CINTA SEORANG PANGERAN

Perbedaan Sikap



Perbedaan Sikap

0Raja Walid membenamkan ciumannya kembali ke bibir istrinya yang begitu ranum. Ratu Sabrina menahan bahu suaminya dan sedikit mengeluh. Tapi Ia juga tidak bisa menolaknya. Ia adalah wanita milik sang raja dan tidak bisa seenaknya menolak keinginan Raja. Ia harus selalu bersedia untuk sang raja. Jadi kemudian Ratu Sabrina hanya memejamkan matanya sambil membayangkan wajah perdana menteri Salman yang pasti sedang dilanda cemburu.     
0

Dalam hatinya Ratu Sabrina berdoa agar Perdana menteri Salman tidak lepas kendali dan melakukan hal konyol yang akan merusak segalanya. Semua perjuangannya menahan diri selama ini. Karena jika sekali saja perdana menteri melakukan hal yang mencurigakan maka hukuman mati akan menanti mereka. Mereka akan digantung bersama. Ratu Sabrina merasakan lehernya seperti tercekik sesuatu sehingga Ia kemudian mengusap lehernya.     

Tapi Raja Walid ketika melihat tangan istrinya mengusap leher dikiranya istrinya sedang  memberikan kode agar mencium lehernya. Sehingga kemudian Raja Walid langsung membenamkan ciumannya ke leher jenjang itu. Dan menusurinya dengan lidahnya yang panjang. Ratu Sabrina menggeliat.     

"Yang Mulia, Hamba mohon. Biarkan hamba bernafas barang sekejap. Yang Mulia bisa membunuhku kalau terus menerus melakukan itu" Kata Ratu Sabrina sambil berusaha melepaskan diri dari jeratan suaminya.     

Raja Walid tertawa, "Aku sangat senang dengan sistem penunjukkan kepemimpinan harem. Dengan mengikuti ujian maka pemilihan ini akan menjadi adil bagi semua orang. Aku tidak akan tertekan karena dianggap memihak salah satu putri. kau memang istriku yang paling hebat. Tidak sia - sia Aku menjadikan mu seorang ratu. Kau begitu cantik, pintar, cerdas, anggun dan elegan. Aku sangat mencintaimu dari ujung rambut hingga ujung kaki." Kata Raja Walid sambil tersenyum manis.     

Ratu Sabrina hanya menghela nafas sambil mengelus kepala suaminya dengan lembut. Raja Walid memang tidak setampan Perdana Menteri Salman tetapi dia sangat lembut. Saking lembutnya Ia malah terkesan menjadi pria lemah. Pria yang berlindung dibalik kecerdasan istrinya.     

"Aku sangat berharap Nizam akan menjadi raja besar melebihi dari kekuasaan dan kewenanganku. Aku adalah raja lemah yang tidak mampu berbuat apapun. Dan Alloh memberikan kau untuk menjadi pendampingku. Apakah itu tidak terlihat sempurna? Kau memiliki bahan dan Aku memiliki alat. jadi menurutmu apakah ini bukan hal yang memuaskan ke segala pihak" Kata Raja Walid dengan gembira. Ia menyenderkan tubuhnya di bahu Ratu Sabrina.     

"Jangan mengatakan hal itu Yang Mulia. Hamba tidak memerlukan pujian yang mulia. Hamba hanya melakukan yang terbaik untuk membantu Yang Mulia" Kata Ratu Sabrina sambil tidak menyebutkan kalau sebenarnya ini adalah ide dari Alena. Ia tidak ingin suaminya tahu kalau menantunya yang terkenal polos itu sekarang sudah sangat cerdas.     

"Maafkan Aku Sabrina" Kata Raja Walid dengan tiba - tiba sambil menggenggam tangan Ratu Sabrina.     

"Atas apa Yang mulia meminta maaf kepada hamba? Apa hamba ada yang salah? " Kata Ratu Sabrina.     

"Kau seharusnya tidak menanggung beban yang berat dengan mengurus kerajaan tetapi karena Aku terlalu lemah dan tidak bisa berpikir yang berat sehingga akhirnya perdana menteri Salman dan dirimu yang mengambil alih kepemimpinan.     

Aku sebenarnya sangat berterima kasih dengan bantuan dari Perdana Menteri Salman tetapi walaupun Ia adalah saudaramu, sepupu jauhmu tetapi bagiku Ia tetaplah orang luar yang tidak bisa Aku percayai seratus persen. Itulah sebabnya kau, Aku suruh untuk mengawasinya dan memimpin kerajaan bersama - sama. Kau adalah wakil yang sangat tepat untuk diriku pribadi karena kau adalah istriku sehingga dalam posisi bagaimanapun Kau pasti akan membelaku." Kata Raja Walid kepada Ratu Sabrina. Ratu Sabrina terdiam membisu.     

