CINTA SEORANG PANGERAN

Jebakan Di Lobby Hotel



Jebakan Di Lobby Hotel

0DI LUAR HOTEL     
0

Arani yang baru saja memprotes mengapa Nizam tidak membunuh Pangeran Abbash langsung terdiam di semprot oleh Nizam. Ada dendam yang mendalam bagi Arani terhadap Pangeran Abbash. Dia sudah melukai tangan suaminya hingga sampai sekarang suaminya tidak bisa bermain basket dengan sempurna lagi. Jonathan sampai mengundurkan diri menjadi anggota tim basket nasional Amerika karena tangannya sudah tidak sekuat dulu lagi. Kenyataan ada beberapa ruas jari yang patah akibat di injak pangeran Abbash menyebabkan kalau Jonathan tidak bisa mencengkram bola basket lama – lama.     

Kalau untuk bermain basket biasa mungkin Jonathan masih bisa tetapi untuk menjadi anggota tim basket nasional sudah tidak mungkin lagi. Dan itu terkadang membuat Jonathan bersedih dan sampai kapanpun Arani tidak akan pernah bisa memaafkan orang yang sudah membuat suaminya bersedih. Jadi Arani tidak terima kalau Nizam masih membiarkan Pangeran Abbash tetap hidup.     

Nizam terus  mengamati pergerakan orang – orang yang berjaga di Lobby. Kemudian Ia mengerutkan keningnya dan berkata kepada Arani.     

"Semua pintu masuk di jaga ketat sehingga kau tidak bisa masuk. Tetapi Arani, apakah Aku tidak salah lihat kalau pintu masuk utama malah hanya di jaga oleh lima orang ? Bukankah tadi kau mengatakan kalau setiap jalan masuk di jaga ketat dan bahkan di setiap jendela  ada penjaganya. Tetapi kenapa di depan pintu masuk malah hanya ada lima penjaga dan hanya memegang pistol dan bukan senapan" Bisik Nizam. Arani ikut mengerutkan keningnya dan nalurinya langsung berjalan.     

"Hati – hati Yang  Mulia. Ini sepertinya jebakan untuk kita. Mereka sepertinya menyembunyikan sesuatu di dalam lobby. Yang Mulia sebaiknya tidak masuk" kata Arani sambil ikut keheranan.     

" Tapi Aku harus tetap masuk walaupun ini suatu jebakan karena Aku tidak ingin nyawa Cynthia terancam di dalam. Aku harus masuk mau tidak mau" Kata Nizam sambil tetap mengamati pergerakan para pengawal itu.     

"Bagaimana kalau hamba saja yang Masuk dan Yang Mulia tunggu saja di sini" Kata Arani sambil bersiap. Nizam langsung melirik tajam membuat Arani kembali mundur tiga langkah ke belakang.     

"Maafkan Hamba Yang Mulia" Kata Arani sambil menganggukan kepalanya menyadari kesalahannya. Arani tahu kalau Nizam tidak menyetujui usulan dirinya untuk masuk ke dalam hotel itu karena Nizam pasti khawatir kalau Ia tidak akan dapat mengatasi situasi yang akan terjadi di dalam. Jadi jika Ia tertangkap maka akan menambah persoalan.     

"Kalau begitu biarlah hamba di sini saja sambil menunggu Yang Mulia membebaskan putri Cynthia" Kata Arani sambil menundukkan wajahnya.     

"Kau bersiaplah kalau ada apa – apa di dalam maka Aku akan bersiul. Jika Aku bersiul sekali maka kau masuk ke dalam hotel bantu Aku. Tetapi jika aku bersiul dua kali maka segeralah kau pergi karena itu tandanya bahaya." Kata Nizam sambil mengendap – ngendap. Arani baru mau mengatakan kalau Ia akan masuk ke dalam baik Nizam bersiul sekali atau dua kali. Bahkan jika Nizam belum keluar setelah setengah jam. Arani akan menerobos masuk.     

 Melihat Arani  malah termenung sambil menatap dirinya. Nizam lalu mendorong kepalanya sambil tertawa kecil. "Aku tahu apa yang ada dalam otakmu. Kau akan mengabaikan permintaanku dan akan tetap masuk ke dalam apapun yang terjadi" Kata Nizam membuat Arani tersipu – sipu dengan wajah yang tetap datar.     

"Sekarang mari kita lihat, jebakan apa yang mereka sediakan untuk kita " Kata Nizam lagi sambil merundukkan badannya agar terhalang oleh rimbunnya sebuah pohon.     

Nizam lalu memberikan isyarat agar Arani bersiap. Nizam melihat dua orang penjaga itu tampak berjalan melawatinya dengan jarak sekitar tujuh meter. Nizam lalu mengeluarkan suara yang menarik perhatian mereka.     

"Sst!! Ssst !! " Nizam mengeluarkan suara yang cukup terdengar oleh mereka berdua. Dan benar saja suara yang ditimbulkan Nizam menarik perhatian mereka. Mereka langsung yakin ada sesuatu di balik rimbunan pohon itu.     

