CINTA SEORANG PANGERAN

Ratu Sabrina Menengok Nizam



Ratu Sabrina Menengok Nizam

0Melihat muka Nizam berubah warna kembali. Alena segera mengambil tangan Nizam mengusapnya dengan lembut dan berkata, "Aku mohon.. kau baru saja sembuh. Jangan membantah apapun perkataan ibumu. Aku yakin Ia sekarang sedang menyesal tetapi mengingat karakter ibumu yang keras kemungkinan Ia akan menyembunyikan perasaannya itu.     
0

Nizam berjanjilah, Kau tidak akan menyakiti dirimu sendiri dan menyakiti hati ibumu sehingga akan membuat ibumu kembali marah dan melukaimu. Karena kalau kau terluka yang sakit bukan hanya dirimu tetapi diriku juga" Kata Alena sambil menatap Nizam dengan lembut. Nizam menghela nafasnya Ia memegang kepala Alena dan berkata, "Semoga Alloh selalu memberkahimu. Aku tidak akan melakukan apapun yang akan membuatmu dan ibunda sakit hati" Kata Nizam kepada Alena dan itu membuat Alena menjadi bahagia.     

"Mari kita keluar, jangan biarkan ibundamu masuk. Kita yang akan menyambutnya" Kata Alena sambil berdiri dan diikuti oleh Nizam. Begitu Nizam berdiri, para pelayan segera menarik makanan sisa. dan membereskannya dengan cepat.     

Alena membukakan pintu dan begitu melihat ibu mertuanya berdiri di depan, Alena segera mengambil tangannya dan menciumnya serta mengucapkan salam. Ratu Sabrina membalas salam Alena.     

"Bagaimana kabarmu ?" Kata Ratu Sabrina kepada Alena dengan tatapan dingin. Alena mengerutkan keningnya terakhir kali Ia masih merasakan hangatnya tatapan itu mertuanya ini tetapi mengapa sekarang Ia terlihat sangat dingin.     

"Baik.. Yang Mulia, Alhamdulillah" Kata Alena sambil menundukkan kepalanya. Alena menjadi sedih melihat tatapan dingin ibu mertuanya. Apakah Ratu Sabrina masih marah karena Ia menjadi penyebab Ratu Sabrina mencambuk Nizam. Bahkan tatapannya lebih dingin saat pertama kali mereka bertemu. Ratu Sabrina kemudian melihat ke arah Nizam. Nizam yang memang sudah mulai agak sembuh, Ia segera menghampiri ibunya, mencium tangannya dan mengucapkan salam.      

Ketika menatap Nizam, pandangan Ratu Sabrina langsung berkaca - kaca. Ia segera memeluk Nizam dan berkata dengan lembut,     

"Bagaimana dengan lukamu, Nak?" Tanyanya kepada Nizam. Nizam menjawab lirih, "Baik Ibunda" Katanya.     

"Ibunda meminta maaf telah mencambukmu" Kata Ratu Sabrina sambil melepaskan pelukannya.     

"Tidak apa - apa Ibunda, Ananda menerimakan dengan hati ikhlas. Mari duduk Ibunda" Kata Nizam sambil menuntun ibunya dengan penuh kasih.     

Alena mengikuti dari belakang dan dibelakan Alena ada Latifa yang tampak seperti menyembunyikan perasaan. Ia berulang kali melirik ke arah Alena. Seakan ingin mengatakan sesuatu tetapi Ia tetap mengunci mulutnya rapat - rapat.     

Ratu Sabrina duduk dan para pelayan segera menghidangkan minuman serta makanan ringan untuk menemani perbincangan mereka. Ketika Ratu Sabrina duduk dan diikuti oleh Nizam. Alena mau ikut duduk tetapi kemudian Ia menyadari kalau Ratu Sabrina tampak meliriknya dengan tajam dan Alena langsung tahu diri.     

"Hamba mohon maaf Ibunda Ratu, Hamba tidak bisa menemani perbincangan Ibunda dan Yang Mulia Pangeran Nizam. Hamba ada keperluan sebentar" Kata Alena sambil membungkukkan badannya dan memohon pamit.     

Tapi sebelum Ratu Sabrina menjawab, Nizam sudah bersuara terlebih dahulu, "Memangnya kau mau kemana ? Ada Ibunda Ratu di sini. apalagi yang lebih penting dari itu ?" Kata Nizam sambil melirik tajam. Alena jadi tertegun dan Ratu Sabrina memerah antara kesal dan malu.     

Nizam kelihatannya tahu benar kalau Ibunya tidak menyukai kehadiran Alena di antara mereka sehingga kemudian Alena akan pergi meninggalkan mereka. Nizam tidak suka dengan perlakuan ibunya kepada Alena sehingga Ia kemudian mengeluarkan kata - kata pedas yang seakan menyalahkan Alena padahal Ia sedang menekan ibunya sendiri.     

Alena jadi terjepit diantara mereka dan serba salah. Jadi kemudian Ia duduk dengan tersipu - sipu pura - pura bodoh dan tidak tahu apa - apa.     

"Kau jangan membuatku malu Yang Mulia. Sudah jelas Aku harus menemui Putri Rheina di kamarnya. Aku berjanji akan minum teh bersama" Kata Alena sambil tersenyum malu - malu padahal dalam hatinya Ia mengumpat Nizam. Berani Ia membuat Ratu Sabrina kembali marah.     

