CINTA SEORANG PANGERAN

Menginap di Hotel Kecil



Menginap di Hotel Kecil

0Pelayan itu malah merasakan darahnya menjadi panas dingin ditatap dengan  tajam oleh si pangeran tampan itu sehingga Ia kemudian menundukkan wajahnya. Wajahnya bersemu merah. Tatapan Pangeran Abbash seakan merobek  dadanya dan menghujam sampai ke hati.     
0

Pangeran Abbash mengangkat alisnya dan berkata, "Mabuti po naman ( aku baik – baik saja ) " Kata Pangeran Abbash sambil menatap dingin.     

"Cukup berhenti main – mainnya. Istriku sudah sangat lapar" Kata Pangeran Abbash mulai tidak suka. Wajah tampannya kini berubah menjadi keruh. Ia sangat tidak suka dengan tindakan si pelayan yang sok akrab dengannya. Pangeran Abbash bersumpah kalau seandainya Ia tidak sedang bersama Alena dan dalam kondisi sedang melarikan diri Ia pasti akan membunuh si pelayan itu.     

Pelayan itu segera masuk ke dalam dan mengurus pesanan Pangeran Abbash. Setelah si pelayan pergi Pangeran Abbash lantas menggenggam tangan Alena dengan lembut.     

"Sabar Ya.. cantik. Makananmu akan segera datang. Sebenarnya di pertemuan kita yang pertama ini, Aku inginnya mengadakan makan malam yang romantis dan mewah. Tetapi sayangnya kita dalam keadaan sedang melarikan diri dan Aku hanya  bisa mendapatkan restoran kecil yang Aku pikir cukup aman untuk kita.     

Alena Aku tahu kau sangat lelah dan tertekan. Kau jangan khawatir setelah makan kita akan segera berisitirahat dulu di hotel. " Kata Pangeran Abbash dengan lembut pada Alena. Tetapi Alena tidak menjawab. Ia hanya menatap ke arah depan dengan pandangan yang kosong. Pikirannya tidak ada lagi dalam otaknya. Ia hanya jasad tanpa pikiran.     

Tidak lama kemudian hidangan yang di pesan Pangeran Abbash datang. Dua buah piring pizza dan segelas teh manis serta segelas bir dingin untuk Pangeran Abbash. Pangeran Abbash meminumkan teh manis itu ke Alena. Ia menyimpan bibir gelas di bibir Alena yang masih merah karena warna lipstick.     

"Minumlah !! " Kata Pangeran Abbash kepada Alena. Dan Alena saat ini adalah boneka bernyawa Pangeran Abbash. Dengan patuh Ia meminum teh manis hangat itu. Indra perasa tidak mencecap apapun tetapi perutnya yang kosong langsung terasa hangat. Yang tidak ada dalam tubuh Alena adalah pikiran normalnya. Sedangkan metabolisme tubuhnya berjalan seperti biasa.     

Pikiran Alena ditutup sehingga Alena tidak merasakan apapun. Kondisi ini seperti dalam keadaan pingsan tetapi dengan tubuh yang masih bergerak mengikuti kemauan orang yang menghipnotisnya.     

Setelah meminumkan segelas teh manis hangat kemudian Pangeran Abbash memotongkan pizza untuk Alena dan menyuapinya dengan penuh kasih sayang. Bibir Alena yang cantik itu kemudian bergerak – gerak karena mulutnya sedang mengunyah. Pangeran Abbash tampak melihat dengan penuh minat.     

Ia sangat bahagia menyaksikan wanita yang dicintainya itu makan walaupun caranya memakan persis seperti sebuah mayat hidup yang dikendalikan oleh pengaruh sihir. Karena Alena memang tidak merasakan rasa ataupun perutnya sudah kenyang atau tidak. Makanya Ia terus mengunyah dan  memasukan setiap suapan pizza yang diberikan oleh Pangeran Abbash sampai kemudian kunyahan terlihat perlahan. Sehingga Pangeran Abbash menyimpulkan kalau Alena sudah merasa kenyang.     

Setelah Alena merasa kenyang Pangeran Abbash segera makan beberapa potong pizza dengan gerakan cepat. Dan meminum birnya dengan beberapa teguk saja. Ia merasa sebentar lagi Nizam pasti akan menemukannya. Sepintar apapun Ia melarikan diri dengan menggunakan berbagai macam taktik dan strategi. Tetapi Ia tidak akan pernah bisa mengalahkan kepintaran Nizam.     

Pangeran Abbash  bisa saja mengelabui Ammar tetapi mengelabui Nizam rasanya sangat mustahil walaupun Nizam terkadang ceroboh tetapi tetap saja Nizam akan segera menemukan cara untuk menemukan jejak dirinya bersama Alena.     

Alena bagi Nizam adalah nyawanya setelah kedua anak – anaknya dan Ia tidak akan pernah melepaskan Pangeran Abbash. Dan Pangeran Abbash menyadari itu sehingga Ia sendiri sudah mepersiapkan mental jika Ia akan mati hari ini.     

Itulah sebabnya mengapa Ia ingin bersama Alena dulu untuk beberapa saat sebelum Ia mungkin akan di bunuh oleh Nzam. Menculik Alena adalah seperti membangunkan singa lapar yang sedang tertidur. Jangankan dirinya,  Edward saja yang terhitung masih temannya sering kali kena hajaran Nizam. Kalau lagi marah Nizam tidak bisa memandang siapa – siapa yang ada dihadapannya. Alena saja sering menjadi korban kemarahan Nizam.     

