CINTA SEORANG PANGERAN

Sebenarnya Siapa yang Menikah ? ( 5 )



Sebenarnya Siapa yang Menikah ? ( 5 )

0Pemandangan di depannya sungguh sukar dipercaya oleh mata Alena. Sebuah ruangan yang sebenarnya tidak terlalu luas karena memang itu adalah tempat yang diperuntukkan Nizam untuk istirahat mereka. Kamar pribadi mereka tempat untuk memadu kasih. Tempat tidur berbentuk lingkaran dengan sprei berwarna biru keemasan.     
0

Beberapa bantal yang bersulam bunga. Di sampingnya ada meja kecil dengan desain yang furisitik seakan melengkapi keindahan kamarnya. Dinding sebelah kiri adalah sebuah taman bunga yang sangat indah di batasi dinding kaca dan di sebelah kanannya adalah sebuah dinding kaca yang didalamnya ada air laut dengan ikan - ikan laut yang berenang - renang diantara karang laut.     

Alena melangkah ke dalam kamar yang berhamparkan permandani lembut dan tebal. Kamar yang sangat indah ini didesain antara old dan new fashion. Ada sentuhan modern juga ada sentuhan tradisional. Entah bagaimana Alena melukiskan apa yang dilihatnya. Ia berlari ke dinding kaca yang didalamnya ada ratusan ikan yang berenang - renang. Kedua tangannya menempel di dinding lalu ikan - ikan yang berwarna - warni itu berenang menghampirinya. Alena tertawa sambil menangis melihat keindahan di depan matanya.     

Lalu Alena juga berlari menghampiri dinding yang satunya lagi. Ia melihat puluhan varietas bunga yang ditanam dengan penataan yang sangat indah. Dan bunga - bunga itu berwarna - warni bahkan burung - burung kecil tampak kemudian berterbangan ketika Alena menempelkan tangannya di dinding kaca itu.     

Alena membalikkan badannya ke arah Nizam lalu menghambur ke dalam pelukannya. Nizam mendekapnya erat. Dan Alena menangis terisak - isak. Nizam mengusap punggung Alena dengan lembut. " Mengapa Kau menangis ? Apa kau tidak menyukai kejutan dariku ?" Tanya Nizam sambil merenggangkan pelukannya. Ia lalu memegang bahu Alena yang masih tersedu sedan. Tangan Nizam menghapus air mata yang meleleh di mata Alena yang indah.     

"Mengapa Kau begitu melimpahiku dengan kebahagian?" Kata Alena sambil menatap Nizam. Nizam tidak menjawab, Ia malah berlutut dihadapan Alena lalu memeluk pinggulnya dan menempelkan mukanya di perut Alena. " Karena Aku sangat mencintaimu. Kau layak mendapatkan yang terbaik yang dapat Aku usahakan " Kata Nizam dengan perlahan.     

Alena malah tambah keras menangisnya, " Aku juga sangat mencintaimu. Tetapi Aku tidak mampu memberikan seperti apa yang Kau berikan kepadaku " Kata Alena sambil menutup mukanya dengan sedih. Ia merasa tidak pernah membelikan Nizam barang apapun.     

Nizam malah berdiri lalu Ia meraih tubuh Alena dan membopongnya. Ia membawa Alena ke atas ranjang indah di depannya. Kemudian membaringkannya di atas ranjang berwarna biru bersulam emas. Ada hiasan - hiasan kecil yang menggantung dari atas ranjang mengelilingi ranjang itu.     

"Kau banyak memberikan kebahagiaan kepadaku. Kau memberikan Aku senyum terindahmu. Kau memberikan kesucianmu untukku, Kau juga melahirkan pewarisku, Kau memberikanku kenikmatan yang tidak dapat Aku dapatkan dari siapapun " Kata Nizam sambil menundukkan mukanya dan mencium kening Alena dengan lembut. Hidungnya turun mengikuti telusuran bibir Nizam. Nizam mengecup mata Alena kiri dan kanan membuat Alena menutupkan matanya sambil dadanya berdebar sangat keras.     

Dan ketika ciuman Nizam berlabuh di pipinya yang lembut, Alena mendesah sambil membuka matanya. Mata indahnya kini berbinar sayu. Nizam tersenyum dengan wajah yang sudah memerah. Kasihnya pada Alena seakan berbaur dengan hasratnya yang begitu menggebu. Tetapi Ia tetap menghormati Alena dengan cintanya. Ia tahu Alena baru melahirkan lebih dari sebulan lalu. Dan Ini akan menjadi sentuhannya yang pertama jika Alena mengijinkannya.     

Nizam sudah menggeser bibirnya dari pipi ke bibir Alena yang begitu ranum. Ia melabuhkan bibirnya di sana, merasakan sentuhan sehalus sutra. Ketika bibir Nizam merangkum bibir Alena, Alena membuka kedua bibirnya sehingga lidah Nizam segera menerobos masuk ke dalamnya.     

