CINTA SEORANG PANGERAN

Jangan Pernah Membunuh Alena



Jangan Pernah Membunuh Alena

0"Demi Tuhan.. jangan pernah membunuh Alena, Kalau Alena mati maka hidup anakku akan hancur. Anakku sangat mencintainya." Tiba - tiba Ratu Sabrina menjatuhkan tubuhnya dan berlutut di kaki Perdana Menteri Salman. Kemudian menyimpan tangannya di kepala Ratu Sabrina.     
0

"Anakku begitu marah ketika Aku menyuruh Alena untuk kembali ke dalam harem. Dia lebih rela dicambuk sampai mati daripada harus membiarkan istrinya itu dalam bahaya. Kalau sampai Alena mati maka Aku yakin dia akan memburu kita dan tidak akan membiarkan kita hidup tenang. Terutama Aku. Dia mungkin tidak akan membunuhku karena Aku ibunya. Tetapi Aku yakin dia tidak akan pernah memaafkan kalau sampai dia tahu Aku bersekongkol denganmu untuk membunuh Alena" Kata Ratu Sabrina dengan berurai air mata.     

"Kau jangan takut. Aku akan membunuhnya sendiri dan tidak akan melibatkanmu. Setelah dia mati. Aku harap akan ada kedamaian di dalam kerajaan Azura dan anakku dapat hidup dengan tenang bersama anakmu.     

Kemudian setelah anakmu menjadi Raja dan anakku menjadi Ratu, kita bisa pergi ke luar negeri dan hidup berdua sampai mati" Kata Perdana menteri Salman sambil mengangkat bahu Ratu Sabrina dan mengangkatnya kemudian mendudukkannya di kursi dengan penuh kelembutan. Matanya yang tajam kini bersinar lembut.     

Cinta di hatinya untuk Ratu Sabrina membuat amarahnya menurun langsung. Melihat mata Ratu Sabrina berkaca - kaca menjadikan dirinya terenyuh.     

"Lalu bagaimana dengan suamiku?" Kata Ratu Sabrina.     

"Suamimu itu istrinya banyak. Selain dirimu dia memiliki tiga Ratu dan puluhan selir Jika Kau pergi maka Ia masih memiliki banyak wanita. . Sedangkan Aku hanya memiliki Putri Kulsum sebagai istriku. itupun Aku menikahinya karena Aku tidak ingin orang - orang mencurigaiku karena hidup melajang walaupun Aku tidak menginginkannya. Cinta di antara kami hanya karena ikatan pernikahan saja bukan karena cinta dari dalam hati.     

Aku juga yakin dia akan mengerti kalau aku meninggalkannya dan hidup berdua denganmu. Kau cukup diam saja sampai waktunya tiba. Kau tidak usah mengkhawatirkan apapun asal Kau jangan sampai bertingkah mencurigakan yang akan membuat seluruh rencanaku jadi gagal. Mengertikah Kau?" Kata Perdana Mentri Salman sambil mengelus kepala Ratu Sabrina.     

Ratu Sabrina menganggukkan kepalanya sambil berkaca - kaca. Ia sangat berdebar - debar mendengar pernyataan Perdana Menteri Salman yang begitu manis dan romantis. Bertahun - tahun hidup di sisi pria yang sangat Ia cintai tetapi tidak bisa menyentuhnya sungguh suatu siksaan.     

Ia juga tidak bisa bermanja - manja dan hanya bersifat formal di depan orang lain. Ia selalu harus menjaga mimik wajah dan matanya agar tidak ada satupun orang yang mencurigai mereka.     

Suaminya yang semakin lemah akhir - akhir ini membuat hubungan antara Perdana Mentri Salman dan Ratu Sabrina semakin dekat. Dan seluruh rakyat Azura termasuk para pejabat dan penghuni istana tidak ada yang tahu. Mereka mengira kedekatan mereka hanyalah untuk urusan kenegaraan. Ratu Sabrina menjadi perwakilan dari suaminya dan Perdana Menteri Salman mengatur segalanya.     

Mereka tidak pernah tahu bahwa Ratu Sabrina sangat menderita karena cintanya kepada Perdana Menteri Salman yang terhalang oleh ikatan pernikahan mereka masing - masing. Ratu Sabrina menjadi Ratu yang tegas hanya untuk menutupi kerapuhan hatinya. Dan Ia menguasai suaminya hanya untuk menutupi kekesalan atas ketidak adilan suaminya kepada dirinya.     

