CINTA SEORANG PANGERAN

Kalah Pesona



Kalah Pesona

0Ketika mata Ibunya Zarina menatap wajah Amar. Amar tersenyum gugup, melihat betapa tampan tunangan Zarina yaitu pangeran Abbash. Dia merasa tidak ada apa - apanya dibandingkan pangeran itu. Ibunya Zarina sendiri hanya melirik sedikit, selain dia tidak kenal dengan Amar dia juga merasa keberadaan Amar tidak penting karena Pangeran Abbash dan Barry tidak menyebut - nyebut tentang Amar. Amar mendadak ciut sendiri.     
0

Cynthia bukannya tidak tahu kalau Alena dan Pangeran Abbash dari tadi main mata. Ia mengerutkan keningnya. Tapi sebagai sahabatnya Alena yang tahu benar kepribadian Alena. Dimata Alena tidak akan pernah ada laki - laki lain bagaimanapun tampan dan kayanya. Bertahun - tahun banyak pria yang mengejar - ngejarnya tidak sedikipun Alena melayani mereka. Sekarang mana mungkin akan berpaling dengan mudah walaupun Pangeran Abbash memang sangat tampan.      

Cynthia melihat wajah Nizam yang begitu kelam, Ia menjadi khawatir kalau Nizam kembali lepas kendali. Bukankah otak cerdas Nizam akan langsung berubah jadi idiot kalau sudah berkaitan dengan Alena. Dan Alena memang tidak pernah ada kapoknya, kalau Ia sudah ada maunya Ia tidak perduli lagi dengan pengalaman kemarahan Nizam. Dia memang tidak memiliki rasa trauma. Membuat gemas orang - orang yang disekelilingnya.     

Melihat tingkah Alena seperti itu hanya ada dua hal yang terlintas dipikiran Cynthia. Yang pertama kemungkinan Pangeran Abbash melakukan praktik ilmu hitam. Berdasarkan yang dia baca dari literasi, beberapa ilmu hitam bisa digunakan untuk menyakiti orang tanpa sentuhan fisik. Ilmu itu katanya juga bisa menjadikan seseorang jatuh cinta secara gelap mata tanpa mempertimbangkan rasio berpikirnya.      

Atau analisa yang kedua adalah Alena sedang melakukan sesuatu yang aneh lagi. Entah apalagi yang sekarang Ia pikirkan yang pasti Ia membuat Nizam jadi terlihat mulai gerah dan geram lagi. Cynthia harus siap siaga kalau - kalau Nizam mengamuk lagi.     

"Kalau Zarinanya sendiri bagaimana Yang Mulia.  Kami sangat ingin bertemu dengan dia" Kata Ibunya Zarina. Setelah awal pertemuan yang sangat baik sekarang kuncinya ada di Zarina. Kalau Zarina baik - baik saja berarti Ia tidak akan pernah menuntut Nizam ataupun Thalal. Lagipula bukankah ada Pangeran Abbash yang bersedia menikahi Zarina.     

Alena lalu mengeluarkan handphonenya dan berkata meminta izin untuk mengangkat teleponnya. Ia meminta Zarina agar segera datang.     

Zarina dikamar sebenarnya sudah selesai berdandan setengah jam lalu. Ia tidak mengerti mengapa Ia disuruh menunggu dulu dan tidak boleh menyambut langsung kedatangan orang tuanya. Alena menyuruhnya diam saja sampai Ia dipanggil olehnya. Ia tidak berani membantah perkataan Alena karena Alena tampak sangat serius. Bahkan Ia juga disuruh mengenakan pakaian khas Azura dan bukannya pakaian India.      

Begitu Alena menelpon Ia segera bersiap dan pergi sambil diikuti para pelayan. Gaun Zarina adalah Abaya berwarna hitam dengan motif bordiran  mewah dari benang  emas dan perak lengkap dengan kerudung dan perhiasan yang sangat mewah. Zarina juga mengenakan kosmetik yang sangat lengkap. Zarina tampil sangat memukau dan cantik. Ia tampil beda dari yang lain.     

Ketika Zarina muncul ke hadapan orang tuanya, Orang tuanya mengerutkan keningnya melihat gaya berpakaian Zarina yang berbeda dengan yang lain. Mengapa di saat yang lain mengenakan pakaian India tetapi anak mereka sendiri mengenakan pakaian khas Azura. Zarina langsung menyentuh kaki ayah dan ibunya kemudian memeluk mereka sambil menangis.      

