CINTA SEORANG PANGERAN

Menyingkirlah Kalian Berdua



Menyingkirlah Kalian Berdua

0"Siapa kau ? Dan bagaimana bisa senjataku ada ditanganmu ? Kapan kau mengambilnya?" Kata Justin terkejut. Ia benar - benar kaget karena senjatanya tiba - tiba sudah berpindah tangan. Rupanya karena Ia keasyikan mengobrol Ia tidak sadar kalau ada seseorang yang mengambil senjatanya.     
0

"Kalian begitu asyik berbincang berdua sampai – sampai tidak tahu Aku lewat ke depanmu dan mengambil senjatamu " Kata pria itu sambil membuka topi toganya lalu tersenyum manis. Maka ketika orang itu tersenyum seakan semua cahaya kini memancar dari wajahnya. Wajah Justin yang tampan jadi tidak berguna sama sekali.     

"Oh Shit..!! " Justin terkejut melihat seraut wajah yang sangat tampan dan berkulit putih bagaikan pualam. Berbibir merah bagaikan buah cherry. Berambut hitam tebal dan berhidung begitu mancung. Ada sepasang mata yang begitu indah walaupun mata itu tidak lebar tetapi sangat jeli dan menawan.  Dia seperti dewa –dewa dari negeri Tiongkok. Bahkan jemarinya begitu putih dan ramping. Ini sangat – sangat indah. Dan kenapa kecantikan Alena saja kalah total dibandingkan dengan kecantikan pria di samping Alena itu. Orang itu tampan tetapi saking tampannya Ia malah seperti terlihat cantik     

"Assalamualaikum, Yang Mulia Putri Alena.. " Kata Pangeran Abbash sambil membungkukkan badannya memberikan hormat kepada Alena.     

Alena sampai pucat melihat orang yang duduk disampingnya. " Wa.. walaikum salam. Me.. mengapa kau ada di sini ?" kata Alena tergagap. Selain karena terpesona oleh ketampanan Pangeran Abbash Ia juga kaget melihat pangeran itu tiba – tiba duduk disebelahnya dan bahkan sudah merebut senjata Justin.     

Jangan Alena, Amar sendiri juga tidak menyadari kalau yang lewat di depan Justin dan Alena tadi adalah Pangeran Abbash . Amar pikir orang itu adalah mahasisiwa ekonomi yang memang duduknya di samping Alena.     

"Kau hendak diwisuda. Masa iya Aku tidak datang untuk menyaksikan. Nanti Aku kualat, cantikku " Kata Pangeran Abbash sambil nyengir lucu. Itu si lucu ketika nyengir malah terlihat tetap tampan padahal nyengirnya nyengir kuda. Alena berani taruhan kalau seandainya Pangeran Abbash datang sebelum Nizam mungkin Ia akan klepek – klepek menghadapi senyumnya yang memabukkan.     

"Kau manusia apa setan ?" Kata Justin sambil tangannya terhulur hendak memegang pipi Pangeran Abbash saking penasaran dengan pria yang ada di depannya.  Lupalah Ia dengan senjatanya yang terampas. Pangeran Abbash menepiskan tangan Justin dengan jijik. Kalau seandainya tidak dalam keadaan resmi dan formal, tentu Ia sudah mematahkan tangan Justin. Tetapi ia tidak mau membuat keributan yang akan membuat orang – orang langsung memandang mereka dan para pengawal akan menyergapnya.     

"Tentu saja Aku setan yang akan siap mencekikmu kalau kau berani kurang ajar terhadap Putri Alena" Kata Pangeran Abbash sambil kemudian memandang Amar yang hanya bisa bengong menatap Pangeran Abbash.     

"kau terpesona karena kedatanganku atau terpesona karena ketampananku atau terpesona karena dengan gerakan cepat Aku sudah mengambil senjata dari orang bodoh ini dan berhasil mengamankan Yang Mulia ?" Kata Pangeran Abbash sambil tertawa kecil.     

Amar menggelengkan kepalanya mengusir pesona senyum pangeran Abbash yang seakan menyihir matanya. Ia menghela nafas kenapa ada orang seperti ini dimuka bumi ini. Bertahun - tahun Ia hidup bersama Nizam dan Pangeran Thalal yang terkenal karena ketampanannya tetapi tidak pernah sekalipun dia merasa tertarik dengan wajah mereka. Tetapi wajah Pangeran Abbash memang mengguncangkan iman.     

"Kau jangan macam – macam Pangeran Abbash. Ingat kau ini tidak berilmu tinggi. Terakhir kali kita berkelahi kau melarikan diri dan terjun ke dalam arus sungai " Kata Amar.     

"Tidak perduli siapa yang berilmu lebih tinggi tetapi kita berbicara siapa yang lebih dapat melindungi putri Alena" Kata Pangeran Abbash sambil mengusap hidungnya yang mancung indah itu.     

"Yang Mulia tidak butuh perlindunganmu" Kata Amar dengan sewot.     

"Mengapa ? Apa kau pikir Kau mampu mengatasi orang – orang suruhan Kakakku?" Kata Pangeran Abbash sambil sekarang tersenyum manis kepada Alena yang mulutnya ternganga karena takjub melihat Pangeran Abbash.     

