CINTA SEORANG PANGERAN

Memberikan Pemahaman



Memberikan Pemahaman

0Kalau seandainya tidak ingat harus sholat Ashar mungkin Nizam akan melanjutkan tidurnya sampai Maghrib tapi Ia harus sholat Ashar sehingga kemudian Ia membangunkan Alena. Tapi Alena yang kurang tidur karena terus menerus menangis jadi sulit untuk bangun membuat Nizam tidak sabar. Ia mengangkat tubuh Alena dan kemudian memasukannya ke dalam bak mandi. Alena langsung gelagapan.     
0

Apalagi saat itu Ia tidak memakai sehelai benangpun. Air dingin langsung membasahi kulit tubuhnya. Ia seketika menggigil kedinginan.     

"Teganya kamu " Kata Alena sambil cemberut tapi Ia diam ketika Nizam menggosok tubuhnya menggunakan spon yang lembut. Nizam melakukannya dengan lembut seakan Ia ingin menebus semua kesalahannya. Dan Alena terdiam menikmati sentuhan tangan suaminya. Tetapi kemudian Ia teringat kembali tentang penipuan yang dilakukan oleh Nizam sehingga Alena kemudian berbalik lalu menarik tangan suaminya hingga Nizam tercebur ke dalam baknya.     

Alena mengalungkan tangannya ke leher Nizam bagian belakang dan menekan ke dadanya dengan kuat.     

"Jangan harap Aku mengampunimu karena kau sudah menipuku tentang surat pernyataan bahwa Aku bersedia menyerahkan anak - anakku ke kerajaan Azura jika kita bercerai. Tega sekali kamu melakukan itu! Istrimu sendiri kau tipu.     

Aku masih ingat ketika Kau meminta tanda tanganku. Kau bilang ini bukan apa - apa. dan belum sempat Aku baca kau sudah bilang, " Ayo cepat tandatangani, penghulunya sudah datang. Aku terlalu bodoh percaya begitu saja" Kata Alena sambil mencekik leher Nizam oleh lengannya.     

Nizam berteriak minta ampun, "Ampuni Aku Yang Mulia Ratuku... Aku tidak bermaksud menipumu. Saat itu penghulunya sudah datang. Jadi Aku memang buru - buru" Kata Nizam sambil berteriak, tapi tangannya malah mengelus - ngelus paha Alena dengan lembut.     

"Kau berbohong! Memangnya penghulu itu tidak bisa menunggumu! Kau ini anak raja. Tidak mungkin Ia tidak mau menunggu" Kata Alena semakin sewot.     

"Aku tidak bisa membiarkan kau tahu tentang hal ini. Memangnya kalau kau tahu, kau akan jadi menikah denganku ? walaupun sebenarnya secara agama dan hukum di Indonesia kita sudah menikah, tapi secara Azura belum. Aku tidak ingin kau meninggalkan Aku karena masalah ini"     

"Kau gila Nizam! Ini permasalahan besar. Ini menyangkut nasib seorang anak manusia. Bagaimana bisa kerajaan gilamu ini membuat aturan biadab seperti ini" Kata Alena semakin misruh - misruh. Nizam malah memalingkan lehernya dan berbisik ke telinga Alena.     

"Ini bukan tentang aturan biadab sayangku, Aturan ini dibuat agar para istri Raja tidak sembarangan minta cerai. Dengan aturan ini mereka akan berpikir ribuan kali kalau hendak minta cerai" Kata Nizam sambil menjulurkan lidahnya dan menyapu tepian telinga Alena. Alena menggelengkan kepalanya menghindari lidah Nizam yang sudah terasa panas.     

"Kenapa Kau tidak berterus terang? Mengapa Kau selalu menipuku? Sampai kapan kau selalu menipuku?" Kata Alena sambil menahan tangis. Ia sangat kesal karena sudah ditipu oleh Nizam berulang kali. Bahkan masalah sebesar inipun Nizam sudah berani menipunya.     

Bagaimana bisa Ia menandatangani surat pernyataan itu. Seandainya tahu tidak akan pernah Ia mau menandatanganinya karena ini menyangkut anak. Sebesar apapun cinta seorang wanita kepada pria tidak akan pernah mengalahkan rasa cinta seorang ibu kepada anaknya.     

