CINTA SEORANG PANGERAN

Dari Hati ke Hati



Dari Hati ke Hati

0Putri Rheina baru saja siuman dari pingsannya setelah Ia ditangani para dokter ahli sesuai perintah Cynthia. Dan dalam lubuk hati yang terdalam Alena mengucapkan terima kasih kepada Cynthia yang sudah menolong Putri Rheina kalau sampai Putri Rheina kenapa - napa maka Nizam pasti akan bersedih lagi padahal dia sedang sakit.     
0

Putri Rheina tampak panik ketika melihat Alena datang. Ia segera menepiskan mangkuk yang berisi ramuan hangat untuk mengusir dingin di tubuhnya. Pelayan itu segera berdiri dan menyingkir ketika melihat Alena datang. Pelayan itu adalah pelayan pribadi Putri Rheina.     

"Maafkan Aku, Alena. Aku tidak meminta mereka untuk membawaku kemari. Aku pikir Aku berada di tempat lain sampai kemudian Aku melihat Cynthia dan sadar kalau Aku masih di dalam istana Yang Mulia Nizam. Aku akan pergi. Kau jangan marah." Kata Putri Rheina kepada Alena.     

"Tidak !! tetaplah berbaring ! Kau tidak harus pergi. Ini bukan istanaku. Ini Istana Nizam yang berarti istanamu juga. Aku tidak berhak menyuruhmu pergi" kata Alena sambil duduk di sisi Putri Rheina. Kemudian Ia menyentuhkan telapak tangannya ke kening Putri Rheina. Putri Rheina hanya bisa duduk sambil bersender dengan tubuh kaku. Ia benar - benar pasrah dengan apapun tindakan Alena. Bahkan jika Alena memukulinya maka Ia akan menerima dengan pasrah.     

Alena merasakan kening Putri Rheina yang sangat panas. Kemungkinan memang Putri Rheina demam. Wajahnya sangat pucat dan Alena malah melihat Putri Rhiena semakin cantik walaupun Ia tampak sangat pucat. Bibirnya tampak sedikit biru karena kedinginan dan Alena langsung mengeluh ketika teringat kalau bibir itu sudah disentuh oleh pemiliknya.     

Melihat Alena memandang nanar kepada bibirnya membuat Putri Rheina jadi tidak enak hati. Ia menundukkn kepalanya dan berkata,     

"Terima kasih Alena, kau telah menyelamatkan nyawaku sebanyak dua kali" Kata Putri Rheina.     

Alena menggelengkan kepalanya, "Tidak Putri Rheina.."     

"Tolong jangan panggil Aku putri Rheina, panggil Aku Rheina saja" Kata Putri Rheina memotong perkataan Alena. Alena terbelalak mendengar perkataan Putri Rheina. Alena benar - benar menyadari kalau Putri ular itu sudah berubah. Mungkin perjalanannya rohaninya saat Ia koma membuat putri itu sedikit tersadar kalau Ia sudah tidak perlu lagi bersikap angkuh dan menyebalkan.     

"Apakah kau ingin menarik simpatiku ?" Kata Alena sambil melihat tajam ke arah Putri Rheina. Tapi Putri Rheina tertawa walaupun setelahnya terbatuk - batuk hingga Alena memberikan isyarat kepada pelayan untuk mengambilkan minum dan memberikannya kepada Putri Rheina.     

"Terima kasih" kata Putri Rheina kepada Alena, padahal yang mengambilkan minumannya adalah pelayannya tapi pelayan itu mengambilnya karena seizin Alena jadi memang etika nya adalah ucapan terima kasih itu untuk Alena.     

Alena hanya mengangkat tangannya kepada Putri Rheina dengan gaya anggun dan sekarang Putri Rheina yang bersumpah dalam hatinya kalau sikap Alena sekarang ini makin menunjukkan bahwa Alena memang layak menjadi seorang ratu. Alena yang memiliki pendidikan di negara Amerika dan mendapatkan pendidikan di Indonesia dapat beradaptasi untuk menjadi seorang putri.     

Alena tidak meluap - luap lagi emosinya seperti ketika Ia pertama kali datang ke Azura. Alena tampak semakin dewasa dan cantik tentunya. Dan sekarang Putri Rheina juga menyadari kalau memang Alena berhati emas. Walaupun mereka saling membenci tetapi rasa benci yang tidak didasari rasa jahat yang berakar dalam hati tetapi rasa benci karena sama - sama ingin mendapatkan perhatian dari suami mereka.     

