CINTA SEORANG PANGERAN

Kekaguman Bastnah kepada Amar



Kekaguman Bastnah kepada Amar

1Setelah terhempas dan menggulirkan tubuhnya dari tubuh istrinya, Amar terdiam sesaat sambil memejamkan matanya beristirahat sebentar. Kemudian Ia melirik ke arah istrinya yang terbaring tidak bersuara. Amar terbangun dan menatap tubuh istrinya yang tampak lembab karena keringat. Dan ketika Ia melihat tetesan darah yang masih mengalir Amar langsung menggerakan jarinya di beberapa titik akupuntur istrinya. Ia menghentikan pendarahan yang sedang terjadi. Amar lalu mengambil pakaian bersih  dan segera mengenakannya. Tetapi Ia masih membiarkan tubuh zarina dalam keadaan telanjang. Amar kemudian mengambil handuk kecil dan dibasahi oleh air hangat dari kamar mandi. Ia membersihkan dengan lembut tubuh istrinya.     
1

Ia lalu mengambil kotak obat yang memang Ia sengaja sediakan untuk keperluan pribadi. Amar mengambil sebuah minyak dan membaluri tubuh Zarina yang penuh dengan warna kemerahan dan memijatnya dengan lembut. Ia melemaskan seluruh urat Zarina yang tegang karena mengamuk tiada henti. Tangannya terus bergerak memijat istrinya dari ujung rambut sampai ujung kaki. Amar tampak sangat telaten. Dan Ia melakukan semuanya itu dengan wajah tenang. Ia sangat berbeda dengan Nizam yang begitu panik melihat Alena pendarahan dan pingsan. Amar sudah terbiasa melihat tubuh terluka.      

Setelah selesai memijat istrinya dan memastikan tidak ada urat dan otot yang kaku, Amar baru membuka pintu kamarnya. Ia melihat para pelayan tampak pucat sambil berdiri gemetar. Mereka tampak bingung harus melakukan apa, mereka hanya memanggil Bastnah ketika Jeritan Zarina mulai terdengar.      

Bastnah berdiri disamping pelayan dan membungkuk menunggu Amar memberikan perintah. " Panggilkan dokter, bawa peralatan standar pelayanan malam pertama" kata Amar memberikan perintah kepada bastnah. Dan Bastnah langsung mengangkat handphonenya. Tidak sampai lima menit dokter wanita sudah datang bersama dua orang pelayan.     

Itulah sebabnya Nizam meminta Bastnah untuk menjadi asisten Alena dalam kerumah tanggaan karena Bastnah memang sangat bisa diandalkan. Dia cepat, terampil, teliti dan tahu segala informasi. Hanya dengan pemberitahuan pelayan tentang jeritan Zarina Ia langsung menyiapkan dokter agar bisa dipanggil secepatnya.      

Amar membukakan pintu dan mempersilahkan perawat dan dokter untuk masuk. Ia lalu memastikan dokter itu melakukan tindakan terbaik untuk istrinya. Dokter itu bekerja di bawah tatapan intimidasi Amar. Ketika tangan cekatan dokter itu bekerja. Amar lalu berkata, " Hati - hati jangan terlalu kasar. Ia sangat kesakitan. Berikan anastesi yang bagus dan  obat penahan rasa nyeri. Aku ingin ketika Ia bangun keesokan harinya dengan tidak merasakan sakit." kata Amar kepada dokternya.     

Dokter hanya menganggukkan kepalanya dan kemudian memberikan obat. Dokter itu menoleh ke kanan dan kekiri mencari pelayan tetapi Amar tidak mengizinkan pelayan masuk ke dalam kamarnya.     

"Berikan kepadaku. Aku yang akan merawatnya sendiri" Kata Amar dengan tegas.      

Dokter itu segera memberikan obat kepada Amar dan mengatakan petunjuknya.     

"Jadi obat ini tidak bisa menghilangkan rasa sakit sepenuhnya ? " Amar bertanya sambil mengerutkan keningya.     

"Benar, sifatnya hanya sementara tetapi tidak usah khawatir sakitnya hanya akan beberapa saat saja untuk kemudian nanti akan hilang lagi pada saat memakan obat di waktu berikutnya. " Dokter itu tampak sangat cermat dan teliti memberikan petunjuk penggunaan obat. Tidak lama kemudian mereka pergi meninggalkan kamar Amar dan akan datang lagi besok pada pukul sepuluh.     

"Tuan Amar, apakah tidak perlu menyimpan pelayan di dalam ? " Kata Bastnah sambil melihat para pelayan yang menyajikan hidangan khusus untuk pengantin yang baru selesai menjalankan prosesi malam pertama. Sepaket hidangan lengkap sudah di tata dalam sebuah meja di kamar Amar.      

Amar melihat Zarina yang sudah terlelap tidur dengan nyaman. Amar menggelengkan kepalanya dan meminta Bastnah dan semua pelayan agar meninggalkan kamarnya karena Ia perlu istirahat. Bastnah mengangguk dan segera pergi.      

Diam - diam sambil pergi Bastnah tampak melirik kepada Amar dengan penuh kekaguman. Ketika para pangeran biasanya panik menghadapi para istri mereka yang tergeletak pingsan Amar ini tampak sangat tenang dan bagaikan orang yang sudah berpengalaman. Padahal semua orang tahu kalau Amar ini memang belum pernah memiliki  hubungan dengan wanita manapun.     

