CINTA SEORANG PANGERAN

Aku Akan Membunuh Nizam di Lobby Hotel



Aku Akan Membunuh Nizam di Lobby Hotel

0"Kau tahu mengapa Aku tinggal bersama Nizam ? Dan mengapa Aku tidak tinggal di Amerika saja ?Aku tidak bisa meninggalkan Azura dan terpaksa tinggal bersama Nizam,  karena Aku tidak ingin meninggalkan Alena di kerajaan Azura seorang diri. Lalu bagaimana bisa Aku meninggalkan Alena di kerajaanmu?" Kata Cynthia mulai memainkan lidahnya mengadu kecerdikan dengan pangeran Barry.     
0

"Kau bilang tadi kalau Kau tidak mau meninggalkan Alena di kerajaan Azura bersama Nizam karena Nizam sangat posesif. Aku akan berbeda dengan Nizam kau tidak usah khawatir. Kau bisa bebas tinggal bersama Pangeran Thalal di Amerika sedangkan Alena tetap bersamaku di kerajaan Zamron" Kata Pangeran Barry seakan - akan dia sedang bernegosiasi dengan Cynthia.     

Diam – diam Pangeran Barry juga ingin menguji sejauh mana Cynthia dapat dipercaya. Kalau sampai Cynthia mengatakan kalau Ia akan meninggalkan Alena di kerajaan Zamron maka Pangeran Barry tidak akan pernah mempercayai perkataan Cynthia lagi karena berarti Cynthia melakukan suatu kebohongan.     

"Yang Mulia pangeran Barry. Nizam itu demi membuktikan kesungguhan cintanya kepada Alena dia tidak menyentuh satupun wanita yang ada di harem termasuk adikmu itu. Sementara Kau bagaimana? Sebagai putra Mahkota kerajaan Zamron pasti kau tidak ada bedanya dengan Nizam. Kau pasti banyak memiliki wanita di haremmu. Apakah kau bersedia melakukan apa yang Nizam lakukan? Apakah Kau bersedia melepaskan semua wanita yang ada diharemmu itu? "     

Pangeran Barry terdiam. Tentu saja Ia tidak mau melepaskan wanita – wanitanya. Ia membutuhkan wanita – wanita itu untuk melahirkan banyak generasi keturunannya.     

"Nah.. jadi tidak usah memaksakan Alena untuk ada disampingmu. Kalau Aku tidak mempercayai Nizam untuk menjaga diri Alena padahal Ia bersedia membubarkan harem demi cintanya kepada Alena. Apa mungkin Aku mempercayaimu yang kadar cintamu pada Alena belum dapat Aku ukur. Apa bedanya nanti kau dengan Nizam. Kalian akan membuat hidup Alena tidak bebas dan terkekang ditambah lagi nanti dia akan bersaing untuk mendapatkan cintamu dengan istri - istrimu yang lain" Cynthia pura - pura berkata dengan mimik muka yang sangat sinis.     

Pangeran Barry terdiam membenarkan kata - kata Cynthia. Ia kini semakin yakin akan kebenaran kata - kata Cynthia. Selanjutnya Cynthia berkata lagi,     

"Aku tadi menangkap dari perkataanmu dalam ramalan itu. Pangeran yang bisa menikahi wanita Asia itu akan bisa menjadi raja besar. Dan kau hanya perlu menikahi Alena bukan berarti harus menjadikan Alena istri yang harus selalu ada di sisimu. Bahkan ramalan itu juga tidak mengatakan kalau wanita Asia itu harus menjadi seorang ratu. Sekali lagi ramalan itu hanya mengatakan bahwa pangeran itu hanya perlu menikahinya. Benarkah seperti itu?" Kata Cynthia menekankan sekali lagi kepada Pangeran Barry.     

"Tetapi mengapa Kau ingin Aku membunuh Nizam ? Bukankah itu akan sangat menyakiti perasaan sahabatmu sendiri?" Pangeran Barry lalu mengulang lagi pertanyaannya untuk semakin meyakinkan hatinya.     

"kau tidak tahu bagaimana kehidupan Alena setelah menikah dengan Nizam. Kau pasti banyak mendapatkan informasi dari adikmu yang pandai menyelinap dan menyamar itu. Kau tahu bagaimana Alena berkali – kali disakiti oleh Nizam hanya karena rasa cemburu Nizam" kata Cynthia dengan pandangan wajah yang penuh rasa prihatin.     

"Kau tidak pernah tahu kalau Aku berupaya meminta Alena untuk meninggalkan Nizam dan memilih pria lain. Tapi Alena sama keras kepalanya dengan Nizam. Ia tidak pernah mau meninggalkan Nizam dan bersedia hidup dalam kondisi apapun bersama Nizam. Dia tergila – gila oleh Laki – laki itu.     

Kau tahu Yang Mulia? Akulah yang mendekatkan mereka. Waktu itu Aku sungguh tidak tahu kalau Nizam adalah seorang pangeran. Aku pikir Ia mahasiswa biasa sehingga ketika Alena mencintainya dan Nizam mengacuhkannya maka Akulah yang mengatur strategi agar Nizam jatuh ke dalam pelukan Alena" Sampai di sini Cynthia terdiam karena melihat Pangeran Barry tersenyum kepadanya dengan senyumnya yang sangat menawan.     