"Aku sama sekali tidak ingin menarik simpatimu. Buat apa? Karena cinta Yang Mulia tidak akan muncul hanya karena Aku menarik simpati darimu" Kata Putri Rheina sambil tersenyum miris.     

Alena terdiam, "Aku tahu, kalau cinta Nizam hanya untukku. Tetapi Aku juga tidak bisa mengingkari kalau kau adalah istri pertamanya" Kata Alena sambil menatap ke arah bunga mawar yang terangkai dalam pot besar.      

Nasib wanita seperti bunga, dinikmati keindahannya tetapi ketika sudah layu maka mungkin saja akan terbuang dengan sia - sia. Kecuali wanita itu mendapatkan cinta sejati dari suaminya. Kali ini Putri Rheina yang gantian menatap ke arah bunga yang ditatap Alena. Pikirannya juga menerawang kepada nasib dirinya.     

"Alena Aku minta maaf kepadamu" Kata Putri Rheina sambil menghela nafas.     

"Untuk apa Kau meminta maaf ?" Kata Alena.     

"Seharusnya ketika Kau menyelamatkan nyawaku maka Aku harus meninggalkan Yang Mulia Nizam sebagai balasan atas perbuatan baikmu" Kata Putri Rheina sambil berkaca - kaca. Ia menarik selimuntnya untuk menyelimuti tubuhnya yang kedinginan.     

"Kau tidak usah membalas budi baikku karena Aku menyelamatkanmu bukan karena Aku bersimpati kepadamu tetapi karena Aku tidak ingin Nizam bersedih."Kata Alena dengan jujur. Mata Putri Rheina terbelalak lebar,     

"Benarkah ? Benarkah apa yang kau katakan itu? Benarkan Yang Mulia bersedih ketika Aku sakit?" Kata Putri Rheina.     

"Kau adalah istrinya, suami mana yang tega melihat istrinya sakit tidak berdaya dan tidak merasa sedih walaupun Ia tidak mencintainya. Lagi pula Aku menyadari kalau Suamiku menyayangi dirimu."Kata Alena sambil kembali menatap Putri Rheina.     

"Aku tahu itu Alena, dan sialnya Aku terlalu mencintainya. Aku pikir Aku mencintainya karena Ia calon raja tetapi lama - lama Aku menyadari kalau Aku mencintainya sejak dulu sejak Aku masih kecil. Aku hanya mengenal Yang Mulia sebagai laki - laki selain dari Ayahanda. Bagaimana Aku bisa mencintai orang lain kalau sejak dalam kandungan Aku harus mencintai dia seorang." Putri Rheina menarik nafasnya yang terasa berat.     

Alena terdiam mendengar perkataan Putri Rheina. Kali ini Ia merasa tersudut karena Ia semakin menyadari kalau Alenalah perusak kebahagiaan Putri Rheina.     

"Tetapi Alena, Ketika Aku hanya mengenal laki - laki, Yang Mulia seorang. Yang Mulia malah mengenal banyak wanita selain diriku. Aku tidak berani mengatakan ini tidak adil karena sudah adat di kerjaan kami kalau Raja harus memiliki wanita yang lain jadi percayalah sebenarnya Aku tidak keberatan kalau Yang Mulia Nizam memiliki banyak wanita.     

Hanya saja Yang Mulia Nizam ternyata tidak bisa membagi cintanya. Yang Mulia lama tinggal di Amerika dan sejak kecil Yang Mulia memang lain dibandingkan dengan pangeran lain. Yang Mulia memiliki pemikiran yang jauh lebih modern dibandingkan dengan yang lain. Termasuk cara pandangnya terhadap seorang wanita.     

Aku merasa bersalah telah menjadi penghalang diantara cinta kalian. Kehadiranku telah menyiksa kalian berdua. Bahkan terkadang sampai saat ini Aku merasa menyesal mengapa Aku harus hidup kembali setelah Aku koma. Tetapi kemudian Aku menyadari kalau semua takdir Alloh.     

Alena, Aku minta maaf. Aku benar - benar minta maaf. Aku tidak bisa meninggalkan Yang Mulia Nizam untuk saat ini. Aku tidak tahu harus bagaimana jika Yang Mulia menceraikan Aku. Kau lihat tanda merah ini." Kata Putri Rheina sambil memperlihatkan tanda merah dibawah lengannya kepada Alena. Dan Alena langsung melihatnya. Bulatan itu seperti tahi lalat kecil yang berwarna merah terang.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.