Seorang Jendral memang berbeda dengan pangeran. Insting mereka sudah terasah dan tindakan mereka memang sudah sangat terkendali. Entah apa yang terjadi pada suatu negara kalau jendralnya lepas kendali dan ketakutan ketika melihat istrinya pingsan di malam pertama mereka.     

Amar menikmati hidangannya sendirian. Kebetulan Ia tadi memang belum makan. Ia menolak untuk makan bersama para tamu Nizam. Amar merasa tidak satu selera dengan mereka. Ia lebih suka makanan India atau Azura. Amar sesekali menatap Zarina yang masih tidak sadarkan diri. Dan sebenarnya untuk menyadarkan Zarina sangat mudah. Ia tinggal menotok beberapa titik akupuntur di kakinya. Ia membiarkan dulu Zarina pingsan agar Ia tidak merasakan sakit pada tubuhnya.     

Ketika Ia baru selesai makan Ia mendengar handphonenya menyala dan Amar langsung mengangkatnya. Amar berdiri di depan jendela sambil berkata,     

"Waalaikumsalam, bicaralah!! " kata Amar dengan tenang. Ia malah berkata sambil merokok di depan Jendela yang dibuka olehnya. Terdengar suara di telinganya. Suara anak buahnya.     

"Saya sudah menyelidiki orang - orang Pangeran Bari. Kita menyimpan satu mata - mata diantara pengawal pangeran itu dan memang benar akan ada pergerakan dari mereka pada saat wisuda nanti.."     

"Hmmm..." Amar hanya mengguman karena memang perkataan dari anak buahnya tidak mengagetkan dia. Nizam, Arani dan Dia memang sudah  memprediksi apa yang akan dilakukan Pangeran Barry terhadap mereka.     

"Kau tahu kapan waktu pergerakan mereka ?" Tanya Amar.     

'Itulah Jendral, Mereka sangat berhati - hati tentang waktu pergerakannya sehingga para pengawal kelas rendahan tidak mengetahuinya."     

"Bagaimana dengan pelayan yang disusupkan di kediaman mereka? Ada berita tentang pangeran Abbashkah?" Tanya Amar lagi kepada bawahannya.     

" Pangeran Abbash masih belum sadar. Tetapi memang oprasinya berjalan dengan sangat baik dan penjagaanya sangat ketat. Pangeran Barry kelihatannya sangat tidak ingin kehilangan Pangeran Abbash. Dan Ia sangat dendam kepada Nyonya Arani dan Yang Mulia Pangeran Nizam" Kata bawahannya.     

"Aku tahu itu. Kalian nanti fokus saja terhadap Yang Mulia Pangeran Nizam dan Nyonya Arani karena Aku yang akan menjaga Putri Alena"     

"Tetapi Yang mulia Putri Alena tidak dijadikan target mereka?" Kata bawahannya terkejut karena Amar malah akan berjaga di samping Alena dan bukan Yang Mulia Pangeran Nizam dan Arani"     

" Tentu saja pada intinya adalah Yang Mulia Putri Alena yang akan mereka incar. Mereka menargetkan Nyonya Arani dan Yang Mulia Pangaren Nizam untuk dilumpuhkan terlebih dahulu agar mereka dapat mengambil Yang Mulia Putri Alena."     

"Kalau begitu mengapa mereka tidak mengambil Yang Mulia Putri Alena saja agar pekerjaan mereka lebih ringan" Anak buahnya tampak bertanya keheranan.     

" Untuk bisa merampok Bank maka perampok harus  melumpuhkan dulu penjaga banknya. Untuk bisa mengambil anak macan maka ayah dan ibunya macan harus dilumpuhkan terlebih dahulu. Jadi untuk mengambil Alena maka mereka harus membunuh orang - orang terkuatnya dulu."     

"....." Penjaga itu tampak tertegun mendengar analisa Amar     

"Lagipula istriku Zarina menyuruhku untuk ada di sisi Yang Mulia Putri Alena. Aku yakin pada saat wisuda. Pangeran setan itu akan menciptakan huru hara yang lumayan besar"     

"Tetapi Jendral, ini ada di Amerika dan bukannya di kerajaan mereka. Apa Pangeran Bari tidak takut? Apalagi akan ada presiden Amerika datang"     

"Tentu saja mereka juga tidak bodoh. Aku yakin ada penjabat Amerika yang mendukung pergerakan itu untuk kepentingan pribadinya. Dan kalau Aku jadi mereka maka pergerakan akan dilakukan setelah Presiden Amerika pergi. Sehingga suasana tidak akan terlalu formal dan penjagaan akan sedikit melonggar. Itulah perkiraan yang tepat dan kita harus bersiaga begitu Pak presiden pergi" Amar menjelaskan panjang lebar kepada anak buahnya dan segera memerintahkan mereka untuk bersiaga.     

"Siapakah penjabat Amerika yang jendral maksud?" Kata anak buahnya tampak sangat penasaran dengan kejadian nanti.     

"Aku masih menduganya, benar atau tidaknya kita lihat saja nanti." Kata Amar. Ia sendiri masih ragu dengan perkiraan ada pejabat Amerika yang membantu Pangeran Barry sehingga Pangeran Barry tampak sangat leluasa bergerak di Amerika.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.