CINTA SEORANG PANGERAN

Menikahlah Jonathan dan Arani ( 7 )



Menikahlah Jonathan dan Arani ( 7 )

0Nizam baru selesai sholat subuh dan Ia tampak memakai pakaian tradisional Azura. Sebuah jubah berwarna putih dengan tepian warna emas dan hitam. Nizam juga mengenakan penutup kepala kotak-kotak hitam dan emas, mukanya yang biasa licin kini dihiasi cambang tipis, Ia benar-benar membuat baper para kaum hawa yang melihatnya. Para perawat yang kebetulan sedang mengecek kondisi fisik si kembar sampai tidak mau melepaskan pandangan matanya dari Nizam.     
0

Alena sendiri Ia sudah bersiap juga dengan gaun putih keemasan yang panjang menjela dan rambutnya yang ikal bergelombang ditutupi kerudung sutra putih khas Azura. Ditangannya terdapat beberapa gelang emas pelengkap dandannya. Ia sekarang mirip wanita Azura.     

Hari ini mereka akan menyambut kedatangan para tetua kerajaan Azura. Terus terang Alena sedikit gugup dengan acara ini. Ia tahu para tetua tidak menyukainya. Hanya karena Ia melahirkan pewaris tahta kerajaanlah maka mereka bersedia menengoknya.     

"Aku takut.." Kata Alena dengan suara lirih. Ia mencekal tangan suaminya dengan erat. Nizam memegang pangkal lengan istrinya dan berkata dengan lembut.     

"Percayalah sayang, tidak akan terjadi sesuatu apapun denganmu sepanjang Aku ada disampingmu. Dan mereka juga tidak akan konyol dengan berkonfrontasi langsung denganku. Mereka tahu bahwa Aku sangat mencintaimu. Sekalinya mereka mengusikmu tanpa bukti yang jelas maka Aku akan langsung menghajarnya"     

"Memangnya siapa saja yang sudah datang?" Alena bertanya dengan hati deg-degan     

"Kebanyakan para mertuaku.."Nizam berkata dengan hati-hati.     

"Mertuamu? Berapa banyak? Apa seluruh orang tua penghuni harem tumplek ke sini?" Alena melotot sambil taringnya mulia keluar bahkan kuku ditangannya sudah mulai keluar aura mencakarnya.     

Nizam tertawa dengan tawa yang sumbang di dengar, Ia sudah memperkirakan kalau Alena akan gusar mendengar para tamunya. Tapi kali ini Ia juga tidak mau berbohong pada Alena.     

"Sayangku, kali ini Aku tidak ingin membohongimu. Memang benar para tetua yang datang kebanyakan adalah Ayah dari para wanita yang tinggal di harem. Mereka ingin mengucapkan selamat kepada kita tentunya dengan hati yang tidak bisa kita prediksikan tulus semua.     

Mereka menengok anak kita karena ingin melihat seperti apa yang akan jadi pesaing cucu-cucu mereka kelak dan yang kedua mereka juga harus terlihat seperti mertua yang tulus karena memberkati anak dari menantu mereka walaupun itu nantinya akan jadi pesaing mereka. Para mertuaku tidak ingin dicap menjadi mertua yang iri hati dan berpikiran sempit dengan tidak memberikan berkahnya" Nizam berkata sambil memegang kedua bahu Alena.     

Alena terdiam, Ia berusaha untuk mengendalikan emosinya. Ada dua bayi ditangannya membuat Ia harus berpikir seribu kali ketika akan bertindak gegabah.     

"Nizam!! Katakanlah padaku! Kau tadi bilang kalau kau suka berbohong kepadaku, tetapi kali ini kau berkata jujur. Apakah kau takut aku akan bertindak gegabah? sehingga kau memberitahuku agar Aku bisa mempersiapkan diriku sebelumnya?" Alena bertanya menatap tajam pada Nizam. Nizam tertawa, kali ini tawanya adalah tawa senang karena Alena dapat menganalisa pemikirannya dengan tepat.     

"Kau sekarang bertambah pintar. Tidak sia-sia Aku memilihmu sebagai istri." Nizam mencubit dagu Alena dengan senang.     

"Makanya kalau sudah tahu Aku pintar kau harus berhati-hati mulai dari sekarang" Kata Alena sambil mencibirkan bibirnya.     

"Aku tidak pernah takut ketika kau menjadi pintar, Aku malah takut ketika kau bertingkah konyol. Kau tau mengapa?" Kata Nizam sambil merangkul pinggang Alena.     

Alena menggelengkan kepalanya sambil tangannya mengusap dada suaminya.     

"Karena Aku dapat dengan mudah menebak pemikiran orang pintar. Tetapi pemikiran orang-orang konyol sangat sukar untuk di tebak. Mereka memiliki pemikiran sendiri. Ibarat suatu jalan, pemikiran orang konyol adalah jalan yang tidak akan pernah digunakan oleh orang pada umumnya" Kata Nizam sambil mencecahkan ciuman pada bibir Alena yang indah bagaikan busur panah.     

Alena tertawa mendengar pernyataan suaminya yang sangat masuk di akal. "Ha..ha..ha..Kau persis bagaimana otakku"     

"Kau memang gadis terkonyol yang pernah ku temui. Kau menjeratku dengan gaya yang sangat mudah kutebak. Takdir Alloh yang mendorongmu ke dalam pelukanku padahal Aku sudah memutuskan bahwa Aku akan melupakan cintaku padamu" Nizam menundukkan wajahnya mencium leher Alena. Alena mendorong dada Nizam. "Ada perawat dari luar, mereka bukan pelayan Azura yang akan tutup mulut" Kata Alena.     

