CINTA SEORANG PANGERAN

Aku Cemburu, Nizam !



Aku Cemburu, Nizam !

0"Alena mengapa kau sangat emosi. Aku hanya mengatakan yang sebenarnya. Aku memang sudah tidur dengannya. Salah Aku dimana coba? Kau begitu marah kepadaku. Kau pikir selama berada di kamar Putri Rheina, Aku tidak tidur? Aku ini bukannya malaikat yang tidak pernah tidur. Aku tidur bersamanya karena kalau tidak Aku akan mati" Kata Nizam sambil siaga.     
0

"AAKH.. mengapa kau berkata seperti itu. Maksudku adalah apakah sudah menidurinya ?" Kata Alena sambil menghentak - hentakkan kakinya tanda kesal.     

"Ya Tuhan.. Alena, Berada di ruangan Putri Rheina ternyata membuat kecerdasanku menurun drastis. Kau maksud ? Apakah Aku sudah menidurinya ? Tentu saja belum. Bagaimana bisa aku menidurinya kalau bernafas saja Ia begitu kesulitan" Kata Nizam sambil melap keringatnya kembali.     

"Kau bilang tadi Kau sudah tidur dengannya." Alena menunjukkan telunjuk tangannya ke muka Nizam.     

"Alenaku yang cantik dan manis, tidur dengan meniduri berbeda jauh. Aku dan Putri Rheina tidur bersama. Nah kalau hanya tidur saja kan belum tentu ada kejadian apa - apa. Aku berhari - hari tidur bersama Putri Rheina tapi cuma sekedar tidur bersama dan tidak melakukan apa - apa.     

Tapi kalau seandainya tadi kau bertanya apakah Aku meniduri Putri Rheina. Jawabannya pasti belum pernah karena meniduri itu artinya melakukan sesuatu seperti yang kita lakukan tadi" Kata Nizam sambil duduk lalu melanjutkan acara makannya yang terganggu karena histeria Alena.     

Alena langsung memukul bahu Nizam dengan gemas, "Kamu beneran bisa membuat Aku jadi gila"     

"Jangan sayang kalau kau gila nanti Aku harus bagaimana?" Kata Nizam sambil tetap makan.     

"Nizam, apakah kau akan menyentuh Putri Rheina?" Alena bertanya lagi membuat Nizam menghela nafasnya, begitulah wanita. Terkadang suka mengulang - ngulang pertanyaan yang sama terutama jika ini menyangkut kesetiaan suaminya. Tapi Nizam sangat memakluminya. Alena sedang sangat marah dan cemburu. Alena kemungkinan melihatnya tidur meringkuk di atas tubuh Putri Rheina dan itu membuat Nizam menjadi merasa iba.      

Nizam tiba - tiba menghentikan makannya dan Ia berlutut di depan Alena. Alena sampai kaget.     

"Alena sungguh, Aku tidak bisa menjanjikan apapun untuk itu karena Aku hanyalah manusia biasa. Aku bukan Tuhan yang bisa memberikan kepastian kepada sesama manusia. Tapi Aku selalu berusaha meyakinkan kepada diriku sendiri bahwa Aku berniat tidak akan menyentuh siapapun kecuali dirimu. " Kata Nizam dengan sungguh - sungguh.     

"Bangunlah Nizam, Kau tidak boleh berlutut kepadaku " kata Alena sambil mengangkat bahu Nizam.     

"Kau selalu bertanya itu dan Aku sangat sedih mendengarnya. Aku tidak bisa memberikan kepastian selain niat di dalam hatiku ini"     

"Tapi bagaimana dengan putri Rheina. Bagaimana kalau Ia menuntut kepadamu. Aku sudah mendengar kalau Kau akan berusaha untuk bersikap adil" Kata Alena kepada Nizam.     

"Alena.. Aku menikahi Putri Rheina untuk kepentingan politik. Aku tahu kalau Aku sudah tidak adil dan Aku sedang berusaha untuk berbuat adil tanpa harus menyiksa diriku sendiri. Mungkin Aku terlalu berlebih - lebihan bagi laki - laki lain. Bukankah sebagian besar pria bisa bercinta tanpa menggunakan perasaan. Tapi Aku tidak bisa seperti itu.      

