CINTA SEORANG PANGERAN

Jebakan Putri Mira



Jebakan Putri Mira

0Nizam mengangkat tangannya dan berkata, " Aku tidak apa - apa. Panggilkan pegawai bagian kerusakan. Dan segera perbaiki kacanya" Kata Nizam sambil melangkah masuk. Ia tidak jadi mandi karena kamar mandinya terbuka sekarang. Ia masuk kembali ke dalam kamarnya. Dan Ia kemudian mengambil pakaian Alena.      
0

Nizam tahu kalau sebentar lagi para pegawai dan pelayan akan berdatangan sehingga Ia segera memakaikan pakaian ke tubuh Alena. Ia lalu mengangkat Alena dengan hati - hati. Nizam bermaksud hendak memindahkan Alena ke ruangan yang lain. Dan benar saja ketika Nizam mau melangkah para pelayan dan Nayla asistennya sudah masuk bersama tim medis sudah berhamburan masuk. Karena memang Nizam tidak boleh menutup pintunya.     

"Yang Mulia.. mengapa Yang Mulia terluka?" Nayla menghampiri Nizam tetapi Nizam malah menggelengkan kepala dan menyuruh Nayla menyingkir dengan isyarat kepalanya. Nayla langsung menyingkir.     

"Yang Mulia.. mohon izinkan kami memeriksa luka Yang Mulia" Kata dokternya Nizam dengan panik. Ia melihat darah menetes dari tangan Nizam membasahi karpet bulu di ruangan Nizam.     

"Minggir dulu, Aku hendak memindahkan istriku dulu" Kata Nizam malah menyuruh mereka menyingkir.     

"Izinkan kami membawa Yang Mulia Putri Alena ke kamar yang lain" Kata seorang pelayan kepada Nizam. Nizam menatap pelayan itu dengan muka kelam.     

"Kau mau cari mati. Jangan sentuh istriku !" kata Nizam sambil melangkah pergi dan menggendong Alena yang masih tertidur dengan air mata berlinang. Hati Nizam begitu teriris melihat wajah istrinya yang penuh derita. Bagaimana bisa Ia begitu menyakiti Alena. Ia masih belum bisa membereskan Putri Rheina sekarang Ia malah mengatakan bahwa Ia akan menikah dengan Putri Mira.     

Nizam melangkah dengan pandangan mata yang nanar. Kesedihannya sangat mendalam. Ia sama sekali tidak merasakan sakit walaupun darah berceceran dari tangannya. Sebuah pecahan kaca melukai pembuluh darahnya dan membuat darah mengalir tiada henti.     

Nizam terus melangkah dan para pelayan berlarian mengikuti Nizam termasuk Nayla. Nayla segera membuka kamar yang dituju Nizam dan para pelayan berjajar untuk menunggu perintah. Para tim medis juga berlari dan segera berlutut, "Yang Mulia izinkan kami mengobati tangan Yang Mulia terlebih dahulu" Kata mereka dan kemudian semua pelayan dan penjaga berlutut termasuk Nayla. Mereka ribut memohon agar Nizam mengobati lukanya dulu.     

Nizam menjadi pusing mendengar suara mereka yang riuh rendah. Dan mereka tidak akan berhenti sampai Nizam bersedia diobati. Nizam menghela nafas dan berbalik.     

"Kalian bisa diam tidak ? Istriku sedang tidur. kalian bisa membuatnya terbangun. Biarkan Aku menidurkannya dulu, baru kalian obati Aku" Kata Nizam akhirnya dan membuat suara para pelayan, penjaga dan tim medis itu berhenti bersuara.     

Nizam akhirnya dapat menidurkan Alena di tempat tidur dengan tenang. Tangan kanannya yang terluka Ia biarkan terjuntai ke bawah agar tidak membasahi tempat tidur. Tangan kirinya membelai dengan lembut rambut Alena dan berkata lirih.     

"Maafkan Aku Alena, Aku harus menikahi Putri Mira, karena dia akan menuntut Cynthia jika Aku tidak menikahinya. Percayalah Kau akan semakin marah jika Aku membiarkan Cynthia dipenjara dengan waktu yang lama. Bersabarlah" kata Nizam kepada Alena. Lalu Nizam keluar dari kamar dan membiarkan para tim medis mengobatinya     

"Yang Mulia, apa yang terjadi?" Nayla dengan hati - hati berlutut di depan Nizam. Nizam menggelengkan kepalanya.     

"Tidak apa - apa Nayla. Kau tidak usah cemas. Aku hanya meninju kaca di kamar mandi "     

"Tapi bagaimana bisa, yang Mulia? Apa yang harus hamba lakukan? Apakah hamba perlu memanggil Nyonya Jonathan?" Kata Nayla.     