Pangeran Abbash kemudian mengangkat tangannya sambil memberikan isyarat kepada pelayan untuk membawakan bill-nya. Seorang pelayan lain segera datang dan memberikan kertas tagihan kepada Pangeran Abbash. Pangeran abbash membayar dengan lebih yang sangat banyak sebagai tip bagi si pelayan. Ia lalu menuntun Alena dan pergi meninggalkan restoran pizza itu.     

Ia menuju sebuah hotel yang kecil beberapa blok dari restoran pizza. Alena sudah terseok – seok mengikuti Pangeran Abbash. Pakaian wisudanya berkibar – kibar dan selop di kakinya mulai terasa menggigiti tumitnya. Alena mengenakan selop yang cukup tinggi dan runcing di ujung. Selop itu tentu saja bukan sepatu yang nyaman untuk digunakan berjalan cukup jauh sehingga kaki Alena mulai lecet. Tetapi Alena tetap berjalan karena Ia memang tidak merasakan sakit apapun.     

Pangeran Abbash ingin sekali menggendong Alena tetap itu tidak mungkin karena akan sangat mencolok perhatian orang – orang. Pangeran Abbash sendiri sudah melepas pakaian wisudanya dan membuangnya ke tempat sampah. Sedangkan Alena masih mengenakan pakaian wisudanya karena Pangeran Abbash tidak mau melepaskannya. Ia tidak sudi tubuh indah Alena dilihat orang lain.     

Masuk ke dalam hotel yang untungnya hotel itu sangat sepi karena memang bulan ini bukan bulan saatnya orang – orang menginap di tengah kota tetapi bulan ini adalah bulan saatnya orang – orang pergi keluar kota. Ke pegunungan, pantai atau malah ke luar negeri.     

Hanya ada resepsionis dan seorang roomboy yang menunjukkan kamar kepada Pangeran Abbash dengan ramah. Untungnya walaupun hotel itu kecil tetapi suasananya sangat bersih dan nyaman. Pangeran Abbash memesan kamar termahal yang sekiranya cukup nyaman bagi dirinya dan Alena.     

"Anda baru menghadiri wisudakah ? " Kata si roomboy sambil memijit tombol lips yang ada di depannya.     

"Ya.. Istriku di wisuda hari ini. Dan karena Kami tidak memiliki kamar untuk menginap maka kami sepakat menyewa hotel " Kata Pangeran Abbash. Lagi – lagi Ia harus berbasa – basi kepada pelayan hotel.     

"Tentu saja Saya mengerti  karena Anda sepertinya orang Asing " Kata si pelayan itu sambil curi – curi pandang pada wajah tampan di sampingnya. Alena yang cantik dengan tatapan yang kosong itu terlihat sangat tidak menarik dibandingkan dengan pria yang mengaku suami dari wanita yang tatapannya kosong itu.     

Untungnya lift segera sampai di lantai lima hotel tersebut. Si pelayan segera menunjukkan kamarnya. Pangerang Abbash mengucapkan terima kasih kepada pelayan itu dan Ia lalu memberikan tips kepadanya.     

Si pelayan itu kembali tercengang mendapati tips ditangannya yang lumayan cukup besar. Ia akan berlalu setelah berulang kali membungkukkan badannya dan mengucapkan terima kasih ketika tiba – tiba pangeran Abbash memanggil.     

"Tolong suruh pelayan wanita membelikan Aku pakaian untuk istriku. Kami lupa tidak membawa pakaian ganti. Pakaiannya gaun lengan panjang yang agak longgar. Kau bisa lihat istrikukan. Nah ukurannya harus seperti isriku ini " Kata Pangeran Abbash sambil kembali menarik beberapa lembar uang seratus dolar.     

Si pelayan pria itu lagi – lagi terkejut melihat jumlah uang yang diberikan oleh Pangeran Abbash. 'Tetapi ini kebanyakan. DI seberang hotel ini ada sebuah butik. Tapi saya yakin harganya tidak akan semahal uang yang anda berikan" Kata Si pelayan itu dengan jujur.     

Pangeran Abbash jadi tersenyum mendengar kejujuran si pelayan itu. Ternyata di dunia ini masih banyak orang – orang yang memegang teguh kejujuran sebagai salah satu sifat yang harus dipelihara.     

"Tidak apa –apa. Kau tidak usah khawatir tentang harganya. Kau belikan saja pakaiannya. Dan suruh pelayan wanita yang mengantarkannya ke sini. Kau paham? " Kata Pangeran Abbash menegaskan kembali.     

"Anda tidak usah khawatir. Saya akan segera kembali " Kata si pelayan pria sambil bergegas mencari pelayan wanita temannya dan mengajaknya untuk membelikan pakaian bagi Alena.     

Pangeran Abbash tersenyum puas. Ia  membukakan pintu dan menuntun Alena masuk. Alena mengikutinya tanpa bicara sepatah katapun. Dan ketika Alena di dudukan di tepi tempat tidur yang besar dan empuk. Alena masih terdiam dengan tatapan kosong.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.