Ketika bibir mereka saling memagut, Alena mengusap kedua pipi Nizam dan Ia mengerang ketika tangan Nizam mulai meluncur dari lehernya ke dadanya yang kini semakin besar karena berisi nutrisi anak - anaknya. Ketika tangan Nizam mulai meremasnya dari balik pakaiannya Nizam kaget ketika tangannya menjadi basah. Ia langsung bangkit dan mengerutkan keningnya. Ditangannya yang besar dan kekar itu kini basah oleh air susu Alena yang langsung memancar keluar ketika di remas suaminya.     

Alena tidak tahan untuk tidak tertawa, Ia terkikik - kikik melihat Nizam kebingungan. " Kamu lupa ya? Dadaku kini berisi air susu untuk Axel dan Alexa. Jangan di remas lagi. Sini cium saja perlahan " Kata Alena sambil mendekapkan kepala Nizam ke dadanya. Nizam tersenyum Ia lalu hanya mengecupi dan membelainya perlahan.     

Alena mengelus kepala Nizam dengan lembut ketika ciuman Nizam semakin ke bawah dan ketika semakin bawah Alena semakin merasa gerah. Nizam lalu mengangkat mukanya sementara tangannya berada di paha Alena. " Apakah Kau sudah dapat di sentuh? " Tanya Nizam sambil menatap Alena dengan padangan yang berharap. Alena tersenyum sambil menjawab. " Ya...tadi waktu Aku pipis Aku sudah melihatnya dan itu sudah bersih.."     

Nizam langsung berbinar - binar. Ia segera mempreteli pakaian Alena. Tetapi Alena menahan tangan Nizam ketika Ia hendak melucuti sisa kain terakhir yang menutupi tubuhnya.     

"Nizam.. tahan!! " Kata Alena sambil terlihat sedikit ketakutan. Nizam hanya terdiam ketika tangannya di pegang Alena, padahal posisi tangannya sudah berada di pinggul Alena. " Ada apa?" Nizam bertanya karena melihat Alena yang tampak kebingungan.     

"Aku belum menggunakan alat kontrasepsi..Aku takut hamil lagi. Anak - anak masih kecil. kasihan mereka " Kata Alena pelan - pelan. Nizam tercekat mendengar kata - kata Alena. Dengan nafsunya yang sudah di ubun - ubun mana Nizam perduli Alena mau hamil lagi atau tidak. Lagipula kalau hamil lagi memang kenapa ? Toh ada bapaknya ini. Perkara anak - anak masih kecil, itu bisa diatasi. Musuh di medan perang saja Ia mampu hadapi masa mengurus anak sendiri tidak bisa.     

Lalu dengan ringan, Nizam menjawab " Tenang saja sayangku, Aku akan menggunakan teknik yang sudah berlangsung dari generasi ke generasi agar kau nanti tidak akan hamil " Kata Nizam ngasal sambil melanjutkan mempreteli pakaian Alena, yang kini Alena tidak menolak, Ia sangat percaya bahwa Nizam akan menggunakan teknik bercinta yang tidak akan membuatnya hamil.     

Alena merangkul leher Nizam sambil memejamkan matanya yang indah. Ia membiarkan Nizam melakukan apa saja yang disukainya. Ketika malam semakin larut dan nafas mereka saling memburu. Keringat mengalir dari sekujur tubuh mereka. Alena sudah mengejang berkali - kali. Sesekali Alena memperingatkan suaminya agar bersikap lebih lembut. Tetapi Nizam seakan tuli bahkan Ia sudah lupa teknik yang Ia janjikan pada Alena. Alena juga sebenarnya sudah tidak perduli lagi. Ia dan Nizam sudah menahannya cukup lama. Malam ini seakan malam pertama mereka kembali.     

"Alena..ini perasaan yang kurasakan seperti malam pertama. Ini sangat indah dan menyenangkan.." Kata Nizam sambil melenguh. Alena hanya memeluk suaminya dengan erat. " Ini lebih indah..Nizam, karena di malam pertama Aku sama sekali tidak merasakan keindahan " Kata Alena sambil mencium leher Nizam yang basah oleh keringat. Alena sangat menikmati ketika tubuh suaminya bergerak penuh semangat. Dan ini tidak Ia rasakan saat dimalam pertama. Saat itu Ia malah merasakan sangat tersiksa ketika tubuh suaminya bergerak - gerak dengan semangat.     

"Hmmmm...." Nizam malah berdehem, Ia lupa kalau di malam pertama Ia yang gila sendiri dan istrinya yang tersiksa. Tapi kini rasa bersalahnya seakan sudah lunas terbayar. Ia melihat Alena berkali - kali memeluknya dengan erat sambil berteriak kecil. Bibir Nizam bergetar ketika Ia mengucapkan untaian do'a di telinga Alena yang tampak memerah dengan nafas memburu sebelum kemudian Ia terkulai dipelukan istrinya. Air matanya meleleh membasahi leher Alena.     

Ikan - ikan yang berenang - renang itu tampak berseliweran ke kiri dan ke kanan serta burung - burung kecil itu terbang sambil mencicit dengan ramai. Mereka seakan ikut berbahagia menyaksikan sepasang insan yang sedang dilanda asmara memadu kasih. Mereka seperti sepasang pengantin baru yang baru saja menikah. Mereka saling memuaskan dengan senandung doa yang terhurai dalam indahnya kasih sayang yang tulus dan suci.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.