CINTA SEORANG PANGERAN

Rahasia Ratu Sabrina



Rahasia Ratu Sabrina

0Alena memejamkan mata menahan sakit ketika kedua bayinya mulai menghisap bersamaan. Mulut-mulut mungil itu belajar mencari kebutuhannya sendiri. Secara naluri mereka belajar menghisap. Nizam berada disampingnya, Ia memperhatikan bayi-bayinya dengan perasaan campur aduk. Bahagia, haru, sedih, lucu, bingung semua campur aduk dalam hatinya     
0

Axel tampak tidak sabar ketika Ia tidak mendapatkan keperluannya, Mulutnya menghisap dengan kuat tetapi air susu yang keluar belum banyak maka Ia menjadi gelisah dan kemudian mulai merengek lalu menangis dengan kencang. Sementara itu Alexa malah anteng menghisap dengan pelan. Walaupun baru beberapa tetes yang masuk ke mulutnya yang mungil tapi Ia merasa cukup puas.     

Alena tampak khawatir ketika melihat Axel menangis, "Bagaimana ini Nizam? Dia tampaknya tidak mau menyusu." Kata Alena.     

Dokter Desy segera membantu memasukan put*ng Alena ke mulut mungil itu dan dengan lemah lembut memasukan ke dalam mulutnya Pangeran kecil itu, " Yang Mulia Pangeran Axel bukannya tidak mau menyusu tetapi Yang Mulia tidak sabar karena tetesan ASI nya masih sedikit... Pangeran kecil yang sabar ya..ini minumlah.." Katanya sambil memegang bagian atas payuda*a Alena agar tidak terlepas. Ia menahannya agar tidak lepas dari mulut Axel.     

Proses pemberian ASI untuk pertama kali memang cukup melelahkan dan repot apalagi untuk yang kembar. Alena sampai berkeringat dan kelelahan. Tidak berapa lama ketika bayi-bayi itu tertidur Alena juga ingin istirahat.     

Matanya sayu dan kuyu. Wajah cantiknya terlihat sangat letih. Ia masih merasakan lemas sehabis melahirkan.     

Akhirnya Dokter Desy meminta semua orang untuk keluar kecuali Nizam tentunya. Bayi-bayi sudah dibaringkan di ranjangnya masing-masing. Alena memejamkan matanya. "Nizam..." Alena berbisik pada Nizam yang sedang ikut berbaring di ranjangnya. Nizam juga terlihat sangat lelah secara fisik dan mental. Ia juga sedikit stress karena perasaan khawatir yang biasa muncul pada pasangan yang baru pertama kali memiliki anak.     

Nizam yang sedang mengelus betis Alena menolehkan menatapnya. " Ada apa? Kau ingin apa? Apakah kau kesakitan?"     

"Aku memang kesakitan.."     

"Apakah Kau marah karena Aku sudah menyakitimu lagi?" Kata Nizam sambil pasrah. Ia siap dihajar Alena kapanpun Ia mau. Bukankah saat pertama kali Ia menyakiti Alena Ia ditendang selangkangannya sampai KO.     

"Apakah Kau masih ingat ketika Kau menendangku setelah kita bermalam pertama?" Nizam berkata sambil meringis. Ia masih membayangkan rasa ngilu yang Ia rasakan ketika ditendang Alena.     

Alena tertawa lemah, " Ha..ha..ha.. Waktu itu Aku sangat kesal karena Kau yang keenakan dan Aku kesakitan. Jadi wajar kalau Aku menendangmu. Tapi sekarang berbeda, rasa sakit yang kurasakan sangat berbeda dengan waktu itu. Rasa sakit ini tidak seberapa dengan kebahagian yang aku peroleh.     

Perasaan bangga sudah menjadi seorang ibu mengalahkan rasa sakit yang sekarang kuderita beribu-ribu kali lipat. Walaupun Aku harus melahirkan berkali-kali Aku tidak keberatan." Alena berkata dengan gagah.     

Mata Nizam terbelalak dengan indahnya, " Jadi Aku tidak perlu gantian denganmu untuk hamil dan melahirkan?" Tanya Nizam menggoda Alena. Alena tertawa lagi, Ia jadi tersipu-sipu malu mengingat kata-kata konyol waktu Ia sedang kesakitan.     

"Kata-kata orang yang lagi kesakitan jangan di dengar..Ha..ha..ha.. Mana ada pria hamil. Konyol banget"     

"Baru nyadar Kalau kamu konyol" Kata Nizam sambil tersenyum tapi senyumnya langsung hilang ketika Alena mencubit perut Nizam.     

"Eits...jangan ngomong sembarangan Yang Mulia!! Ingat!! sekarang Aku lebih berkuasa darimu. Kalau kau macam-macam, Aku akan bawa kabur anakmu ke Indonesia" Kata Alena sambil cekikikan rasa letihnya jadi hilang.     

