CINTA SEORANG PANGERAN

Meredam Amarah Membuka Luka



Meredam Amarah Membuka Luka

0"Bagaimana bisa kau berkata seperti itu kepadaku Alena ? Apakah kau sebenarnya masih mendendam kepadaku karena Aku mencium Putri Rheina? Apa yang harus Aku lakukan agar Kau mau memaafkan Aku ?     
0

Mengapa Kau menyia - nyiakan pengorbananku ? Apa kau pikir tidak menyakitkan dicambuk oleh ibu sendiri di depan orang banyak? Hati ini sangat sakit melebihi sakitnya cambukan itu. " Nizam berkata dengan nada pahit. Ia menyingkirkan tangan Alena yang menyentuh pipinya.     

Muka Nizam menjadi dingin sedingin salju. Alena menelan ludahnya melihat wajah Nizam. Ia seperti melihat sebongkah es sudah menimpa wajah Nizam. Wajah dingin itu seperti wajah Nizam saat pertama kali bertemu dengannnya. Ketika mereka belum memiliki ikatan apapun.     

Alena merasakan darahnya tersirap dan tenggorokannya menjadi kering. Matanya mulai berkaca - kaca dan hatinya sangat sakit. Apalagi ketika Ia mengulurkan tangannya untuk menyentuh Nizam dengan harapan Ia dapat menenangkan Nizam tetapi Nizam malah menepiskan tangan itu dan menggeser duduknya menjauhi Alena. Alena jadi ingin menangis meraung - raung.     

"Nizam.. tolong jangan berkata seperti itu. Kau sangat menyakitiku" Kata Alena mulai menangis terisak.     

"Apa Aku tidak berhak memintamu untuk berada disisiku setiap saat ? Aku mencintaimu Alena. Apa kau tidak tahu bagaimana tersiksanya Aku setiap kau tidak berada disisiku ? " Nizam berkata perlahan dan itu membuat Alena semakin terisak. Ia kini merasa kalau Nizam terasa sangat jauh dari hatinya. Raganya ada tetapi jiwanya kosong.     

"Apa kau pernah merasakan kalau kau tidak tidur disampingku. Aku kerap bermimpi buruk. Aku takut kau diambil dari sisiku selamanya. Alena.. Apakah Aku terlalu berlebih - lebihan ? Aku juga tidak ingin merasakan seperti ini. Ini sangat menyiksaku. Aku adalah calon raja tetapi mengapa Aku malah tidak bisa lepas darimu. Mengapa Aku tidak bisa menggeser dirimu dari dalam ini " Kata Nizam sambil menepuk dadanya.     

Alena terdiam, tangannya sibuk menghapus air matanya yang berderai. Mengapa cinta Nizam kepada dirinya terasa sangat menyakiti Nizam.     

"Kau datang disaat Aku tidak mencintaimu. Kau membuat Aku jatuh cinta kepadamu. Kau memabukkan Aku dengan semua yang ada pada dirimu. Kau membuat Aku berpaling dari semua ambisiku. Kau menjauhkan Aku dari ibundaku. Kau membuat Aku di hujat oleh seluruh rakyat Azura.     

Tapi kini Kau akan pergi meninggalkan Aku. Kau akan membiarkan Aku sendirian kesepian. Kau sungguh keterlaluan " Kata Nizam. Mata Alena yang bersimbah air mata itu seketika terbelalak. Benar - benar keterlaluan suaminya itu. Badan saja seperti mamoth tapi otaknya sudah kaya bocah umur lima tahun. Alena jadi gemas. Di dorongnya kepala Nizam menggunakan telunjuknya.     

"Kau memang sangat menyebalkan. Aku ini akan pergi ke dalam harem bukannya hendak pergi ke kutub utara. Mengapa Kau begitu berlebih - lebihan. Harem itu dengan istanamu jaraknya bisa ditempuh dengan jalan kaki selama lima belas menit. kalau kau yang berjalan lima menit juga sampai.      

Lagian Harem itu adalah milikimu. Kau bisa datang setiap saat ke sana" Kata Alena dengan wajah buas. Hilang sudah kesedihannya yang ada adalah perasaan geram.     

Nizam ikut terbelalak melihat Alena malah memarahinya disaat Ia sedang serius. Dan tidak dapat dicegah lagi Ia tiba - tiba bangun dan kemudian membanting Alena ke tempat tidur. Alena memekik kaget dan Ia tidak sempat meronta ketika Nizam sudah menaikinya dan lupalah Nizam dengan lukanya.     