Nizam tersenyum, "Kalau begitu kapan Aku boleh bermesraan denganmu" Kata Nizam sambil berbisik ditelinga Alena, bahkan lidahnya mulai menjulur ke tepian telinga Alena.     

"Kau ingat? Aku masih..." Alena berkata dengan muka merah tapi bibirnya di tahan oleh telunjuk Nizam.     

"Aku memiliki banyak cara untuk bermesraan denganmu." Kata Nizam sambil tersenyum mengundang.     

"Aku percaya, untuk orang yang memiliki otak mesum selain jenius sepertimu kau pasti memiliki 1001 cara untuk mengerjaiku"     

"Tentu saja, makanya kau tidak usah khawatir Aku sudah hapal isi kitab kamasutra diluar kepala" Bisik Nizam     

"Aku juga tahu kitab itu" Kata Alena dengan pongah     

"Pasti itu buku tentang cara pembuatan thread of silk " kata Alena sambil tersenyum lucu. ( thread of Sutra adalah benang sutra )     

"Aku tidak mengerti apa maksudmu??" Nizam tidak memahami dengan istilah sutra yang Alena sebutkan.     

"In English sutra is silk, silk in Indonesia is sutra, jadi buku itu bercerita tentang cara-cara pembuatan benang sutra," Kata Alena sambil mikir secara mendalam. Membuat Nizam menjadi mengerutkan keningnya. Sumpah sebenarnya Alena tidak tahu buku apa itu dan sebenarnya Nizam juga baru membacanya akhir-akhir ini setelah Ia merasa memerlukan pengetahuan itu.     

Di Istana Ia dulu selalu meremehkan pelajaran tentang ini. Setiap guru privatenya membahas tentang masalah ini karena memang materinya ada dan harus dipelajari oleh para putri dan pangeran. Nizam selalu berkata Ia tidak ingin mempelajarinya. Ia tidak menyukainya dan pelajaran itu sangat menjijikkan. Tetapi setelah Ia bersama Alena maka pandangannya tentang materi bercinta berubah. Sekarang Nizam merasa bahwa materi bercinta jadi perlu juga untuk dipelajari.     

Ketika mereka sedang berbincang sambil berangkulan tiba-tiba Arani datang menghadap.     

"Assalamualaikum, Yang Mulia. Mohon ampun jika hamba mengganggu, di aula para tetua sudah berkumpul. Para wartawan juga sudah terlihat penuh menanti konferensi pers ini. Apakah Yang Mulia dapat menghadiri pertemuan itu sekarang? Atau harus ditunda?" Arani muncul bagaikan setan yang tiba-tiba muncul dari kegelapan membuat Nizam dan Alena terperanjat.     

"Astaghfirulloh, Arani. Kau membuat jantungku hampir lepas" Kata Nizam sambil melepaskan rangkulannya kepada Alena. Alena sendiri malah cekikikan melihat wajah Nizam yang pucat karena kaget.     

Arani langsung membungkukkan badannya sambil meminta maaf.     

"Sudah...sudah..ayo kita ke sana sekarang. Bawa Axel dan Alexa nya sekarang!!" Nizam lalu berjalan menggandeng Alena.     

"Yang Mulia!!" Arani berkata sambil menatap pegangan tangan Nizam di tangan Alena. Nizam menoleh, "Ada apa?" Nizam menjawab dengan pertanyaan.     

"Di aula yang hadir adalah para tetua kerajaan. Yang Mulia kalau Yang Mulia datang sambil menggandeng tangan Yang Mulia Putri Alena maka itu tidak akan terlalu bagus."     

"Aku tahu itu, Arani. Selama ini wanita harus berjalan di belakang pria beberapa langkah. Aku tidak suka itu. Mereka sekarang harus tahu kalau Aku, Nizam tidak akan pernah memperlakukan wanitaku sebagai orang kedua, dia akan menjadi prioritas utamaku setelah anak-anakku. Dan mereka harus mulai mengetahuinya sekarang"     

Arani tertegun mendengar kata-kata Nizam. Arani juga melihat Nizam dengan wajah datar melanjutkan berjalan sambil menggandeng tangan Alena diikuti oleh kereta bayi yang didorong oleh para pelayannya masing-masing. Di belakang para penjaga menjaga para bayi-bayinya.     

"Nizam Aku sangat bangga kepadamu. Kau adalah suami terbaik yang pernah ada di muka bumi ini"     

"Jangan terlalu berlebih-lebihan Alena, Aku tidak suka itu. Aku hanyalah suami yang terbaik untukmu dan Kau adalah istri yang terbaik untukku. Suami yang baik dan istri yang baik semua tergantung dari sudut pandang masing-masing setiap orang. Si A mungkin suami yang terbaik untuk si B tetapi mungkin bukan suami yang terbaik untuk si C. Jadi semuanya relatif, yang penting kita harus berusaha menjadi yang terbaik di mata Alloh sekemampuan kita."     

"Kamu begitu bijaksana,suamiku. Entah kelakuan apa yang pernah aku lakukan sehingga Aku mendapatkan ganjaran mendapatkan suami sepertimu"     

"Jangan berkata seperti itu karena kemungkinannya kau adalah orang yang terpilih yang akan menjadi salah satu orang yang akan mengakibatkan perubahan segala tatanan di kerajaan Azura"     

Nizam berkata sambil berusaha melupakan ada suatu ramalan yang beredar dari mulut ke mulut sejak Ia kecil. Ia tidak menyukai suatu ramalan karena tidak sesuai dengan Al-quran dan Sunnah tetapi memang Ia juga belum bisa mencegah kebiasaan yang lahir dari adat istiadat yang berlaku sejak dari zaman dulu berabad-abad yang lampau di kerajaannya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.