"Tutup mulutmu sayang. Kalau mulutmu terbuka seperti itu kau malah membuatku ingin menutupnya menggunakan mulutku" Kata Pangeran Abbash berbisik membuat Alena langsung mingkeum. Ia mau menggeser duduknya ke kanan tetapi di kanan ada Justin yang terbengong – bengong membuat Alena jadi sebal.     

"Kau jangan kurang ajar !! Kau pikir Aku tidak bisa mengahadapi komplotan orang – orang suruhan Pangeran Barry yang berhati busuk itu" Kata Amar dengan geram melihat Pangeran Abbash yang begitu percaya diri.     

"kalau Kau bisa menghadapinya. Coba kau tunjuk, yang mana saja orang – orang suruhan Kakakku itu sekarang ?" Kata Pangeran Abbash dengan santai. Ia lalu balas menatap Alena yang masih terpesona kepadanya.     

Mendengar kata – kata Pangeran Abbash, Amar jadi kebingungan. Ia melihat ke sekelilingnya. Ada banyak orang yang begitu berlalu lalang. Dengan beragam wajah yang tidak hanya didominasi orang bule. Karena Universitas ini memang sangat baik maka ada banyak mahasiswa dari mancanegara yang ikut kuliah di sini. Jadi kalau hanya mencari orang dari kerajaan Zamron rasanya mustahil.     

Amar memang hanya berniat bergerak jika terjadi penyerangan. Lagipula dirinya sendiri belum bisa memastikan serangannya seperti apa karena Ia dan Arani tidak tahu rencana Pangeran Barry yang sesungguhnya. Bukankah Ia dan yang lainnya hanya mengira – ngira dan menduga – duga.     

"Nah... Aku percaya kalau analisamu dan analisa Arani sangat akurat tetapi analisa tentu saja berbeda dengan seseorang yang mengetahui rencana yang sebenarnya. Dan posisiku di sini adalah mengetahui rencana sebenarnya dari kakakku.."     

Amar sangat terkejut mendengar kata – kata Pangeran Abbash berarti dugaannya dengan Arani adalah benar. Ia hanya tahu kalau Pangeran Barry akan melancarkan serangan tetapi seperti apa – apanya jelas ia tidak tahu.     

"Mengapa kau menghianati kakakmu sendiri?" Kata Amar akhirnya.     

"Untuk Alena jangankan hanya mengkhianati kakaku. Kalau Aku disuruh menghancurkan kerajaanku sendiri maka akan kulakukan. Benarkah seperti itu Cantik " Kata Pangeran Abbash kepada Alena sambil meraba bibirnya sendiri seakan minta dicium kepada Alena.     

Alena bergidik dan Justin langsung sewot.     

"Enak saja kau bicara seperti itu, Alena adalah milikku. Kau begitu tampan. Cari saja wanita lain. Pasti akan ada banyak wanita cantik yang bersedia menjilat ujung sepatumu. " Kata Justin sambil melotot. Ia masih kesal karena senjatanya tiba – tiba menghilang dari tangannya ditambah lagi dengan kata – katanya yang jelas – jelas menginginkan Alena.     

Bersaing dengan Nizam saja sudah sangat sulit apalagi bertambah saingannya dengan si tampan tapi cantik ini.     

"Tentu saja banyak wanita cantik yang bersedia menjilat ujung sepatuku. Tapi Aku tidak menginginkan semuanya itu. Aku hanya ingin si cantik yang sedang duduk disampingku ini. Benarkan Yang Mulia ?" Kata Pangeran Abbash lagi.     

"A.. Aku tidak mau. Aku ini istrinya Nizam. Aku tidak mencintai kalian berdua. Jadi berhentilah kalian berdua bertindak bodoh. Dan Kau Pangeran Abbash, tidak usah repot – repot melindungi Aku. Aku memiliki banyak pengawal. "     

"Apa kau tidak tertarik dengan ketampananku Alena ? Kau lihat temanmu itu saja hampir mau menelanku karena terpesona olehku" Kata Pangeran Abbash sambil tertawa melihat Justin terus menerus menatapnya. Dia tidak bisa berpaling dari wajah Pangeran Abbash.     

"Aku akui kau sangat tampan. Tapi ini bukan tentang ketampanan. Ini adalah tentang kesetiaan seorang istri. Aku tidak mungkin mengkhianati suamiku sendiri. Jadi tidak usah membuang waktu dan perasaan kalian. Aku akan tetap berada disisi suamku. Walau apapun yang akan terjadi."     

"Oh tentu saja, seperti itu. Karena kalau kau begitu mudah menyerahkan dirimu kepadaku. Aku menjadi tidak suka lagi. Salah satu penyebab Aku menyukaimu adalah karena kau begitu memiliki harga diri dan tidak murahan. Kau adalah istri yang setia dan ibu yang penuh kasih sayang" kata Pangeran Abbash.     

"Nah.. kalau begitu. Menyingkirlah kalian berdua dalam hidupku. Biarkan Aku dan suami serta anak – anakku hidup tenang' Kata Alena sambil mendengus.     

"Aku kesini hanya untuk melindungimu " Kata Pangeran Abbash sambil melotot kepada Justin. Ia benar – benar sebal melihat Justin yang sekarang perhatiannya pindah dari Alena menjadi kepada dirinya.     

"Aku juga ke sini hanya ingin mempertanyakan perlakuan suaminya yang tidak adil. Dan oh ya Aku juga di sini untuk ikut wisuda. " Kata Justin tidak mau kalah..     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.