Ia hanya ingin melampiaskan amarahnya dalam bentuk lain. Alena sampai hampir mau pingsan menghadapi kemurkaan Nizam hanya saja kali ini Alena malah menikmatinya. Nizam terus bergerak liar, tubuhnya sudah tidak terkendali lagi di atas tubuh Alena yang tidak berdaya. Ia tidak membiarkan Alena bernafas sedikitpun.     

Alena sampai meratap minta berhenti. Ia tidak tahan menahan tubuh Nizam yang membuatnya terus menerus di awang - awang. Tubuhnya berulang kali melejang karena Nizam menghelanya sampai ke ujung langit.     

Tubuh mungil itu habis menjadi bulan - bulannan Nizam. Semua amarah Nizam seakan terhisap habis ke dalam tubuh Alena dan tidak menyisakan setetespun di dalam tubuh Nizam. Mulut Alena sudah tidak jelas bersuara apakah itu rintihan kesakitan atau kebahagiaan. Karena antara erangan dan desahan bercampur dengan raungan.      

Bibir Alena bergetar ketika Nizam melahapnya dengan rakus. Bahkan tangan Alena meraba dengan kasar ke punggung Nizam yang terluka. Alena tidak sadar melakukannya ketika Ia didorong Nizam untuk mencapai tingginya awan di langit. Dan itu entah sudah yang keberapa kalinya. Kali ini Alena sudah tidak tahan lagi, seluruh tulangnya serasa sudah luluh lantak. Makanya Ia mencengkram punggung Nizam.     

Nizam merasakan tangan Alena menyentuh lukanya tapi Ia tidak merasakan sakit. Tubuh Alena seperti candu yang meredam semua rasa sakitnya. Ia malah terus membuat tubuh Alena berlari tiada hati. Nafas Alena yang terengah - engah malah membuat Nizam semakin kuat memacu. Dan kemudian Alena berteriak histeris ketika Ia melihat telapak tanganya berlumuran darah.     

"Kau berdarah lagi ! Hentikan !! " Kata Alena sambil menggeliat ketika tubuh Nizam mendesaknya. Nizam tidak menjawab, Ia hanya mengerang ketika semua keindahan dunia berkumpul di dalam benaknya. Nizam memegang telapak tangan Alena yang berdarah. Derasnya air terjun yang menyembur dari dalam tubuh Nizam membuat Alena kembali terhempas dan terhanyut ke dasar samudra yang lepas. Ia bagaikan muara tempat mengalirnya air dari hulu ke hilir.     

 Nizam bertelengkup di atas tubuh istrinya dengan tubuh sama luluh lantaknya. Ketika efek candu tubuh istrinya sudah memudar karena menguap bersama tetesan keringatnya. Nizam baru merasakan betapa perihnya punggungnya. Alena segera menggerinjal dan bangun. Ia langsung panik melihat luka di punggung Nizam tampak terbuka kembali dan mengalirkan darah yang menetes.     

"Ya Alloh.. Nizam kau berdarah lagi. Kau memang keterlaluan..." Kata Alena sambil hendak turun tapi Nizam malah menarik tangannya hingga Alena kembali jatuh terjerembab ke sisi Nizam.     

"Kau berdarah lagi. Lepaskan Aku ! Aku akan memanggil dokter" Kata Alena kepada Nizam.     

"Perduli apa kau tentang lukaku" Kata Nizam sambil menahan tubuh Alena dengan lengannya yang kekar dan berbulu itu.     

"Kau jangan gila ! " Kata Alena sambil berusaha menyingkirkan tangan itu tapi Nizam malah semakin mengeluarkan tenaganya untuk menahan Alena agar tetapi diam berbaring.     

"Lepaskan Aku, Nizam ! " Kata Alena sambil berusaha menyingkirkan tangan itu.     

"Tidak akan !! Aku akan merantaimu dengan tanganku agar kau tidak pergi dari sisiku" Kata Nizam, Alena mendelik.      

"Aku tidak akan pergi ! Tolong izinkan Aku mengobatimu. Lukamu terbuka lagi. Aku takut itu akan terkena infeksi kalau tidak diobati. " Kata Alena. Ia tadi diberi obat tetes oleh dokter untuk berjaga - jaga jika luka di punggung Nizam terbuka lagi. Dokter itu sudah mengira kalau Nizam akan banyak bergerak dan membuat luka akan terbuka lagi sehingga Ia diam - diam memberikan obat tetes kepada Alena untuk berjaga - jaga.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.