Dua pengawal itu tampak berpandangan mata dan kemudian bagaikan di hipnotis mereka mendekati ke arah sumber suara itu. Dan ketika mereka dapat terjangkau oleh Nizam. Nizam menarik tangan penjaga itu dan lansung memukulnya di leher dengan telak. Sambil menarik tangan orang yang pertama, Nizam juga menendang orang yang kedua . Tendangan dan pukulan Nizam langsung sukses membuat orang - orang itu jatuh hanya dalam sekali gebrakan.     

Arani memang sering melihat Nizam berlatih dan  berkelahi melawan orang – orang tetapi tetap saja membuat Arani terkagum – kagum dengan gerakan Nizam yang begitu cepat dan mematikan.     

Setelah dua orang itu roboh, Nizam lalu melangkah keluar dari rimbunan pohon membuat tiga orang yang bersenjata sisa dari penjaga yang pingsan di pukul Nizam dibalik rimbunnya pohon itu,  langsung terkejut melihat Nizam mereka segera mengokang senjatanya dan bersiap menembak tetapi lagi lagi mereka kalah cepat dengan Nizam. Nizam keburu meloncat dan mencengkram kedua kepala penjaga lalu Nizam melakukan suatu gerakan cepat membenturkan ke dua kepala itu sampai mereka pingsan karena kaget dan terkejut.     

Sementara itu penjaga yang satunya lagi melihat teman – temanya jatuh dan tidak bangun lagi. Ia langsung menarik senjatanya tapi Nizam dengan cepat melayangkan kakinya sehingga sebelum orang itu menembak dan menimbulkan suara yang akan terdengar kemana – mana Nizam sudah menendang tangan itu hingga pistol itu terlempar ke udara sebelum sempat di gunakan.     

Pistol itu melayang diudara dan Nizam meloncat untuk mendapatkannya. Nizam balik menodongkan senjata itu pada orang itu lalu memukul tekuknya dengan kuat.  Orang itu adalah penjaga biasa yang tidak kemampuan berkelahinya jauh dibawah Nizam karena hanya dengan sekali gebrakan si penjaga itu langsung menggelosor di kaki Nizam. Dia tidak sadarkan sendiri.     

Nizam tersenyum sambil kemudian masuk ke dalamnya sambil menggelengkan kepalanya. Ia semakin yakin kalau Pangeran Barry sedang menyiapkan perangkap untuknya. Dengan memasangkan para penjaga yang tidak memiliki keterampilan ilmu beladiri yang tinggi sudah sangat membuktikan kalau memang Ia seperti digiring ke dalam suatu jebakan.     

Nizam membuka pintu lobby hotel yang ditutup rapat. Begitu di buka Ia melihat suasana yang gelap gulita. Dan sambil tetap waspada Nizam berdiri di depan pintu. Ia menunggu dulu reaksi yang akan terjadi setelah pintu di buka. Suasana tampak sangat hening dan tidak terjadi apa – apa. Nizam lalu berteriak, " Aku tahu Kau ada dan sedang memperhatikanku dalam gelap. Jadi sebaiknya Kau tidak membuang – buang waktu. Keluarlah !! " Kata Nizam sambil tetap berdiri di luar.     

Nizam membungkukkan badannya sedikit sambil tetap memegang  pistolnya. Ia bersiaga dan memasang telinganya lebar – lebar untuk berjaga – jaga karena begitu Ia mendengar suara senapan diangkat atau suara pelatuk di tarik Ia akan langsung merebahkan diri sambil menembak. Ia juga tidak mendengar desah nafas orang – orang. Ada dua kemungkinan jika Nizam tidak mendengar desah nafas. Yang pertama adalah karena memang di ruangan lobby itu tidak ada orang atau memang orang – orang menggunakan masker penutup mulut sehingga desah nafas orang – orang itu tidak terdengar.     

Tetapi suasana masih hening dan tidak ada jawaban. Nizam kemudian masuk ke dalam sambil hati – hati. Suasana yang gelap gulita membuat Nizam melangkah dengan perlahan. Ia tidak bisa bergerak leluasa. Tetapi baru saja lima langkah Ia berjalan tiba – tiba lampu menyala. Nizam mengerjapkan matanya karena silau akan perubahan dari gelap menjadi terang.     

Pupil matanya menyempit menahan sinar cahaya lampu yang menyilaukan. Cahaya itu seakan berebut masuk ke dalam matanya sekaligus sehingga membuat mata Nizam terasa sakit dan perih. Ketika mata Nizam sudah dapat menyesuaikan diri maka Ia bisa melihat dengan jelas betapa Ia dikelilingi oleh orang – orang yang mengenakan pakaian tempur  anti peluru lengkap dengan masker mulutnya. Mereka menodongkan senapan dan bukan lagi pistol biasa. Sungguh berlebihan Pangeran Barry ini.     

Nizam langsung mengangkat tangannya tanda Ia tidak ingin berkelahi dan pasrah dengan keinginan Pangeran Barry. Ia sama sekali tidak berkutik. Ia tidak memiliki senjata apapun kecuali pistol yang Ia pegang. Pangeran Barry memang berniat untuk membunuhnya. Kalaupun sekarang Ia menembak maka sehebat apapun tembakannya tetap tidak akan bisa melawan puluhan senapan yang mengarah kepadanya sekarang. Jadi Nizam mengangkat kedua tangannya minimal untuk memperlambat kematiannya. Karena sekali Ia melakukan suatu gerakan maka Mereka pasti akan langsung menembaknya secara membabi buta.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.