CINTA SEORANG PANGERAN

Ketika Nizam Menginterogasi



Ketika Nizam Menginterogasi

0Nora terkulai lemah dan langsung terjatuh begitu jiwa Pangeran Abbash keluar dari tubuhnya. Ia pingsan tidak sadarkan diri. Alena melepaskan ciumannya dari Nizam dan berlari menghampiri Nora. Zarina juga segera berlari dan ikut berlutut di sisi Nora bersama Alena.      
0

"Dia masih pingsan. Jiwanya belum sadar. Hamba bisa menyadarkannya dengan membuka cakra intinya. " Kata Zarina sambil membantu Nora untuk duduk. Ia kemudian menempelkan telapak tangannya ke punggung Zarina dan membuka titik - titik cakranya.      

Nizam memperhatikan sambil tetap menggendong Axel bagaikan memegang nyawanya sendiri. Axel juga sudah berhenti menangisnya, Ia tampak nyaman berada dalam gendongan ayahnya.     

Nizam memperhatikan cara Zarina membuka cakra Nora dan tidak lama Nora tampak terbangun dan mengerang dengan lirih. " Aduuh.. kepalaku sangat sakit " Kata Nora sambil memegang kepalanya. Ia bingung mengapa tiba - tiba Ia tidak sadar.      

"Apa yang terjadi ? Mengapa kepalaku terasa sakit" Nora mengerang.     

"Kau dimasuki roh Pangeran Abbash, Kau mencoba menyerang Yang Mulia Pangeran Nizam" Kata Zarina sambil mencoba membangunkan Nora dengan mengangkatnya. Nora sangat terkejut mendengar kata - kata Zarina. Mukanya tambah pucat pasi.     

Zarina lalu memapah Nora untuk dibawa berbaring di sofa. Alena ikut membantu membuat Nora menjadi canggung.     

"Tolong Yang Mulia jangan repot - repot. Hamba mampu bangun dan berjalan sendiri." Kata Nora sambil malu karena dipapah Alena dan Nizam. Sebagai asisten Alena Ia merasa sangat malu mengapa Ia sangat lemah sampai menyusahkan majikannya yang seharusnya Ia jaga. Bagaimana bisa Ia begitu lemah sampai bisa dimasuki oleh Roh Pangeran Abbash     

"Kau jangan bodoh. Mau berjalan sendiri bagaimana kalau bangun saja Kau tidak bisa" Kata Alena sambil tetap memapah Nora. Nora akhirnya diam dan menurut saat Ia dibaringkan di Sofa. Nora mengucapkan terima kasih apalagi kemudian Alena memanggil pelayan dan meminta mereka menyiapkan air teh manis dan hangat.     

Zarina dan Nora menatap Alena yang meminumkan air teh manis dan hangat kepada Nora. Walaupun terasa aneh tetapi Nora meminumnya dan lalu merasakan badannya segar.     

"Di Indonesia, teh manis adalah minuman sakti. Kalau habis pingsan, kaget, sakit mendadak, atau habis makan apapun maka minumnya adalah teh manis. Bila perlu habis makan temanpun minumnya teh manis" Kata Alena sambil nyengir.     

Nora langsung tersedak mendengar kata - kata terakhir Alena. Mau tidak mau Ia tersenyum sambil menahan tawa mendengar Alena mengatakan kalau di Indonesia habis makan teman minumnya teh manis. Nizam, Amar dan Zarina juga tidak dapat menahan senyum mereka Mereka langsung memalingkan wajahnya ke arah lain untuk menahan tawa yang ingin tersembur. Kata - kata Alena langsung mencairkan ketegangan yang menyelimuti suasana di antara mereka.     

"Apa yang kau rasakan sekarang ? Bagaimana bisa tubuhmu dimasuki roh Pangeran Abbash?" Kata Nizam sambil duduk dan langsung menatap Nora. Nora tertunduk dengan perasaan menyesal telah menjadi penyebab huru - hara.      

"Hamba mohon ampun Yang Mulia. Hamba sendiri tidak mengerti bagaimana ini bisa terjadi. Hamba hanya sedang berjalan mengantarkan Zarina dan Amar untuk menghadap Yang Mulia Putri Alena ketika tiba - tiba Hamba merasakan pandangan mata hamba gelap dan hamba tidak ingat apa - apa lagi." Nora tertunduk dengan wajah penuh penyesalan. Ia yakin kalau Nizam pasti akan menghukumnya dengan keras karena dianggap lalai.     

"Ini pasti karena kondisi Nora sedang dalam emosi sehingga Pangeran Abbash dapat masuk dengan mudah ke dalam tubuh Nora." Kata Zarina sambil menjelaskan apa yang sedang dipelajari dari Mr. Sanjay waktu Ia mempelajari tentang ilmu pembuka cakra.     

Nizam langsung mendelik ketika mendengar penjelasan Zarina. "Bagaimana bisa Kau emosi saat sedang menjadi asisten istriku. Sebagai seorang asisten dia harus mampu mestabilkan emosinya dan selalu bertindak melindungi majikannya. Aku memilihmu dengan penuh pertimbangan. Tetapi Aku perhatikan ternyata kinerjamu tidak sebaik yang kuharapkan " Kata Nizam dengan dingin.     

Nora tertunduk lalu Ia berkata dengan lemah, "Hamba benar - benar minta maaf tetapi hamba memang sedang emosi karena mendengar Amar eh Tuan Amar melamar Nona Zarina" Kata Nora.     