"Terjawab sudah rasa kepenasaranku mengapa Pangeran Nizam yang begitu dingin dan tidak pernah tertarik dengan wanita secantik apapun bisa sampai terjerembab kepada seorang wanita di luar kerajaan. Ternyata itu ada campur tanganmu. Aku sekarang benar – benar yakin kalau Kau adalah orang yang benar – benar pintar berstrategi " Pangeran Barry semakin tertarik dengan cerita Cynthia.     

"Terima kasih Yang Mulia' Kata Cynthia tersenyum membalas senyum dari Pangeran Barry.     

"Jadi Yang Mulia karena Alena tidak akan pernah bisa meninggalkan Nizam sepanjang Nizam masih hidup. Maka dari itulah Nizam harus mati,  jadi Alena akan bisa ikut dengan kami pergi ke Amerika"     

"Mengapa Kau terlihat begitu tidak menyukai Nizam sampai ingin membunuhnya. Aku pikir kalau hanya alasannya Alena itu sangat tidak masuk di akal. "     

"Kau memang benar. Ada alasan lain yang lebih besar dari itu. Aku adalah orang yang sangat menghargai orang – orang yang ada disekelilingku. Ketika Aku jatuh cinta kepada Pangeran Thalal dan menikahinya lalu hidup bersamanya. Aku baru tahu betapa dia ternyata hidup sangat menderita di bawah bayang – bayang Kakaknya.     

Walaupun memang suamiku tidak berambisi menjadi raja tetapi dia terlalu dianggap sebelah mata oleh Nizam dan pihak kerajaan. Kau sendiri tahu itu dengan jelas. "     

"... " Pangeran Barry terdiam mendengarkan lalu kemudian Pangeran Barry kembali  mendengarkan kata - kata Cynthia     

"Kau memancing Nizam dengan diriku. Mengapa Kau begitu yakin kalau Nizam yang akan mencariku dan bukan suamimu sendiri yang akan mencariku. Itu karena Kau sendiri meremehkan kemampuan suamiku, Pangeran Thalal"     

Pangeran Barry menggelengkan kepalanya. Ia semakin kecanduan mendengarkan perkataan Cynthia. Ia   sangat kagum dengan pemikiran Cynthia yang begitu brilian. Cynthia sampai tahu kalau Ia sendiri  memang menganggap bahwa Pangeran Thalal tidak mungkin mencari Cynthia sendiri ke sini. Pangeran Barry yakin kalau Nizam akan mencarinya sendiri dan tidak akan membiarkan adiknya yang  lemah itu ke sini karena sama saja seperti seekor kijang yang datang sendiri lalu masuk ke dalam mulut harimau.     

Bukankah Ia menahan Cynthia karena memang ingin memerangkap Nizam kedalam jebakannya bukan ingin membunuh Pangeran Thalal.     

"Nah Yang Mulia.. Aku sudah berbicara panjang lebar tentang alasanku. Sekarang ceritakan bagaimana dengan rencanamu?" kata Cynthia mulai memancing Pangeran Barry untuk mengatakan rencananya. Pangeran Barry sudah mendengarkan penjelasan Cynthia dengan panjang lebar dan memang saatnya Ia membeberkan rencananya kepada Cynthia.     

"Aku memang memancing Nizam untuk datang ke hotel ini kemudian Aku akan membiarkan Ia masuk ke dalam loby hotel. Aku sengaja memperketat penjagaan di sekeliling hotel tetapi malah memperlemah penjagaan di hotel. Loby adalah tempat yang terbuka dan aku sudah menyiapkan banyak orang untuk menembaknya.     

Aku sudah mengepung Loby itu dengan barisan orang – orang bersenjata sehingga ketika dia masuk kami akan memberondongnya langsung dengan senapan  dan akan menembaknya dengan peluru yang banyak dan bertubi – tubi. Aku masih tidak percaya dia akan bisa meloloskan diri kalau di jebak seperti itu." Kata Pangeran Barry sambil tersenyum lebar tetapi kemudian senyumnya menutup kembali mengingat perkataan Cynthia tadi     

Ia merasa bahwa rencananya begitu sempurna. Tetapi kata - kata Cynthia mulai menggoyahkan hatinya. Ia tidak ingin mati konyol di Amerika hanya karena membunuh Nizam. Tetapi tetap saja Ia masih belum yakin seratus persen tentang kata - kata Cynthia. Ia masih membutuhkan banyak penjelasan Cynthia tentang rencana Cynthia yang sesungguhnya untuk menggantikan rencananya yang kemungkinan delapan puluh persen sudah gagal.     

Wajah Cynthia mendadak pucat pasi mendengar perkataan Pangeran Barry. Badannya menggigil karena marah. Sungguh sangat pengecut sikap dari Pangeran Barry. Ia akan menjebak Nizam dan memberondongnya dengan peluru dari berbagai arah.     

Mata Cynthia berkaca – kaca dan air matanya hampir meleleh. Seandainya Ia tadi tidak mengatur strategi ini maka Nizam pasti akan tewas di sini. Nizam tidak mungkin bisa meloloskan diri kalau dikepung dan diberondong dengan banyak senjata seperti itu. Nizam hanya manusia biasa yang tidak kebal dengan peluru. Cynthia menggigit bibirnya agar Ia bisa menguatkan hatinya. Ia harus berupaya agar Pangeran Barry menghentikan niat busuknya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.