Seribu perasaan bersalah meraksukinya. Walaupun Ia tidak pernah berbuat nista dengan Perdana Menteri Salman tetapi tetap saja dalam hatinya Ia mencintai pria itu. Dan walaupun raganya bersama suaminya tetapi tetap saja hatinya kosong. Ini juga yang membuatnya tidak terlalu keras memisahkan Nizam dengan Alena. Secara manusiawi Ia ingin anaknya hidup bersama wanita yang dicintainya karena pernikahan tanpa cinta kalau tidak ikhlas akan menjadi boomerang bagi pernikahan mereka.     

Tetapi keegoisannya sebagai seorang ibu yang ambisius membuat Ia tidak ingin Nizam melepaskan kesempatan untuk menjadi seorang raja. Nizam memiliki adik tiri laki - laki dari Ratu yang lain dan belum lagi anak dari selir yang mungkin saja akan mengambil tahta dari Nizam kalau seandainya Ia lengah dalam mempertahankan kedudukan Nizam. Salah satu alasan Ia menikahi Raja Walid adalah agar dinasti keluarganya tetap berada di pusat kepemimpinan kerajaan. Kalau Ia menyerah sekarang sama membuat pengorbanannya selama ini menjadi sia - sia.     

"Jangan terlalu mengandalkan hamba Yang Mulia. Ada banyak istri yang Mulia" Kata Ratu Sabrina sambil memunggungi suaminya dengan wajah keruh.     

Raja Walid memegang bahu Ratu Sabrina yang tidak terlapisi kain. Ia mengelusnya dengan lembut.     

"Kamu kenapa ? Ada apa? tidak biasanya Kau seperti ini. Kau biasanya sangat ambisius jika Aku menaruh perhatian kepadamu." Kata Raja Walid sambil menyimpan dagu di bahu Ratu Sabrina.     

"Hamba sudah lelah dengan semuai ini. Putramu sekarang sulit hamba kendalikan. Ia lebih memilih istrinya dibandingkan ibunya" kata Ratu Sabrina mencoba mengalihkan pembicaraan yang membuat hatinya resah.     

"Aku sudah bilang. Biarkan saja dia menjalani hidupnya sendiri. Tidak usah kita atur. Dia itu sudah dewasa " Kata Raja Walid dengan santai membuat Ratu Sabrina langsung membalikkan badannya.     

"Yang Mulia. Inilah yang membuat Nizam kurang bertanggung jawab. yang Mulia tidak pernah tegas terhadapnya. Yang Mulia terlalu memanjakannya. Yang Mulia, Nizam itu putra tertua yang Mulia. Dia adalah calon raja. Pemimpin kerajaan Azura. Ia harusnya memiliki sikap yang lebih tegas kalau seandainya ayahnya juga mengajarinya bersikap tegas " Ratu Sabrina mulai mengomeli suaminya.     

Raja Walid menghela nafasnya, "Dia itu berbeda dengan diriku yang begitu menghadapi penekanan langsung luluh. Bahkan ketika Aku harus menyentuh banyak wanita maka Aku menurutinya tanpa banyak bicara. aku tidak suka keributan. Aku lebih suka semua orang berdamai.      

Sudah berulang kali Aku katakan kalau Nizam itu lebih banyak menurun kepada sifatmu dibandingkan dengan sifatku. Dia keras kepala, ambisius dan sangat cerdas. Walaupun Aku bersikap tegas, Ia tidak akan pernah berubah"     

"Mungkin yang Mulia katakan itu benar tetapi sayangnya ambisius putramu itu bukan ambisius kepada kekuasaan tetapi lebih kepada wanita. Ia terkadang membuatku kecewa "     

"Dia bukan ambisius tetapi dia mencintai wanita itu. Mengapa kau harus merusak cinta sucinya. "     

"Ia akan merusak masa depannya sendiri" Kata Ratu Sabrina dengan wajah yang semakin kusut. Terkadang inila yang membuat Ia dan suaminya tidak sejalan. Suaminya sangat tenang bagaikan air mengalir sementara itu Ia bagaikan api yang menyambar - nyambar.     

***     

Dear Reader, Jangan lupa untuk menyimpan A Prince's Love di library kalian dan memberikan komentar, ulasan serta PS. Kepedulian para Reader sangat membantu saya agar lebih berkembang di Webnovel Global. Terima Kasih.. dan tetap sehat     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.