Nizam tercengang mendengar kata - kata Nora, "Apa Kau bilang ?? Amar melamar Zarina ? " Nizam membalikkan tubuhnya dan menatap Amar yang sedang berdiri di belakang mereka. Amar menganggukan kepalanya sambil berkata, " Hamba memang berniat menikahi Zarina. Hamba kemari hendak meminta izin Yang Mulia" Kata Amar dengan penuh rasa hormat.     

Nizam yang sedang marah kepada Nora mendadak jadi berubah bingung mendengar kata - kata Amar. Bagaimana bisa ini terjadi. Bagaimana bisa Amar melamar Zarina. Bukankah Nizam tahu persis kalau Ali menyukai Zarina dan Nizam berniat hendak menjodohkan mereka. Tapi belum juga Nizam sempat berdisukusi dengan Ali, Amar sudah bergerak duluan. Tapi kapan mereka bertemunya ? Seingat Nizam, Amar sama sekali tidak pernah ada perhatian kepada Zarina.     

"Aku tidak mengerti, bagaimana ini terjadi ? Kita harus berbicara dulu Amar. Aku tidak ingin memutuskan masalah ini dengan tergesa - gesa. Amar sedang menggendong Alexa, Ia lalu memberikan Alexa kepada pengasuhnya. Nizam juga lalu membaringkan Axel ke tempat tidurnya.     

"Kalian keluar dulu !! Tunggu Aku diruanganku. Di Aula Timur. Aku mau membersihkan diriku dulu. Dan Kau Nora untuk sementara Kau kuehentikan dulu menjadi Asisten istriku sampai Aku memutuskan apa yang akan Aku lakukan kepadamu. " Kata Nizam sambil kemudian masuk ke dalam kamar mandi. Nora, Zarina dan Amar lansung membungkukkan badannya memberikan hormat dan pergi keluar ruangan.     

Alena meminta pengasuh bayinya juga untuk keluar dari ruangan. Ia mengambil Alexa dari pengasuhnya dan menyimpannya di atas ranjang dan menyusuinya kembali. Untuk menenangkan Alexa dari rasa kaget. Dari tadi Alexa gelisah dalam gendongan Amar. Ia mungkin tidak mengenali bau tubuh Amar. Yang membuat Alena bingung malahan ketika Alexa di gendong Nora malah terdiam tampak senang. Padahal selama ini Nora juga sangat jarang menggendong Alexa.     

Alena mendengar suara Nizam mandi. Pasti Ia mandi besar. Alena melihat Nizam keluar dari kamar mandi dengan mengenakan kimono handuk berwarna putih bersih. Tubuh Nizam tampak sangat segar. Nizam lalu berpakaian dan kemudian duduk di samping Alena.     

"Bisakah kau jelaskan kepadaku? Mengapa Kau memanggil Zarina dan Amar ke sini ? Ini adalah kamar kita berdua. Aku tidak ingin sembarangan orang bisa masuk ke sini. Ini ruangan privacy kita. Selain Bastnah dan para pelayan yang bertugas menjaga kebersihan ruangan ini maka semua terlarang masuk termasuk sahabatmu Cynthia. Tetapi kau  malah memanggil Zarina dan Amar kemari. " Kata Nizam sambil memegang bahu Alena.     

Alena bangun sambil melepaskan Alexa dari tubuhnya. Ia kemudian menatap Nizam dan berkata, " Kau melarangku keluar dari kamar sehingga Aku lalu meminta si kembar di bawa kemari. Dan Itu aku sudah meminta izin darimu " Kata Alena. Nizam menganggukkan kepalanya sambil menjawab.     

"Iya Aku sudah mendengar kata - katamu yang itu ? Lalu Zarina dan Amar ?"     

"Aku browsing tentang ilmu Pangeran Abbash kemudian Aku teringat Zarina yang kata Bastnah dia memiliki kekuatan ilmu kebatinan karena dia seorang indigo. Tadinya Aku ingin Ia melawan Pangeran Abbash kalau Ia menyusup kemari. Tetapi Aku tidak memperhitungkan kalau Zarina ternyata ilmunya belum cukup untuk melawan Pangeran Abbash. Maafkan Aku Nizam. Tetapi Aku melihat kau seperti kehilangan akal melawan Pangeran Abbash jadi Aku berinisiatif untuk menganinya sendiri "     

Alena tertunduk sambil memasang wajah katakutan. Jangan - jangan Nizam menjadi marah. Ia masih sangat trauma ketika Nizam mengamuk dan mencambuknya. Tetapi ketika Ia memiliki ide, Ia juga tidak tahan untuk melakukannya secepat itu. Tapi kemudian Alena menjadi lega ketika melihat wajah Nizam tidak terlihat ada tanda - tanda marah.     

Tetapi Nizam malah tersenyum sambil memeluk Alena dengan erat. "Aku senang kau memiliki inisiatif sendiri untuk melawan musuh kita. Aku juga senang kau menggunakan siasat untuk membuat Pangeran Abbash melarikan diri karena cemburu. Kau semakin pintar sekarang. Kau memang benar Aku sedang kebingungan melawan Pangeran Abbash. Ketika dia menggunakan ilmu diluar nalar maka Aku langsung kalah. Aku tidak mau berbuat musryik" Kata Nizam sambil tersenyum.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.