"Aku tidak akan melarang Kalau kau mau kabur. Kaburlah beserta kedua anakmu. Aku tidak keberatan sama sekali" Kata Nizam dengan wajah datar dan dinging. Membuat Alena terbelalak kaget.     

"Benarkah?? Benarkah Kau akan membiarkan Aku pergi?" Alena melotot dengan wajah merah padam karena marah.     

"Tentu saja, Mengapa Aku harus keberatan. Asal Kalau kau kabur Aku ikut dibawa dibawa kabur juga" Kata Nizam dengan wajah serius.     

Mulut Alena ternganga mendengar kata-kata Nizam. "Wk...wk...wk.. Kamu parah banget." Kata Alena sambil tambah cekikikan.     

Ketika mereka sedang bercanda seperti itu tiba-tiba handphone Nizam bergetar. Nizam mengangkatnya dan Ia melihat banyak misscall dari Azura. Di mulai dari adik-adiknya, Ayahnya, Ibunya, Paman-pamannya dan saudara-saudara lain yang mendadak memiliki no handphonenya. Padahal nomor handphonenya tidak sembarangan dimiliki orang. Mungkin karena situasinya sangat urgent sehingga no teleponnya jadi beredar kemana-mana.     

Ibunya sudah menelpon di sebanyak 12 kali. Nizam mengangkat alisnya Ia lalu menslide layar handphonenya untuk berbicara dengan ibunya. Sambil berbicara Ia berjalan menjauhi Alena. Alena menatapnya curiga.     

Nizam menoleh ke arah Alena sambil tersenyum manis, " Aku izin berbicara pribadi dengan ibuku ya.." Katanya. Alena lalu menganggukkan kepalanya lagipula Ia jadi kembali ingin tidur.     

Nizam berdiri di depan jendela besar menghadap taman rumah sakit. Ia memberikan salam kepada Ibunya.     

"Assalamualaikum, Wr.Wb...Ibunda.." Kata Nizam     

"Waalaikumsalam, Anakku. Selamat atas kelahiran putra dan putrimu. Kami di Azura sangat berbahagia kesejahteraan serta keselamatan dan kesehatan semoga selalu menjadi milik kalian. Semoga Alloh selalu melimpahkan rahmatnya kepada kalian"     

"Terima Kasih Ibunda. Sayang sekali Ibunda tidak bisa hadir"     

"Benar, Kesehatan Ayahmu semakin buruk. Situasi di sini tidak terlalu bagus. Ibunda harap setelah Alena melahirkan. Kalian segera pulang ke Azura. Nizam.. Ibunda tahu Ananda pasti sekarang sedang bertanya-tanya. Atau malah mungkin sudah menyelidiki sesuatu" Suara Ibunya terdengar sedikit murung.     

Firasat seorang ibu sangatlah tajam. Mengetahui Nizam memiliki anak kembar membuat ibunya langsung berterus rasa.     

"Tidak Ibunda, Tidak usah Khawatir. Tidak ada yang perlu dicemaskan. Ibunda jangan berpikiran yang aneh-aneh"     

"Anakku, bagaimana Ibunda bisa tenang. Apakah Ananda sudah membaca berita dari tentang Azura??"     

Nizam mengerutkan keningnya tapi lalu tersenyum, " Tidak usah khawatir, Ananda sudah memprediksi peristiwa yang akan terjadi. Besok Ananda akan mengadakan konfrensi pers. Apapun Yang Ibunda khawatirkan, Insya Alloh tidak akan terjadi" Kata Nizam sambil kembali menenangkan hati ibunda.     

Ratu Sabrina yang biasanya tegas tampak muram, air matanya diam-diam meleleh membuat para pelayannya tampak kebingungan. Bagaimana bisa Ratu Sabrina yang galak dan tegas itu bisa menangis. Apa sebenarnya yang membuat hati Ratu itu mengharu biru.     

"Ibunda daripada memikirkan hal-hal yang lain lebih baik Ibunda melihat cucu Ibunda." Kata Nizam sambil berjalan menuju ranjang bayi. Diliriknya Alena yang sudah terlelap dengan penuh kasih sayang. Dari awal Nizam sudah bisa menduga akan ada kejadian besar yang terjadi di saat kelahiran anak-anaknya. Kenyataan Alena melahirkan anak kembar akan menjadi blunder terhadap Ratu Sabrina itu sendiri. Dan ini akan menyerang posisi Ratu Sabrina sebagai Ibu dari Nizam. Adakah rahasia yang disembunyikan oleh Ratu Sabrina dengan kelahiran cucu kembarnya.     

[ Apapun yang terjadi istriku. Aku akan melawannya untukmu. Kau adalah belahan jiwaku, denyut nadiku. Siapapun tidak akan bisa mencerabutmu dari sisiku. Karena Alloh akan selalu bersama orang-orang yang menyayangi istrinya. ]     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.