"Tidak usah ! Dia sedang membantu suaminya dengan kantor pengacaranya. Aku tidak ingin mengganggunya. Ia bukan milikku lagi. Ia milik suaminya" Kata Nizam dengan perlahan. Ia tidak bisa terus menerus mengandalkan Arani. Ia harus menghargai Jonathan.     

Nayla tertunduk dengan sedih, "Maafkan Hamba Yang Mulia" Kata Nayla dengan mata berkabut.     

"Mengapa kau meminta maaf. Apa kesalahanmu?" Kata Nizam sambil memperhatikan dokter yang membersihkan lukanya. Nizam meringis ketika dokter itu menjahit lukanya. Lalu membalutkan perban ke tangannya.     

"Hamba tidak sepintar Nyonya Jonathan sehingga Yang Mulia tidak dapat mengandalkan hamba" Kata Nayla dengan sedih.     

'Kau jangan pasang wajah seperti itu dan jangan mengatakan hal - hal yang malah membuatku marah. Jika merasa tidak sepintar Arani. Kau jangan meminta rasa kasihan dariku. Tapi segeralah kau latih dirimu agar memiliki kualitas yang sama dengan Arani" Kata Nizam dengan dingin. Nayla langsung bersikap tegas dan tidak memasang wajah memelas.     

"Siap Yang Mulia. Hamba akan berusaha sekuat tenaga untuk melayani Yang Mulia" Kata Nayla.     

"Baikah.. sekarang kau pergillah ke ruangan Putri Mira. Dan cobalah menjadi sekutunya" Kata Nizam kepada Nayla.     

"Ta..tapi mengapa hamba? Hamba tidak terlalu pintar untuk melakukan hal sebesar itu" Kata Nayla ketakutan. Nizam mendengus sambil merilekskan tangannya yang sudah selesai diperban. Ia lalu menyuruh para tim medis pergi dari hadapannya. Termasuk para pelayan yang sudah menyiapkan makanan di meja ruangan Nizam.     

Nizam berdiri dan melangkah masuk ke dalam kamar tempat Alena tertidur.     

"Masuklah ! Kita bicara di dalam" Kata Nizam kepada Nayla. Nayla langsung menganggukan kepalanya dan mengikuti langkah Nizam masuk ke dalam kamar.     

Nizam duduk di sofa sedangkan Nayla berdiri dengan hormat tidak jauh dari dirinya.     

"Putri Mira ini ternyata sangat cerdas. Ia sudah mempersiapkan pisau kecil di dalam pakaiannya yang Aku yakin dia siapkan agar Ia bisa menggunakannya setiap saat. Dia menjebakku dan Cynthia dengan memprovokasi kami. Ia lalu bunuh diri dan sekarang kasusnya pasti sudah ke tangan Satuan Pengaman Istana.      

Aku takut Cynthia akan menjadi kambing hitam kasus ini. Ia adalah teman Alena dan siap melakukan apa saja untuk kebahagiaan Alena" Kata Nizam perlahan. Ia memastikan istrinya tidak mendengar apapun. Untungnya jarak antara tempat duduk dan kamar tidur cukup jauh jadi Nizam tidak perlu khawatir suaranya akan terdengar.     

Nayla mengikuti pandangan Nizam yang memandang Alena dan Ia mengerti mengapa Nizam berbicara perlahan. Berarti ini adalah rahasia yang tidak boleh diketahui oleh Alena.     

"Aku dan Cynthia mencurigai kalau dibalik kematian Putri Kumari adalah Putri Mira jadi Aku harus berada di dekatnya untuk mengetahui apakah kecurigaanku benar. Tadinya Jika Aku tahu Ia hanya pura - pura gila, Aku akan menjebaknya agar segala kesalahannya dapat kubuktikan.     

Tapi apa daya dia malah balik menjebak kami. Ia menggunakan Cynthia agar Aku dapat menikahinya. Dan jika sampai SPI mengetahui hal ini maka kesalahan Cynthia di dalam memprovokasi Putri Mira akan dikaitkan dengan kematian Putri kumari. Kau tahu kalau antara Cynthia dan Putri Kumari tidak memiliki hubungan yang baik.      

Dengan Putri Mira yang menjadi korban maka orang - orang dapat menuding Cynthialah dalang dibalik semua kasus di dalam harem." Kata Nizam perlahan dan itu malah membuat Nayla menjadi melotot tegang. Ia tidak menyangka permasalah akan menjadi rumit.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.