CINTA SEORANG PANGERAN

Depresinya Nizam



Depresinya Nizam

0Nizam menghapus keringatnya yang berleleran di keningnya tetapi Ia masih belum mau berhenti dan Alena sudah merasakan tubuhnya seperti habis kerja rodi. Ia sudah tidak bisa menggerakan tangannya. Dengan tubuh gemetar Ia berkata kepada Nizam,     
0

"Mau sampai kapan? Aku sudah lelah" Kata Alena dengan wajah memelas. Tapi Nizam malah semakin mempercepat gerakannya. Alena mengerang perlahan, Ia mencoba menggerakan kakinya yang terasa mati rasa.     

"Sampai amarahku hilang" Kata Nizam sambil mencium Alena. Alena hanya bisa memejamkan mata sambi mengelus kepala suaminya dengan lembut. Air matanya meleleh karena merasa iba kepada Nizam. Dan ketika erangan Nizam terdengar kembali bersamaan dengan tubuhnya yang terhempas ke sisi Alena. Alena menghela nafas lega.      

Nizam benar - benar gila. Ia terus melampiaskan emosinya kepada Alena. Dari sofa sampai ke tempat tidur. Alena merasakan tubuhnya hampir remuk karena terus menerus harus bergerak melayani amarah Nizam.     

Nizam terbaring terlentang sambil menatap langit - langit kamar. Ia sudah merasa dingin dan akal sehatnya kembali hadir.      

"Aku minta maaf Alena. Tapi ketika tahu Pangeran Abbash mendatangimu tanpa sepengetahuanku. Aku menjadi emosi. Aku cemburu. Apalagi Aku tahu kalau Kau menyukai ketampanan Pangeran itu" Kata Nizam.     

"Katakanlah kepadaku, Siapa yang memberitahukan tentang hal itu? " Kata Alena sambil meringis ketika Ia mencoba bergerak dan Ia merasakan ngilu ditubuhnya.     

"Putri Mira" Kata Nizam pendek. Mata Alena seketika terbelalak. Rasa letihnya langsung hilang. Alena langsung bangun dan lalu duduk di atas perut Nizam. Nizam melotot melihat muka Alena yang langsung garang. Alena memegang bahu Nizam lalu mengguncang - guncangkan dengan keras.     

"Dasar otak udang.. otak disimpan di dengkul. Berani benar kau mencemburuiku sementara kau sendiri pergi ke ruangan Putri Mira tanpa sepengetahuanku. Dasar lelaki egois' Kata Alena sambil terus menggoncang - goncangkan tubuh Nizam.     

Nizam jadi tergagap melihat Alena mengamuk. Tapi melihat tubuh Alena yang berguncang di hadapannya tanpa penutup malah membuat Nizam jadi gagal fokus.     

"Mau apa kau ke ruangan Putri Mira? Belum puas dengan Putri Rheina sekarang kau malah menyambangi kamar Putri Mira.. dasar.. kurang ajar.. eeh.. ngapain kamu pegang - pegang" Kata Alena sambil melotot.     

"Aku tidak megang, Kau begitu emosi sampai meledak - ledak. Tubuhmu jadi terguncang - guncang. Aku bantu menahannya takut lepas nanti" Kata Nizam sambil tidak melepaskan tangannya.      

"AAKH.. Nizam serius.. Aku tanya kau mau apa ke kamar Putri Mira?" kata Alena      

"Aku juga serius.. Aku ke kamarnya hanya ingin tahu apakah dia benar - benar gila atau tidak?" Kata Nizam sambil mempererat pegangannya.     

"Terus bagaimana ? bagaimana? Apa dia benar - benar gila?" Alena jadi penasaran mendengar cerita Nizam. Nizam belum menjawab tetapi malah memutar tangannya di tubuh Alena.     

"Bagus sekali tubuhmu. Aku sangat menyukainya" Kata Nizam sambil menurunkan tubuh Alena dan membiarkan mukanya menyentuh tubuh Alena. Alena memijit hidung Nizam yang sangat mancung itu dengan kesal membuat Nizam membuka mulutnya dan melepaskan tubuh Alena yang sudah ada di mulutnya     

"Kau ini benar - benar keterlaluan. Jawab dulu pertanyaanku.."      

