CINTA SEORANG PANGERAN

Dinginnya Ratu Sabrina Kepada Alena



Dinginnya Ratu Sabrina Kepada Alena

0"Antara kebahagian ananda atau kebahagian ibunda itu semakin tidak jelas. Apakah kebahagiaan ananda sama dengan kebahagiaan ibunda itu juga tidak jelas. Karena ternyata kebahagiaan kita berdua tidak sama.     
0

Ketika kebahagiaan ananda terletak di tangan Alena dan kebahagiaan Ibunda terletak di atas tahta. Sangat sulit untuk menyatukan kebagiaan itu Ibunda" Kata Nizam sambil memegang tangan Alena. Alena jadi salah tingkah dan Ia berusaha menarik tangannya dari tangan Nizam.      

Ratu Sabrina melihat bagaimana Nizam memegang tangan Alena di depannya dengan tidak tahu malu. Memang benar kata Perdana Menteri Salman. Alena ini semakin lama akan menjadi semakin seperti benalu yang menghisap mati kehidupan inangnya. Alena akan membelenggu kaki anaknya hingga anaknya tidak bisa menjadi diri sendiri. Ia sudah mendidik Nizam dari kecil untuk menjadi raja yang hebat, kuat dan tegas.      

Ratu Sabrina ingin menciptakan seorang Raja yang besar seperti Kubilai Khan tetapi mengapa sekarang Ia malah melihat Nizam menjadi seperti Romeo yang bersedia mati untuk Juliet. Sungguh sangat menyebalkan. Ia tidak ingin anaknya menjadi budak cinta. Lagi - lagi Ia mengakui keinginan Pedana Menteri Salman untuk menyingkirkan Alena dari sisi anaknya selamanya.     

"NIZAM..." Suara Ratu Sabrina sebenarnya pelan tetapi penuh dengan penekanan.     

"Benar Ibunda, Ananda meminta maaf kalau Ananda berulang kali menyakiti hati Ibunda. Semoga Ananda tidak tergolong kepada anak yang durhaka"     

"Tapi kau akan menjadi anak durhaka kalau kau mengingkari janjimu kepada ibumu sendiri. Kau berjanji kepada Ibunda akan menjadi Raja yang besar. Kau akan memimpin Azura hingga menjadi kerajaan yang besar. Tetapi mengapa sekarang cita - citamu hanya seputar membahagiakan Alena. Ya Tuhan.. Nizam Anakkku. Aku hanya memilikimu seorang, Ibunda berharap Kau tidak akan pernah mengecewakan hati ibunda" Kata Ratu Sabrina dengan mata berkaca - kaca.     

Alena menjadi semakin serba salah mendengar perkataan Ratu Sabrina. Ia benar - benar merasa menjadi penyebab dari semua kekacauan dan keruwetan di kerajaan Azura. Dan kedua makhluk dihadapannya ini adalah sangat keras kepala tidak ada satupun yang mau mengalah. Ia melihat Ratu Sabrina sudah mulai terpancing emosi. Luka Nizam belum sembuh benar apalagi tadi berdarah kembali karena terlalu banyak bergerak. Kalau sampai dicambuk kembali maka habislah sudah suaminya itu.     

Alena kemudian berlutut di depan Ratu Sabrina dan berkata dengan terbata - bata.     

"Yang Mulia Ibunda Ratu Sabrina. Hamba mohon ampunilah suami hamba. Sungguh saat ini kondisi kesehatannya sedang tidak baik. Sehingga Hamba yakin apapun yang Ia katakan sangat tidak beralasan.     

Percayalah ibunda. Yang Mulia Pangeran Nizam adalah anak Yang Mulia. Bagaimana mungkin memiliki mental yang lemah. Hamba percaya kelak Ia akan menjadi raja yang hebat. Untuk saat ini mungkin Ia hanya mengatakan kebahagiaan dirinya adalah diriku.      

Tolong untuk tidak mengambil hati tentang hal ini. Ia melakukannya bukan karena tidak ingin menjadi Raja, Yang Mulia melakukannya karena Hamba ingin pulang ke Indonesia dan Ia ketakutan. Walau bagaimanapun mungkin karena hamba adalah ibu bagi anak - anaknya.     

Hamba tidak berani mengakui kalau Yang Mulia hanya menjadikan Hamba wanita yang dicintainya. Ibunda tentu mendengar tadi kalau Putri Rheina ada di sini. Itu tandanya Yang Mulia sudah mulai membagi hatinya.     

