudah terlihat, Ayo dorong sedikit lagi..Yang Mulia Anda adalah Ratu Azura yang hebat.. dorong lagi..Ya terus..terus..bagus"     

Karena perasaan bahagia atas kelahiran anak pertamanya dan karena khawatir melihat suaminya yang tepar tidak berdaya membuat Alena tidak lagi merasakan kesakitan, Yang ada adalah semangat 45 dalam mengeluarkan bayi yang satunya lagi. Dengan mengucapkan basmallah Alena kembali mengedan dan tidak lama kemudian kepala bayi keluar perlahan dari tubuh alena. Dokter Desy menerima kepala itu dengan sedikit gemetar saking bahagianya apalagi kemudian disusul oleh tubuh mungilnya. Dokter Desy lalu mengangkatnya ke atas dan memperlihatkan kepada Alena. Perasaan haru dan bangga meliputi perasaan Dokter Desy. Ia sudah menangani ratusan kelahiran atau bahkan seribu lebih tetapi baru kali ini Ia merasakan kebahagiaan yang begitu membanggakan.     

Pasiennya kali ini adalah calon Ratu Kerajaan yang begitu unik, Menangani pasien seperti Alena bagaikan menangani nyawa sendiri. Ia harus hati-hati. Sukses berarti limpahan kekayaan yang tak terbilang, tetapi jika gagal maka kepala taruhannya.     

Tetapi setelah ditunggu beberapa saat bayi yang kedua ini tidak menangi. Dokter Desy jadi sedikit tegang. Ia kemudian menjungkirkan bayi itu lalu menepuk pantatnya dengan perlahan sehingga tidak lama kemudian tangisannya pecah bersahutan dengan tangisan kakaknya yang sudah lahir terlebih dahulu.     

"Alhamdulillah, Yang Mulia. Bayi yang kedua adalah perempuan. Selamat Yang Mulia..Sekali lagi Selamat" Kata Dokter Desy sambil memberikan bayinya itu kepada pelayan yang kedua. Arani langsung mendampingi pelayan itu untuk pergi memandikan bayi yang kedua.     

Ketika bayi kedua Alena menyedot oksigen untuk yang pertama kalinya dan memperdengarkan tangisannya ke alam semesta. Seperti ada getaran batin yang langsung mengalir ke ruangan tempat Lili dirawat. Begitu tangisan bayinya pecah..Lila menghela nafasnya dengan kuat dan matanya yang terpejam rapat itu terbuka terbelalak. Lila berteriak untuk pertama kalinya setelah tiga minggu dari komanya.     

"ALENAAA!!" Teriaknya sambil terbangun dari mimpi panjangnya. Edward yang sedang duduk sambil membaca buku disampingnya terlonjak kaget. Ia hampir saja jatuh terpelanting dari tempat tidur. Mukanya pucat pasi dengan tangan gemetar. "Lila..Ya Tuhan.. Terima Kasih atas berkat-Mu ini" Kata Edward sambil memeluk Lila dan menangis tersedu-sedu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.