Kau tahu sebenarnya hati nuraniku selalu mengatakan kalau Aku harus bisa menyentuh Putri Rheina. Minimal dia saja. Tapi sampai sekarang Aku masih belum bisa melakukan itu. Kau tahu ini menyiksaku sebagai seorang suami. Tetapi sebagai manusia biasa Aku tidak bisa mengizinkan Aku menyentuh wanita selain dirimu. Jadi Alena tolong bantu Aku untuk tidak menambah stress Aku dengan selalu bertanya apakah Aku akan menyentuh Putri Rheina.      

Berilah Aku kepercayaan, yakinkanlah bahwa Aku tidak akan pernah menyentuh siapapun selain dirimu. Tapi walau bagaimanapun kalau sudah takdirnya siapa yang berani melawan?" Kata Nizam sambil tetap berlutut dan memegang tangan Alena. Alena mengusap kepala Nizam.     

"Aku minta maaf. Aku terlalu egois dengan perasaanku sendiri dan tidak pernah memperhatikan perasaanmu. Nizam, Aku akan percaya kepadamu walaupun Kau selalu membohongiku" Kata Alena membuat Nizam sedikit batuk - batuk dan lalu berdiri untuk duduk di kursi. Untung perutnya sudah kenyang dan Ia lalu melap mulutnya dengan lap mulut.     

"Alena, ayo kita ke istanaku. Bawa barang - barang pribadimu !" Kata Nizam kepada Alena. Alena mengerutkan keningnya.     

"Mengapa harus bawa barang - barang pribadi? "      

"Kau jangan tinggal di sini. Aku tidak mau ada apa - apa denganmu. Pembunuhan Putri Kumari masih belum diketahui. Aku yakin pembunuhnya ada kaitannya dengan penghuni Harem. Aku tidak bisa mengurus kalian berdua bersamaan disini" Kata Nizam.     

"Maksudmu apa dengan mengurus kalian berdua ?" Kata Alena sambil mengerutkan keningnya. Nizam malah menggerakan lehernya, Ia kembali tidak sadar mengucapkan kata - kata yang akan memancing emosi Alena. Tapi kalau diam juga akan lebih parah lagi sehingga kemudian sambil tersenyum manis Nizam menjawab,     

"Tentu saja kau dan Putri Rheina. Siapa lagi ?" Kata Nizam sambil mencoba tersenyum tetapi senyumnya kembali menghilang ketika melihat wajah Alena yang begitu masam.     

"Mengapa tidak sekalian saja dia kita undang ke istanamu?" Kata Alena dengan darah yang mendidih.     

"Oh ya ? Apakah boleh ? Itu akan lebih baik karena Aku nanti tidak bisa bolak - balik ke dalam harem. Kalian berdua ada di tempat yang sama. Aku mejadi tenang" Kata Nizam sambil menatap langit - langit. Ia seperti sedang menarik pemicu granat dan siap meledakkan granatnya.     

"Yang Mulia Pangeran Nizam.. semakin lama otakmu semakin gila. Aku tidak mau pergi. Pergilah dengan putri Rheinamu yang cantik jelita itu. Yang menawan hatimu yang lebih mempesona dari Aku " Kata Alena murka.     

"Kata siapa itu ? Kata siapa Putri Rheina lebih cantik dari mu. Kata siapa lebih menawan ? Aku tidak mengatakan itu semua. Karena kalau itu menurut pendapatku. Buat apa Aku memaksa menikahimu kalau di dalam harem Aku memiliki banyak wanita selain putri Rheina.     

Kau adalah matahari diantara milyaran bintang.. kau adalah bulan di kegelapan malam.. eummm... kau.. apalagi ya ? bagaikan karang di antara pasir atau tsunami diantara ombak.." Nizam malah kebingungan membuat puisi yang indah untuk Alena.     

"Nizam.. Nizam... kau adalah dedemit diantara manusia, kau adalah kodok diantara ikan, kau adalah kadal, cacing, kecoa.. Aku benci kamu" Kata Alena sambil hendak pergi tapi Nizam menarik lengan Alena dan membuatnya jatuh ke dalam pelukannya.     

"Jangan menyiksa diri oleh pemikiran yang terlalu berlebihan. Kau tidak usah memperdulikan Putri Rheina. kau fokus saja memenangkan hati penghuni istana dan rakyat Azura. Biarkan Aku yang menangani Putri Rheina" Kata Nizam sambil membenamkan muka Alena ke dadanya.     

Alena malah menangis tersedu - sedu, air matanya menangis mengalir memasahi dada bidang itu.     

"Aku cemburu Nizam. Hatiku sangat sakit" Kata Alena sambil berurai air mata.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.