"Mengapa Kau tidak pernah menghubungi kami, Kau membuat kami mencari kemana - ,mana sampai kemudian Pangeran Barry menghubungi kami. Kau tahu betapa cemasnya Kami. Ada apa ini sebenarnya. Apa yang telah kau lakukan kepada kami. Mengapa kau tinggal di rumah laki - laki. Bukankah itu berarti aib. Kata Pangeran Abbash kau menjadi  simpanan pangeran Thalal benarkah?" kata Ibunya Zarina bertanya tiada henti membuat Zarina mengerutkan keningnya.     

"Pangeran Abbash ? Sejak kapan Ibu mengenal Pangeran Abbash? Aku tidak pernah bertemu dengannya. " Zarina berkata sambil mendelik mencari wajah Pangeran Abbash dan begitu Ia melihat Pangeran Abbash, Zarina tertegun melihat wajah tampan pangeran itu tetapi sayangnya Pangeran Abbash tidak meliriknya sedikitpun, Ia sibuk menatap Alena dengan mata berkaca - kaca. Zarina mengerutkan keningnya. Ia mencium sesuatu yang aneh.     

"Yang Mulia Pangeran Abbash..Andakah?" Kata Zarina sambil menyuruh ibunya duduk dan Zarina sendiri juga duduk setelah ditunjukkan oleh pelayan.     

Ketika dilihatnya Pangeran Abbash masih terdiam tidak menjawab. Ibunya Zarina lalu menoleh dan berkata kepada Pangeran Abbash.     

"Yang Mulia.. apakah Anda tidak mendengar kalau Anak hamba memanggil Yang Mulia" Kata Ibunya Zarina sedikit keras. Ia mulai tersinggung dengan sikap Pangeran Abbash yang terlihat tidak tahu malu itu. Pangeran Abbash mengangkat wajahnya seakan tidak perduli. Ia lalu menatap ibunya Zarina dan kemudian melihat ke arah Zarina dengan pandangan tidak berminat.     

Ia mengakui bahwa Zarina sangat cantik tetapi pesonanya dimata Pangeran Abbash kalah dengan pesona Alena. Dia merasa salah tingkah dan sangat tegang melihat Alena. Ia sampai ingin menangis melihat wajah Alena dengan mata kepalanya sendiri.      

Betapa cantiknya Alena dengan pakaian India. Betapa manis wajahnya, betapa mungil dan lucu. Ia mengepalkan tangannya. Kalau saja tidak ada Nizam dan orang - orang diruangan itu Ia pasti sudah memeluknya dengan erat. Membenamkan wajah Alena ke dadanya atau Ia yang membenamkan wajahnya ke dada Alena.     

Ia merasa hari ini adalah hari yang terbaik dalam hidupnya. Ia selalu beranggapan kalau Ia bertemu dengan Alena Ia akan mendapatkan wajah masam Alena karena kebenciannya. Ia sudah bersedia menghadapi caci maki wanita yang sangat Ia cintai tetapi nyatanya tidak. Bagaimana bisa pandangan Alena kepadanya begitu teduh. Bagaimana bisa wanita cantik yang selalu menghiasi mimpi - mimpinya itu begitu manis kerlingan matanya. Ia seperti kejatuhan durian runtuh. Mana perduli Pangeran Abbash terhadap Zarina. Walaupun Zarina secantik bidadari tetapi Pangeran Abbash merasa tidak memiliki ikatan batin dengan   Zarina.     

Cinta adalah masalah hati bukan masalah mata. Cinta adalah masalah perasaan bukannya tentang fisik seseorang. Mungkin secara fisik bisa saja Zarina lebih cantik, lebih seksi, lebih tinggi bahkan kelihatannya belum tersentuh siapapun. Tidak seperti Alena yang sudah memiliki anak. Tetapi cinta memang misterius jadi kalau Pangeran Abbash mencintai Alena yang sudah memiliki anak jadi itu bukanlah hal yang aneh.     

"Yang Mulia..." Ibunya Zarina memanggil lagi.     

Pangeran Abbash kemudian berpaling lalu tersenyum. " Hai Zarina..." Katanya dengan suara yang teramat manis. Zarina melengkungkan bibirnya, matanya sedikit terbuka lebar menatap keindahan makhluk yang dihadapannya. Ia sama seklai tidak mengira kalau Pangeran Abbash ternyata begitu tampan.      

Zarina mencoba tersenyum kaku, matanya lalu melirik ke arah Amar. Amar menatapnya dengan kecut. Ia sudah pasrah kalau Zarina akan langsung mendepaknya dan menggantikan kedudukan dirinya sebagai calon suami dengan Pangeran Abbash.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.