Ibunda Ratu. percayalah Hamba sudah berteman dengan Putri Rheina dan kami berdua akan berusaha menjadikan Yang Mulia Pangeran Nizam menjadi raja yang hebat" Kata Alena sambil menyentuhkan keningnya di lantai. Nizam langsung melotot     

"Apa yang Kau lakukan ? Bangun Alena! " Kata Nizam sambil hendak menarik tangan Alena.     

Ratu Sabrina mengangkat tangannya, tampaknya Ia cukup puas dengan perkataan Alena. Ia sedikit mempercayai ucapan Alena karena Putri Rheina ada di istana Nizam walaupun memang tidak mencintainya tetapi minimal Nizam sudah menghargai Putri Rheina dan itu melegakan Ratu Sabrina.     

"Agaknya Alena sudah mulai menyadari kedudukannya. Jangan sampai Ia lebih cerdas darimu dan Kau kemudian dibodohi olehnya " Kata Ratu Sabrina sambil berdiri.     

"Ibunda ! " Nizam sedikit bersuara keras. Tetapi Ratu Sabrina mengangkat tanganya.     

"Ibunda ke sini hanya ingin menengokmu. Perlu Ananda ketahui, Ibunda menyesal telah mencambukmu. Tapi Ibunda harap semoga Ananda mengerti keinginan Ibunda. Ibunda hanya ingin mati dengan tenang dan mati setelah melihat Ananda menjadi raja yang besar. Sekarang Ibunda hendak menemui Putri Rheina dan ingin berbicara dengannya.     

Kalau Ananda tidak keberatan, Ibunda minta Ananda juga menemani ibunda menemui Putri Rheina" Kata Ratu Sabrina sambil melangkah dengan angkuh, Ia bahkan tidak menghiraukan Alena yang masih menyentuhkan keningnya ke lantai.     

Nizam tentu saja sangat geram, Ia sudah hendak berteriak ketika kakinya dicekal Alena. Alena lalu berdiri dan memegang tangan Nizam.     

"Nizam.. please. Jangan bertengkar lagi dengan ibunda. Kalau kau melakukan itu, kau akan membuat Aku semakin kesulitan. Bersabarlah untukku" Kata Alena sambil mengusap lengan Nizam.     

"Aku tidak mengerti mengapa Ibuku bertingkah seperti itu kepadamu. Terakhir kali Ia masih terlihat menyayangimu" Kata Nizam dengan kening berkerut. Ia sangat terluka melihat Alena diperlakukan seperti itu.     

"Apapun itu.. tolong untuk tidak ribut. Kau masih terluka. Aku tidak mau kau kena cambuk lagi" Kata Alena sambil menatap wajah Nizam dengan memelas. Nizam mengatupkan mulutnya dengan kuat. Ia mengepalkan tangannya.     

"Aku yakin ada yang mengatakan sesuatu kepada ibunda. dan itu pasti Paman Salman. Orang itu sangat keterlaluan" Kata Nizam.     

"Hus.. tidak boleh suudzon begitu. Kau jangan asal menuduh. Nanti kalau terdengar oleh Putri Rheina jadikan tidak enak" Kata Alena.     

"Kau tidak tahu apa - apa ? Pria itu lemah ketika anaknya dipenjara setelah anaknya keluar maka Ia mulai mengeluarkan lagi racunnya. Dan sungguh Aku tidak mengerti mengapa Ibunda tampak sangat menurutinya." Kata Nizam tidak mengerti.     

"Mungkin karena mereka bersaudara " Kata Alena dan Nizam menganggukan kepalanya. Konon katanya hubungan ibunya dengan Perdana Menteri Salman seperti dirinya dan Putri Rheina. Teman sepermainan sejak kecil hanya bedanya kalau dia dan Putri Rheina di jodohkan tetapi kalau ibunya malah dijodohkan dengan Pangeran Putra Mahkota.     

Seringkali Nizam berpikir yang bukan - bukan tentang hubungan mereka tetapi Nizam segera menepis prasangka keji itu dari kepalanya. Apalagi mengingat kalau ayahnya begitu mencintai Ratu Sabrina, ibundanya. Dan Ibundanya juga tampak bersikap sewajarnya hanya saja memang sering mengikuti sarannya tetapi itu juga bukan hal yang aneh mengingat kalau Paman Salman memang Perdana Menteri Azura.     

"Maafkan Aku, Alena" Kata Nizam sambil mendekap Alena.     

"Tidak apa - apa. Pergillah ! Dampingilah Putri Rheina jangan sampai Ia memberitahukan kalau Ia sudah meminta cerai darimu karena akibatnya akan menjadi fatal" Kata Alena kepada Nizam. Nizam menganggukkan kepalanya. Ia lalu mengecup kening Alena sebelum kemudian pergi meninggalkan Alena menyusul ibunya ke kamar Putri Rheina.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.