CINTA SEORANG PANGERAN

Hadiah dari Pangeran Thalal untuk si Kembar ( 10 )



Hadiah dari Pangeran Thalal untuk si Kembar ( 10 )

Nizam mendekati Alena dengan Axel ditangannya. Wajahnya tampak senang melihat Alena terbiasa dengan hewan buas. Karena Ia memang memiliki beberapa hewan peliharaan yang sifatnya buas. Sebenarnya di kerajaan Azura memelihara hewan buas menjadi simbol prestise bagi kaum bangsawan.     

Tetapi bagi Nizam sendiri yang memang sudah kaya dari lahir. Kedekatannya dengan hewan buas hanya karena sejak lahir Ia sudah diberi peliharaan seekor harimau. Sebagaimana Anak - anaknya kini.     

"Apakah Kau punya peliharaan juga Nizam?" tanya Alena.     

" Ya tentu saja. Peliharaan ku adalah beberapa harimau Benggala dan singa" Kata Nizam sambil mengelus kepala Momo."     

"Mengapa waktu Aku di Azura,Kau tidak memperlihatkan kepada ku? " Alena bertanya dengan rasa penyesalan. Seekor harimau atau singa jelas lebih besar, gagah dan garang dibandingkan cheetah. Dan mereka bisa mengaum dengan suara yang menakutkan. Tetapi Cheetah lebih kecil dan imut untuk para bayi. Cheetah hampir mirip dengan macan tutul makanya tadi Cynthia berteriak. Awas ada macan.     

"Kau pasti tahu Nizam ada tiga jenis kucing besar yang memiliki bintik-bintik pada kulitnya yang hampir sama tetapi berbeda. Yaitu Cheetah, Leopard dan Jaguar. Cheetah tidak bisa mengaum dan memanjat tetapi dia memiliki kecepatan berlari yang tidak bisa dilampaui oleh Leopard dan Jaguar. Selain itu bintik - bintik mereka berbeda.     

Cheetah memiliki bintik-bintik yang paling sederhana. Sedangkan harimau lebih lebar dan berwarna merah dan hitam sedangkan Jaguar lebih lebar lagi dan ditengah bintik ada bintik lagi"     

Nizam mengerutkan keningnya. "Aku bahkan tidak tahu itu Sayang. Ternyata Kau sungguh - sungguh sangat menguasai tentang binatang buas. Sebenarnya kau ingin menjadi seorang desainer atau pawang binatang buas? Aku sendiri hanya tau tentang harimau dan singa binatang buas. Dan tidak mendalami Meraka" Nizam takjub melihat kepintaran Alena tentang binatang buas.     

"Alhamdulillah Nizam. Ternyata saat ini Aku merasa lebih pintar dari mu atau dari Chyntia" Alena tampak bangga.     

"Alangkah sederhananya rasa bahagia mu itu. Hanya karena diberikan dua binatang buas sebagai hadiah untuk anak - anaknya, Alena tampak seperti diberitakan gunung emas. Padahal hanya diberikan dua binatang buas" Kata Nizam sambil kemudian mengelus kepala Alena.     

"Kau bahkan terlihat lebih bahagia diberikan hadiah dari Pangeran Thalal dari pada hadiahku" Kata Nizam sambil tersenyum lucu. Matanya menyipit dengan ujung bibir yang mengangkat seakan sedang mempertanyakan seberapa polos istrinya dengan sudut pandang yang begitu sederhana.     

Tetapi kemudian jawaban Alena Sanga menohok hati Nizam. Dengan mata berkaca - kaca Alena lalu berkata perlahan sambil mengelus kepala Axel yang berada diperlukan Nizam.     

" Itu karena Pangeran Thalal memberikan hadiah sebagai penjaga bagi anak - anak kita. Sedangkan Kau memberikan hadiah yang menunjukkan isyarat bahwa Kau sengaja memberikan hadiah ini sebagai persiapan kalau - kalau kita nanti akan berpisah.  Hadiah Pangeran Thalal menguatkan diriku sedangkan hadiahmu melemahkan diriku."     

"Masya Alloh, Alena. Sungguh Aku tidak menyangka kau berpikir sejauh itu. Maafkan diriku yang sudah selalu menganggap Kau begitu polos. Kalau ternyata hadiah ini malah membuatmu menjadi sedih. Lebih baik Aku menghancurkan rumah ini" Kata Nizam dengan wajah sungguh-sungguh.     

Alena langsung melotot lebar. "Apa Kau sudah gila? Ini sangat mubadzir menghancurkan barang dengan sia - sia. Kata nenekku dulu kalau aku menyia - nyiakan makanan dia selalu bilang kalau orang - orang mubadzir itu temannya setan. Apalagi kalau kau menghancurkan rumah yang sudah dibangun dengan susah payah.     

