CINTA SEORANG PANGERAN

Habislah Kau, Arani!! ( 2 )



Habislah Kau, Arani!! ( 2 )

0Nizam segera masuk ke dalam tetapi Ia langsung meloncat sambil memiringkan tubuhnya ketika sebuah gelas menyambar kepalanya. Para perawat yang ketakutan langsung tercengang melihat gerakan pangeran tampan itu. Sangat indah, berkarisma dan mengagumkan. Tetapi kekaguman mereka tidak lama karena Jonathan berusaha meraih apapun yang bisa Ia raih untuk dilemparkan ke arah Nizam.     
0

"Kau benar - benar teman yang tidak punya hati. Teganya Kau melakukan itu untukku. Aku tahu aku bakalan dikhitan. Tapi mengapa Kau tidak meminta ijinku. Dan mengapa harus sekarang. Teganya kau menghancurkan impianku." Jonathan meradang. Mukanya yang putih itu memerah bagaikan besi yang terbakar. Ingin rasanya Ia turun dari ranjang pasien kalau saja Ia tidak meraskan ngilu pada miliknya. Kedua tangannya mengepal kuat.     

Nizam hanya berdiri waspada Ia masih belum berkata apa - apa. Ia menunggu Jonathan tenang dulu. Nizam berdiri bersender ke dinding yang ada dibelakangnya. Memperhatikan Jonathan yang kemudian meraung bagaikan singa lapar. Para perawat tidak ada satupun yang berani bergerak mereka menggigil di dekat jendela. Tangan seorang perawat tampak berdarah karena Jonathan tadi melemparnya dengan papan status yang ada dibelakang kepala Jonathan.     

"Jelaskan padaku, Keparat!! Mengapa kau melakukan itu padaku?" Kata Jonathan dengan amarah yang meledak - ledak. Ia sudah tidak takut lagi kepada Nizam. Impian indahnya untuk memulai memadu cinta pada malam ini hancur total gara - gara Ia dikhitan membuat rasa takutnya jadi hilang.     

Nizam masih belum berkata Ia malah melipat tangannya dan memandang ke arah Jonathan dengan wajah datar.     

"Mengapa Kau hanya diam saja? Bagaikan sebuah patung. Katakanlah cepat!! Mengapa berani - beraninya kau mengkhitanku. Kau kan tahu ini hari pernikahanku. Kau..kau..aargh...Kau sungguh tidak berperasaan" Jonathan terus mengeluarkan sumpah serapah. Nizam menggelengkan kepalanya. Kelakuan Jonathan benar - benar konyol.     

"Aku tidak akan bicara sebelum kau tenang. kau luapkan saja kemarahanmu. Aku hanya akan melihat sejauh mana orang yang Aku percayai untuk menjaga Arani" Kata Nizam dengan dingin membuat Jonathan langsung terdiam. Amarahnya langsung turun dengan drastis. kata - kata Nizam begitu memukul perasaannya.     

Jonathan terlihat sangat menyesal, Ia lalu berkata dengan pelan seakan angin yang berhembus semilir setelah serbuan angin topan yang tadi melanda mulai mereda.     

"Aku minta maaf. Aku telah bertindak diluar kendali" Jonathan menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya dan kemudian dia mulai menangis terisak - isak. Nizam berjalan menghampiri Jonathan dan sebelum Ia bicara Ia memandang ke arah para perawat dan berkata, " Keluar Kalian!!" Para perawat itu segera berlari keluar dengan tergopoh - gopoh seakan baru dibebaskan dari penjaga yang mengerikan. Nizam juga lalu menyuruh Ali dan Naila untuk ikut keluar.     

"Yang Mulia, Hamba tidak bisa keluar? Keamanan Yang Mulia.." Ali mencoba bernegosiasi agar Ia tetap diijinkan berada di dalam untuk menemani Nizam. Tetapi Nizam yang sangat memperhatikan kondisi psikologis Jonathan yang sedang terguncang tidak akan membiarkan jiwa Jonathan bertambah terguncang karena rasa malu.     

"Aku tidak apa - apa. Dia tidak akan membahayakanku, Segeralah keluar. Cepat!!" Kata Nizam dengan sedikit tegas. Ali dan Naila segera mengundurkan diri setela memberikan hormatnya. Nizam lalu duduk di pinggir tempat tidur dan memegang bahu Jonathan. " Hentikan tangisanmu. Kau tahu? Bertahun - tahun Arani hidup di sampingku. Belum pernah Aku melihat Ia meneteskan air matanya. Kau adalah laki - laki jadi tidak patut kalau kau menangis "     

Jonathan menghapus air matanya, "Aku sangat sedih. Walaupun Aku laki - laki tetapi Aku juga punya perasaan jadi apakah Aku tidak boleh menangis? Lalu Apakah Kau juga tidak pernah menangis?" Tanya Jonathan sambil menahan isaknya.     

"Aku menangis?? Tentu saja pernah beberapa kali " Kata Nizam berterus terang.     

"Kalau kau pernah menangis lalu mengapa Aku tidak boleh menangis?" Kata Jonathan sambil sedikit cemberut.     

"Itu karena Alena bukan wanita seperti Arani. Dia lebih sering menangis dibandingkan Aku. Nah..Kalau kau beda lagi. Arani adalah wanita yang sangat tegar jadi kalau kau menangis rasanya sangat tidak pantas." Kata Nizam sekenanya. Yang penting Ia berhenti melihat Jonathan meneteskan air matanya. Sungguh tidak lucu rasanya melihat calon pengantin laki - laki menangis gara - gara gagal melaksanakan malam pertamanya.     

"Kau egois!!" Kata Jonathan mulai mengomel lagi. " Mengapa Kau mengomel bukankah Kau yang menginginkannya untuk menjadi istrimu bukan Aku yang memaksa"     

"Baiklah..baiklah.. Aku lagi yang salah. Kau memang benar - benar seorang pangeran yang pandai bersilat lidah" Kata Jonathan.     

"Jonathan ini bukan salah atau tidak salah. Kau harus sudah mulai belajar memahami sifat istrimu dan mulai melebur ke dalam sifatnya agar Kau tidak stress sendiri nanti. Kau ingat menurut Islam wanita itu seperti tulang rusuk yang bengkok. Kalau kau biarkan maka Ia akan tetap bengkok tetapi kalau kau paksa meluruskannya maka Ia akan patah.     

Maka jalan satu - satunya adalah kau harus memahami sifatnya dan belajar untuk memahaminya dari sisinya. Luruskan jika memang salah tetapi harus dengan penuh kelembutan. Kalau dia tetap bersikeras kau boleh menunjukkan posisimu sebagai seorang suami.     

Aku sudah bilang kalau Arani adalah wanita yang spesial. Jika Ia memiliki suatu prinsip jika prinsipnya itu benar maka Ia akan mempertahankannya sekuat tenaga. Kau tahu mengapa Kau di khitan tanpa seijinmu?" Kata Nizam.     

Jonathan menggelengkan kepalanya sambil merasakan perih yang mulai terasa berdenyut. Walaupun dilaser bukan berarti tanpa sakit apalagi kondisinya yang berbeda dengan anak - anak.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.