CINTA SEORANG PANGERAN

Lipstick Murahan



Lipstick Murahan

0Nizam serasa mau mati saking kagetnya dengan teriakan Alena. Alena tampak pucat saking marahnya.     
0

"Ada apa ? Apa yang terjadi? Kau jangan membuatku ketakutan seperti itu" Kata Nizam sambil tegang. Tubuhnya tegak dan Ia menyimpan cangkir itu di meja. Dan Nizam melihat kalau di cangkir itu ada bekas lipsticknya. Wajah Nizam sekarang gantian yang pucat. Tapi Nizam berusaha menguasai keadaan.     

Nizam segera menduga mengapa Alena tampak histeris tapi Nizam tetap bersikap tenang.     

"Yang Mulia.. " Suara Alena mulai terdengar begitu sinis, seakan ribuan kata sarkasme akan keluar dari mulutnya.     

"Hmmm.." Nizam mencoba berdehem padahal jantungnya sudah mau rontok. Diam - diam Ia menghalangi tubuhnya yang paling sensitif menggunakan bantal yang Ia ambil diam - diam dari kursi sebelahnya.     

"Aku tahu Yang Mulia memiliki istri banyak. Tetapi apa Yang Mulia tidak bisa menahan diri untuk tidak memamerkan kepadaku kalau Yang Mulia sudah menyentuh istri Yang Mulia. Hati ini sakit tahu tidak ! Mengapa hanya kau yang boleh sakit hati jika Aku menyukai pria lain padahal jelas - jelas itu adalah suatu kesalahan. Sedangkan kau sendiri malah memamerkan sisa - sisa kemesraan kepadaku" Kata Alena sambil muka merah padam dan menahan tangis.     

"Jangan mengada - ngada. Sisa kemesraan apa? Jangan suka jadi paranormal, Alena." Kata Nizam sambil mencoba tertawa padahal keringat dingin sudah mulai menetes.     

"Hentikan tawamu! Ini sangat tidak lucu" Alena mulai mengambil bantal dan memukulkan bantal itu ke bahu Nizam dengan sangat marah. Untungnya bantal yang diambil Alena adalah bantal yang ada disamping tubuh Alena dan bukan bantal yang Nizam gunakan untuk menutupi tubuhnya. Nizam semakin erat mencekal bantal di pangkuannya. Ia siap dihajar Alena dibagian manapun termasuk di mukanya asal jangan tubuhnya yang paling sensitif.     

"Aku tidak mengerti.." Nizam tidak dapat melanjutkan perkataannya karena Alena langsung menyerobot perkataannya.     

"Tidak mengerti?? Kau lihat bibirmu itu. Penuh dengan lipstick. Kau juga lihat di cangkir. Bekas lipstick dari bibirmu menempel di sana. Kau pasti habis begitu - begitu dengan Putri Rheina. Heh !! Tuan besar, hebat sekali alasanmu. Hendak menyelidiki perdana Menteri Salman atau hendak menghisap madu bersama putrinya" Kata Alena dengan berapi - api.     

Nizam langsung mati kutu mendengar perkataan Alena. Apalagi ketika Nizam menghapus bibirnya dengan punggung tangannya dan Ia memang menemukan bekas lipstick yang menempel di sana. Nizam baru teringat kalau Putri Rheina memang mengenakan lipstick yang tebal dan berwarna merah terang.     

"Itu bukan bekas lipstick Putri Rheina. Itu bekas lipstickmu. Jadi sudah tidak usah marah - marah. aku tidak melakukan apapun dengan Putri Rheina. Coba lihat, lipstick dibibirmu itu begitu merah, pasti ini bekas lipstickmu yang menempel di bibirku dari cangkir bekas kau minum " Kata Nizam sambil menghapus bibirnya menggunakan tisu.     

"Arrgh...kau memang tukang bohong. Kapan kau akan berhenti menipu istrimu sendiri. Lihat.. dengan matamu" Kata Alena sambil menarik tangan Nizam.     

"Eeh.. " Nizam kaget tangannya ditarik oleh Alena lalu dengan kasar Alena menggosokkan bibirnya ke punggung tangan Nizam. Dan sebelum Nizam menyadari Alena lalu berkata sambil menggoyang - goyangkan tangan Nizam.     

"Lihat Yang Mulia.. coba lihat. Apakah ada noda lisptick di tanganmu?" Kata Alena kepada Nizam. Dan Nizam hampir semaput ketika melihat di tangannya itu tidak ada sedikitpun bekas noda lipstick padahal tadi Alena mengggosok - gosok bibirnya yang berlipstick merah itu dengan kuat. Logikanya akan ada banyak noda lipstick di punggung tangan Nizam.      