Alena bersumpah seandainya Ia tahu tentang pernyataan itu, Ia akan memilih mundur dari peresmian pernikahannya di Azura. Toh Ia sudah menjadi istri Nizam. Palingan Ia tidak akan menjadi ratu. Tapi masalahnya adalah tanda tangan itu sudah Ia bubuhkan dan ibarat peluru yang terlontar pada sebuah senjata api. Tidak mungkin peluru itu akan bisa ditarik kembali.     

"Jangan menangis Alena, simpan air matamu. Aku berbuat ini untuk kebaikanmu. Sekali kau menikah dengan diriku maka selamanya hidupmu tergadaikan kepadaku. Karena meninggalkan Aku berarti kau akan membuka kesempatan bagi musuh - musuhku untuk melukaimu. Apalagi jika kau berada di luar bersama anak - anak kita.     

Nyawamu dan anak - anak akan semakin terancam. Walau bagaimanapun anak - anak kita akan menjadi salah satu penerus kerajaan ini. Jika ada musuhku yang ingin merebut kekuasaan maka anak- anak kita harus mati terlebih dahulu. Jadi kau bisa bayangkan betapa bahayanya kalau kau berada di luar sana. Jadi tetaplah di sisiku sampai kapanpun" Kata Nizam dengan nada penekanan. Ia sebenarnya bukan sedang mengancam Alena tetapi sedang memberikan pemahaman. pemahanan ini harus diucapkan dengan tegas agar Alena memahaminya.     

Alena jadi kesal bukan main, Tangannya langsung bergerak meremas dengan kuat. Mata Nizam langsung mendelik. Kali ini sakit betulan, Ia tidak pura - pura. Alena meremasnya dengan kuat seakan ingin menghancurkan miliknya berkeping - keping.     

"Alena.. tolong lepaskan tanganmu. Ini sangat menyakitkan.. tolong, Aku masih ingin memberikan Axel dan Alexa adik yang banyak." Kata Nizam sambil berurai air mata saking sakitnya. Melihat muka suaminya yang pucat pasi, Alena mengendurkan tangannya.     

"Itu setimpal untuk suami yang tukang menipu istrinya" Kata Alena dengan kejam. Nizam merangkumkan tangannya ke tubuhnya yang sakit sambil mengaduh - ngaduh.     

"Kau bisa membuat film sinetron seperti yang ada dinegaramu itu yang judulnya 'Azabnya seorang suami yang tukang menipu istrinya, diremas istri sampai mau pingsan " Kata Nizam sambil mengaduh - ngaduh.     

Alena jadi tidak tega melihat Nizam yang terus mengaduh - ngaduh. Alena lalu menarik alat penutup lubang air di dalam bathtub dan membiarkan air di dalam bathtubnya mengalir turun. Alena melepaskan tangan Nizam yang masih menutupi tubuhnya. Tapi Nizam malah berusaha memundurkan tubuhnya dengan panik.      

"Mau apa lagi ? Ini sudah cukup. Kau menganiayaku. Ini Kekerasan dalam rumah tangga" Kata Nizam sambil meringis.     

"Jangan cerewet! lepaskan tanganmu! " Kata Alena dengan kesal.     

"Kau mau meremasnya lagikan? Jangan Alena. Please! It's hurt" Kata Nizam dengan wajah memelas.     

Alena melotot ke wajah suaminya. "LEPAS !! " Kata Alena membuat Nizam langsung melepaskan dan mengangkat kedua tangannya ke atas tapi Ia langsung merapatkan kedua pahanya. Alena membukanya dengan paksa.     

"Jangan Alena..Please.." Kata Nizam berusaha menghalangi kepala Alena yang mulai menunduk. Ia menahan kening Alena dengan tangannya.     

"Kau jangan menggigitnya ! Nanti putus" Kata Nizam sambil berusaha menghindar. Alena jadi sebal ditepiskan tangan suaminya.     

"Baru segini saja sudah rewel bukan main. Apalagi kalau melahirkan. Bisa - bisa mati menahan sakit" Kata Alena sambil menurunkan mukanya dan kemudian membuat Nizam terdiam. Nizam memejamkan mata menikmati perlakuan istrinya. Tangannya mengelus kepala istrinya. Rasa sakit hilang berganti dengan sensasi yang ditimbulkan oleh kelembutan istrinya dan Ia semakin tenggelam dalam kenikmatan ketika Alena menduduki pangkuannya.      

Nizam berteriak kecil ketika Alena bergerak dengan lembut penuh kehati - hatian, membuat Nizam jadi tidak sabar. Kedua tangannya segera memegang pinggul Alena dan membantunya bergerak.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.