Mengapa harus Ia yang dipilih untuk menjadi istri suaminya itu. Padahal banyak wanita lain yang lebih baik dibandingkan dirinya. Mengapa suaminya harus memilih dia dibandingkan dengan semua foto yang diperlihatkan kepadanya. Mengapa ayahnya harus gila jabatan sehingga Ia dikorbankan untuk dinikahi Raja itu padahal Ia sama sekali tidak mencintainya.     

Dan Ia masih ingat bagaimana saat malam pertama suaminya itu bahkan menyakitinya hanya untuk mempersembahkan kesuciannya di malam kesucian. Ia sangat tersakiti dipaksa melakukan dengan orang yang tidak Ia cintai. Walaupun suaminya itu tidak seperti Nizam yang terlalu bodoh ketika melakukan untuk pertama kali tetapi bagi Ratu Sabrina tetap saja rasanya lebih menyakitkan.     

Apalagi Ia masih ingat ketika Ia masuk ke dalam tandu pengantin Ia melihat Perdana Menteri Salman mengawalnya karena mereka memang berasal dari keluarga yang sama. Ia ikut mengawal penyerahan Ratu Sabrina ke istana. Wajah Perdana Menteri Salman sangat terluka sambil sesekali Ia melihat ke arah jendela tandu. Ia lamat - lamat mendengar tangisan Ratu Sabrina di dalamnya.     

Dan akhirnya setelah menyerahkan kekasihnya itu tanpa siapapun yang tahu apa yang mereka alami. Di saat Ratu Sabrina disentuh oleh suaminya. Ia menghabiskan malam itu dengan mabuk di sebuah bar. Ia mabuk sampai tidak bisa bangun dan tidak berani pulang ke rumah. Ia tidur di dalam hotel dengan air mata di pipinya.     

Hari terus berlalu sampai akhirnya Perdana Menteri Salman menerima kenyataan apalagi setelah Ratu Sabrina kekasihnya itu mengandung dan Ia kemudian mengubah taktiknya. Cinta mendalam dalam dirinya membuat Ia kemudian menjadi Perdana Menteri kerajaan Azura menggantikan ayahnya. Padahal waktu itu Ia tidak mau. Dibantu dengan rekomendasi dari Ratu Sabrina dan dukungan para penjabat kerajaan yang kebanyakan memang berasal dari keluarganya membuat karirnya begitu mulus dikerajaan Azura.     

Ia melampiaskan rasa cinta dan kesepiannya dengan bekerja keras bersama kekasihnya itu. Sampai kemudian Dia sendiri menikah dan istrinya mengandung. Atas keinginannya Ia menjodohkan bayi dalam kandungan itu dengan anaknya Ratu Sabrina.      

Semua berjalan dengan baik dan rencana Perdana menteri berjalan dengan baik. Ia berencana akan menikahi Ratu Sabrina jika Ratu itu menjadi janda. Kondisi Baginda Raja Al- walid yang sudah tua dan sakit - sakitan membuat Perdana Menteri Salman selalu berharap kalau dia akan dia akan mati lebih cepat.     

Perdana menteri Salman juga membantu Ratu Sabrina untuk menyingkirkan semua saingannya dan menjadikan dia ratu - ratunya yang paling dekat dengan Raja Al- Walid. Harapannya adalah Nizam akan menjadi raja besar dan anaknya yang menjadi Ratu besar pula.     

Kedatangan Alena membuyarkan semua rencananya Perdana Menteri Salman dan Ia menjadi kesal dengan banyak peristiwa yang berjalan di luar rencananya.     

"Anakmu itu benar - benar keras seperti dirimu. Andaikan Ia tidak pergi ke Amerika. Andaikan Ia hanya kuliah di Azura bersama pangeran yang lain. Ini semua tidak akan terjadi" Perdana menteri ternyata masih menyesali keadaannya.     

"Kau bilang Aku tidak usah khawatir tetapi Kau sendiri terlihat sangat khawatir" Kata Ratu Sabrina sambil ketakutan.     

"Tidak .. tidak, Kau jangan dengarkan kata - kataku itu. Anggap Aku salah berbicara" Kata perdana menteri Salman.     

"Aku sebenarnya tidak setuju Pangeran Nizam ke Amerika tetapi Ayahnya memaksanya. Ia ingin anaknya memiliki pengetahuan luas tentang negara lain selain Azura. Aku tidak bersalah " Kata Ratu Sabrina,     

"Aku mengerti.. ini semua bukan salahmu " Perdana Menteri Salman memeluk Ratu Sabrina dan menyenderkan kepalanya di perutnya yang kokoh. Ratu Sabrina hanya bisa menangis sambil memegang tangan Perdana Menteri Salman.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.