"Ta..tapi bagaimana bisa? Mengapa tidak ada noda lipstick di tanganku. Padahal kau menggosokan bibirmu itu ke tanganku dengan kuat. Apa yang kau pakai itu" Kata Nizam sambil mengulurkan tangannya dan menggosok bibir Alena dengan jempolnya. Tapi Alena menepiskan tangan Nizam.     

"Itu karena aku mengenakan lipstick yang tidak akan menempel kalau berciuman atau saat minum. Lipstickku tahan lama dan yang dipakai Putri Rheina adalah lipstick yang akan meninggalkan bekas kalau dipakai berciuman." Kata Alena dengan murka. Nizam langsung merasa lemas. Ia ketahuan belangnya oleh Alena. Ia telah berbohong kepada Alena.     

"A..aku tidak tahu kalau ada lipstick semacam itu. Hebat! Mengapa lipstickmu tidak menempel dan yang Putri Rheina menempel" Kata Nizam sambil cengengesan. Ia mencoba mengalihkan pembicaraan.     

"Itu karena Putri Rheina membeli lipstick murahan! Aargh... Nizam berani nya kau mencium Putri Rheina. Padahal kau bilang kau hanya akan menyentuhku. Kau memang Tukang Tipu" Kata Alena sambil mengguncang - guncangkan bahu Nizam. Ia sudah ingin menghajar Nizam tapi Alena berusaha mengendalikan emosinya.     

"Bisa - bisanya Harem menyediakan lipstick murahan. Sanita benar - benar tidak becus mengurus Harem" Nizam mengumpat dalam hati.     

"Alena Aku tidak berbohong, Aku masih belum menyentuh Putri Rheina. Aku hanya menciumnya, agar Ia mau ku suruh mematai - matai Ayahnya sendiri."     

"Tapi mengapa kau harus menciumnya ?Apakah kau tidak bisa berbicara baik - baik?" Nizam ini sangat menyakitkan. Aku sangat sakit" Kata Alena kepada Nizam.     

"Maafkan Aku Alena, sungguh. Aku hanya menciumnya dan merayunya agar Ia mau melakukan apa yang ku suruh. Alena maafkan Aku. Jangan marah Alena" Kata Nizam sambil berusaha mendekap Alena. Tapi Alena mendorong Nizam dengan keras.     

"Kau selalu begitu. Kau berbuat salah lalu meminta maaf dengan begitu mudah" Kata Alena. Nizam tertunduk dengan sedih.     

"Alena Aku benar - benar minta maaf. Aku merayunya. Aku benar - benar hanya menciumnya" Kata Nizam sambil mengulurkan tangannya tapi Alena menepis dengan bengis.     

"Aku sebenarnya sudah tidak perduli lagi apakah kau hanya menciumnya atau melakukan yang lain. Karena memang Ia istrimu. Kau adalah laki - laki normal dan dia adalah istrimu. Jadi memang itu adalah hakmu untuk menyentuhnya tapi hendaknya kau jangan demonstratif seperti itu. Itu sangat menyakitkan. Aku wanita lemah Nizam, Aku tidak kuat membayangkan kau menyentuh istrimu yang lain" Kata Alena dengan mata berkabut.     

"Aku bersumpah Alena, Aku tidak melakukan apa - apa. Akan aku buktikan kalau Aku benar" Kata Nizam sambil tiba - tiba membuka jubahnya dan memperlihatkan tubuhnya kepada Alena untuk membuktikan kalau Ia tidak melakukan apa - apa. Tapi memang Nizam sedang sial. Ia malah memperlihatkan bekas ciuman Putri Rheina di lehernya. Ada beberapa tanda merah yang dibuat Putri Rheina di lehernya.     

Alena semakin kalap dan Ia menarik Nizam ke arah kaca besar di dekat tempat tidur tempat Alena berias. Dan Alena mendorong Nizam ke kaca itu,     

"Lihat ! Lihat sendiri ! Apa ini? Ini ? Ini ? dan ini?" Kata Alena sambil menunjukkan satu persatu bekas ciuman Putri Rheina. Nizam benar - benar mati kutu dan tidak berkutik. Ia jadi merutuki nasibnya yang begitu ceroboh. Ia tidak menyadari kalau tadi Putri Rheina memang memberikan tanda itu di lehernya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.