"Iya.. Alena kau tidak usah pergi ke tempat Putri Rheina. Temanilah kami di sini" Kata Ratu Sabrina kali ini dia mengalah dan tidak ingin membuat gara - gara lagi dengannya. Mencambuk Nizam sudah merupakan kesalahan yang tidak termaafkan baginya jadi sekarang Ia sama sekali tidak ingin membuat Nizam marah. Tetapi walau bagaimanapun Ia tidak bisa menyembunyikan kebenciannya kepada Alena.     

Kata - kata perdana menteri Salman yang begitu membenci Alena membuat Ia terpengaruhi dan ikut membencin Alena. Perdana Menteri Salman telah membuatnya yakin kalau Alena sebenarnya sudah tidak suci lagi waktu disentuh Nizam. Betapa pintarnya Perdana mentri Salman bersilat lidah sehingga membuat Ratu Sabrina yang sudah menaruh kepercayaan kepada Alena sekarang berbalik menjadi membencinya kembali.     

Tetapi kemudian Ratu Sabrina menjadi terbelalak mendengar kalau Putri Rheina ada di dalam istana Nizam.     

" Apakah Aku tidak salah dengar? Apakah kau tadi mengatakan hendak menemui Putri Rheina ? Apakah kau akan kembali ke dalam harem?" Kata Ibunya kaget.     

"Tidak Ibunda. Putri Rheina ada di istana Yang Mulia Nizam" Kata Alena perlahan. Ratu Sabrina terlonjak kaget.     

"Ada di sini? Istanamu? Apakah yang sedang kau lakukan ? Kau bukannya mengembalikan Alena ke dalam harem. Tetapi malah mendatangkan lagi istrimu yang lain. Jangan - jangan kau hendak meminta semua istri yang kau sukai tinggal di istanamu dan membiarkan harem menjadi kosong" Kata Ratu Sabrina sambil terbelalak.     

Nizam malah tertawa, "Aku mencintai keduanya, mengapa Ibunda menjadi kaget" Kata Nizam sambil pura - pura bodoh.     

"Kau mencintai Putri Rheina ? Sejak kapan? Apakah di luar sudah mulai hujan batu?" Kata Ratu Sabrina tampak tidak percaya. Walau bagaimanapun Ia adalah ibunya Nizam dan tahu bagaimana karakter anaknya itu. Ia tidak bodoh begitu saja menerimakan kalau Nizam berkata mencintai Putri Rheina. Kalau Nizam menyentuh Putri Rhiena, Ia masih percaya karena memang Putri Rheina adalah istrinya tetapi kalau Nizam mencintai Putri Rheina sungguh sangat jauh panggang dari api, itu tidak mungkin.     

"Jangan berkata seperti itu ibunda. Bukankah Putri Rhiena itu istri pertamaku. Lalu bagaimana mungkin ananda tidak mencintainya" Kata Nizam.     

"Baiklah.. baiklah apapun yang kau katakan. Walaupun itu suatu kebodohan, Ibunda tidak akan membantah. Apakah kau mencintai Putri Rheina, Putri Mira atau siapapun itu. Ibunda hanya berharap kau tahu batasan dan selalu ingat janjimu untuk menjadi raja yang besar" Kata Ratu Sabrina kepada Nizam.     

"Bagaimana Ananda bisa menjadi Raja yang besar ibunda kalau langkah ananda selalu dibatasi oleh aturan kerajaan" Kata Nizam membuat ibunya kembali menjadi merasa panas hati.     

"Apa maksudmu dengan dibatasi? Apakah jika kerajaan membimbingmu ke arah yang benar, Kau anggap itu suatu batasan. Anakku. Ini adalah kerajaan Azura bukannya negara liberal dimana kebebasan menjadi Tuhan mereka. Ini adalah kerajaan Azura yang didirikan oleh nenek moyangmu berabad - abad lampau. Kita memliki adat istiadat yang sudah kita jalankan sejak dulu kala"     

"Walaupun adat itu bertentangan dengan keyakinan kita Ibunda? Termasuk memiliki para selir dan harem yang ananda pikir itu sangat tidak sesuai dengan ajaran keyakinan kita."     

Ratu sabrina menghela nafas, "Ibunda tidak ingin berdebat denganmu. Ibunda ke sini hanya ingin melihat apakah kau sudah baik atau belum ? Ibunda ingin memeriksa lukamu" Kata Ratu sabrina.     

"Ananda sudah baik. Ibunda tidak perlu khawatir. Rasa sakit pada punggung Ananda sakitinya tidak seberapa. Sakit di hati yang masih terasa' Kata Nizam kepada ibunya sambil kemudian mengatupkan bibirnya. Ia tidak bisa menyembunyikan kekesalannya karena Ibunya sudah mencambuknya setengah mati di depan Alena. Ia seperti kehilangan harga dirinya.     

Ratu sabrina berubah menjadi lebih lembut, " Maafkan Ibunda. Sungguh Ibunda hanya terbawa emosi. Ibunda hanya ingin Alena kembali ke dalam harem" Kata Ratu sabrina kepada Nizam.     

"Mengapa Ibunda selalu memaksakan kehendak Ibunda kepada Ananda? Ananda ini bukan boneka Ibunda yang bisa ibunda gerakkan sesuka hati. Ananda ini manusia yang memiliki keinginan, ambisi dan kebahagian sendiri.     

"Ini semua ibunda lakukan untuk kebahagiaanmu. Anakku, percayalah pada Ibunda. Di dunia ini tidak ada ibu yang akan menyengsarakan anaknya sendiri" kata Ratu Sabrina perlahan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.