Apa kau tidak memikirkan para pekerja yang bekerja siang dan malam, para arsitek yang sudah memeras otak untuk membuat rancangan rumah ini. Belum lagi mungkin kau mengusir orang-orang yang mungkin sudah menempati tanah ini sebelum kau membangun rumah ini. Tidak Nizam! Jangan harap Kau melakukannya. Akan Aku hajar Kau nanti." Alena hampir memukul Nizam saking kesalnya.     

"Aduuh Nenek Alena Ampuuun.. mengapa istriku serasa lebih galak dari binatang buas?" Kata Nizam sambil tertawa-tawa.     

Arani tersenyum melihat tingkah laku Nizam dan Alena. Semakin hari Ia jadi semakin menyukai Alena. Selama ini terus terang Ia tidak terlalu menyukai.     

Arani mengira bahwa Alena kurang pantas menjadi Ratu Azura. Tetapi kemudian Arani melihat bahwa Alena seperti sebuah permata yang belum digosok sehingga selama ini kemuliaan Alena belum terlihat. Tetapi kemudian Alena semakin memperlihatkan sinarnya sehingga Ia sekarang terlihat begitu mulia.Kejadian hari ini semakin mengukuhkan kekagumannya kepada Alena. Alena memang layak menjadi Ratu. Seribu kali lebih layak dari Putri Rheina yang ambisinya hanya ingin menjadi Ratu Azura.     

***      

Sementara itu Pangeran Thalal terus membopong tubuh istrinya yang masih menggigil. Rupanya istrinya benar - benar phobia kucing. Yang jadi pikirannya sekarang adalah Ia harus memberikan semua macan, jaguar dan harimau yang Ia miliki ke adik - adiknya yang lain. Walaupun Ia sangat mencintai binatang - binatang itu tentu saja tidak akan sebanding dengan rasa cintanya kepada istrinya.     

Sampai kapanpun Ia tidak akan melakukan hal yang sangat dibenci istrinya. Biarlah Pangeran Thalal melupakan hobinya memelihara binatang buas seperti para pangeran lainnya. Ia tidak sanggup melihat Cynthia begitu ketakutan.     

Sesekali Pangeran Thalal mencium wajah istrinya yang berlindung di balik lehernya. Cynthia hanya menggigil dalam pelukan suaminya. Para pelayan dan pengawal tampak mengikuti Mereka dalam diam. Ketika mereka sampai di depan kamar seorang pelayan segera membukakan pintu dan Pangeran Thalal masuk ke dalam kamar kemudian menidurkan istrinya dengan lembut.      

Panglima Thalal melepaskan sepatu istrinya lalu tidur di sisinya sambil tetap memeluk istrinya. Para pelayan berjajar di samping tempat tidur menunggu perintah. Kemudian Pangeran Thalal melambaikan tangan menyuruh mereka pergi.     

"Tutup pintu nya dan jangan masuk kalau tidak kuperintahkan " Kata Pangeran Thalal. para pelayan segera keluar dan menutup pintunya.     

Pangeran Thalal mengelus kulit lengan istrinya yang sehalus pualam. Rambut pirangnya tampak sedikit acak - acakan. Mata birunya masih beriak gelisah. Sesungguhnya istrinya semakin hari terlihat semakin cantik dimatanya. Ada pesona yang tidak bisa Ia lawan setiap kali menatap istrinya. Apalagi kondisi istrinya sedang mengandung sehingga aura kecantikan nya semakin terpancar. Mata yang biru, rambut pirang dan kulitnya yang putih sangat kontras dengan kulit Pangeran Thalal yang sedikit kecoklatan. Untuk para lelaki Azura kulit Pangeran Thalal termasuk putih jika dibandingkan dengan Nizam yang jauh lebih coklat. Tetapi kulit Cynthia memang sangat putih. Putih khas gadis bule.     

" Sayang Aku minta maaf. Sungguh Aku tidak tahu kalau Kau takut kucing. Jangan takut lagi ya.. mari sini Aku obati ketakutan mu" Kata Pangeran Thalal dengan suara gemetar. Ia menengadahkan wajah istrinya yang pucat pasi. Ditatapnya mata biru itu. Pangeran Thalal tersenyum manis seakan ingin mengalahkan ketakutan istrinya. Dan kali ini Cynthia sungguh tidak ingin berdebat jadi Ia hanya bisa memejamkan matanya. Sehingga ketika mata Cynthia sudah terpejam rapat bibir Pangeran Thalalpun sudah berada pada tempat yang seharusnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.