"Kau harusnya sudah tahu, dia gila atau tidak?" Kata Nizam sambil kembali memasukan tubuh Alena ke mulutnya. Alena terdiam berpikir lalu kemudian berkata,     

"Dia memberitahukan kalau Pangeran Abbash menemuiku. Berarti dia tidak gila. Jadi selama ini dia menipu kita semua ?" Kata Alena sambil menggelengkan kepalanya takjub. Nizam tidak menjawab. Dia hanya mengeluarkan suara " Mmmm.." Sebagai tanda Ia menyetujui perkataan Alena.     

"Luar biasa pintarnya. Dia mengelabui orang bertahun - tahun. Jadi kau bagaimana ? Setelah tahu dia membohongi kita semua?" kata Alena kepada Nizam tapi Nizam malah asyik dengan kegiatannya.     

"Nizam.. katakanlah! Kau jangan seperti ini. Aku sudah sangat lelah dan badanku sakit" Kata Alena sambil menarik tubuhnya dari mulut Nizam. Dengan perasaan enggan Nizam menghentikan kegiatannya lalu Ia meraih selimut dan menyelimuti tubuh Alena dengan selimut.     

"Tutupi tubuhmu! Aku bisa gila kalau terus menerus melihatnya" kata Nizam sambil kemudian Ia turun dari tempat tidur dan berjalan meraih kimono kamarnya dan mengenakannya. Kemudian Ia juga mengambil bungkusan rokok yang ada di dalam laci.     

Nizam merokok untuk menenangkan pikirannya. Alena menatapnya dengan tatapan tajam dan itu membuat Nizam menjadi merasa terintimidasi.      

"Bicaralah Nizam karena Aku mencium sesuatu yang tidak beres" Kata Alena.     

Nizam menghembuskan asap rokoknya dan kemudian berkata perlahan, "Aku harus menikahinya. Maafkan Aku Alena" Kata Nizam akhirnya dengan suara perlahan. Alena merasakan hatinya terguncang dan kemudian tidak disadari air matanya sudah meleleh turun membasahi pipinya. Ini sangat menyakitkan.     

Disaat Ia masih sakit hati dengan Putri Rheina, Nizam malah akan menikahi Putri Mira, Alena merasakan hatinya kembali bagaikan di iris sembilu. Tangisannya tidak terbendung lagi. Alena menangis dengan suara lirih dan Nizam semakin kuat menghisap rokoknya. Ia merasakan dadanya sesak karena melihat Alena menangis.     

Setelah beberapa saat Nizam menghabiskan berbatang - batang rokok sambil mendengarkan suara tangisan Alena hingga suara tangisan itu berhenti. Nizam perlahan mematikan rokoknya dan berjalan menghampiri Alena. Ia duduk di tempat tidur sambil memegang bahu Alena.     

"Alena..." Bisiknya dengan lembut tapi Alena tidak menjawab. Ketika Nizam membalikkan tubuh Alena. Ia melihat Alena tertidur dengan air mata yang berjejak di pipinya. Nizam menjadi depresi. Ia tidak berani membangunkan Alena tetapi Ia memilih ke kamar mandi. Nizam menyalakan air ke dalam bathtub. Ia lalu duduk di sisi bathtub sambil menunggu air penuh.     

Wajah Nizam begitu kusut dan muram. Ia melangkah berjalan ke arah jendela bulat yang berguna untuk memberikan cahaya ke dalam kamar mandi tetapi tidak tembus pandang. Pikirannya kacau sehingga kemudian tiba - tiba Ia menghantamkan pukulan ke kaca itu hingga kaca itu terberai.     

Kaca itu ukurannya sangat tebal. Tapi ketika dihantam oleh tinju Nizam seketika kaca itu pecah. kamar mandi Nizam bersisian dengan taman sehingga ketika kaca itu pecah terberai maka pemandangan dari luar seketika terlihat demikian juga dari luar. Para penjaga yang sedang berjaga kaget mendengar suara kaca pecah dan ketika itu sumbernya dari ruangan Nizam seketika para penjaga panik.     

Mereka berlarian ke arah suara kaca yang pecah dan mereka melihat Nizam sedang berdiri dengan kepalan tangan yang berlumuran darah. Para penjaga langsung beristighfar dan pucat pasi. Sebagain berteriak kepada para pelayan agar memanggil dokter dan sebagian lagi menghampiri Nizam dengan tubuh gemetar.     

"Yang Mulia.. Ya Alloh. Apa yang terjadi? Yang Mulia apa Yang Mulia baik - baik saja?" Tanya seorang Penjaga sambil hendak melihat ke arah tangan Nizam.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.