CINTA SEORANG PANGERAN

Aku Harus Selalu di Sisimu, Alena.



Aku Harus Selalu di Sisimu, Alena.

0Ruangan pribadi Zarina benar-benar ruangan khas India. Ruangan didominasi dengan warna-warna cerah, merah, kuning, hijau, biru dan campur aduk secara abstrak tidak memiliki pola geometris tertentu tapi malah menampilkan keindahan dan keceriaan orang-orang India yang memang terkenal menyukai warna-warni yang ceria.     
0

Alena memandang kamar pribadi Zarina hampir mirip dengan suasana kamar di Kerajaan Azura cuma bedanya adalah ciri khas keagamaan yang mereka miliki. Tentu saja hal itu disebabkan karena mereka memang berbeda keyakinan. Tempat tidur Zarina memiliki penampilan yang sangat mewah.     

Ranjangnya memiliki lukisan para penari India dibagian bawah dan sandaran pada tempat tidurnya. Sprei, selimut dan kelambu berwarna-warni. Warna-warna itu saling bertabrakan seakan saling bersaing untuk memunculkan aura warnanya masing-masing, tetapi anehnya tidak lantas membuat mata terasa sakit tetapi malah semakin membuat Alena terperangah karena keindahannya. Ada lukisan Dewa Ganesha terpajang di dinding dekat Ranjang. Mengingatkan Alena tentang lambang suatu perguruan tinggi di Kota Bandung Indonesia.     

"Silahkan Yang Mulia," Kata Zarina dengan penuh kebanggaan karena kamarnya disinggahi oleh seorang Putra Mahkota beserta istrinya.     

"Oh betapa Indahnya kamarmu, Nona Zarina. Kamarmu membuat Aku menjadi bersemangat kembali" Kata Alena sambil terkagum-kagum. Bahkan patung Dewa Krisna yang ada di pojok kamar terlihat indah bagi Alena.     

"Maafkan kalau kamarku tidak sesuai dengan keyakinan Anda." Kata Zarina sambil tersenyum melihat mata Nizam langsung terpaku melihat kamar Zarina.     

"It's all right Nona Zarina, setiap orang berhak untuk memiliki keyakinan masing-masing. Dan kita harus menghargai itu semua. Malahan Aku sangat berterima kasih Anda bersedia memberikan tumpangan kepada Istriku untuk membersihkan badannya" Kata Nizam sambil tersenyum dengan bijaksana.     

Zarina membungkukkan badannya dengan penuh rasa hormat. " Ada handuk di lemari dalam kamar, Anda tidak usah khawatir karena handuk-handuk itu semua bersih. Saya permisi keluar dulu" Kata Zarina sambil meninggalkan mereka berdua dalam kamar.     

Alena mengucapkan terima kasih sambil berjalan menuju kamar mandi diikuti oleh Nizam. Ketika Alena masuk ke dalam kamar mandi, sambil tersenyum nakal Nizam ikut masuk. Alena mengerutkan keningnya, Ia menatap tajam ke wajah suaminya yang sudah memerah karena gairah. " Kamu mau kemana? Mau apa?" Kata Alena sambil menahan dada suaminya dan mendorongnya keluar dari kamar mandi.     

"Kenapa?? Memangnya ada apa? Aku mau menemanimu mandi." Kata Nizam pura-pura bersikap tenang padahal sedari tadi Ia sudah geregetan.     

"Masa Kau menjaga sampai ke kamar mandi. Mana bisa seperti itu?" kata Alena dengan terheran-heran dengan kelakuan suaminya yang keterlaluan. Masa iya ke kamar mandi juga harus ikut.     

"Apa kau tahu, orang dibelakang Sisca itu sangat profesional. Dia ada dimana saja seperti bayangan di dalam gelap. Tidak akan terlihat kecuali oleh orang yang ahli seperti Aku." Kata Nizam dengan wajah pura-pura serius.     

Alena jadi sedikit ketakutan, Ia melirik ke seluruh kamar mandi mewah milik Zarina. " Kelihatannya kamar mandi ini aman, semua tampak tertutup rapat."     

Kata-kata terakhir Alena tiba-tiba membuat gairah Nizam hilang ditelan naluri kewaspadaan Nizam. Ketika Alena berbicara tentang keamanan kamar mandi. Nizam malah menjadi waspada. Ia segera melihat ke sekitar ruangan.     

"Alena, tolong jangan dulu melepaskan pakaianmu" Kata Nizam sambil sedikit tegang.     

"Ada apa Nizam, tolong jangan membuatku takut" Alena menggeser tubuhnya mendekati tubuh Nizam.     

Nizam lantas melihat ke pojok atas dan benar saja ada sesuatu yang mencurigakan di atasnya. Sebuah benda kecil berwarna hitam tampak ada dipojok hampir terhalang oleh ventilasi udara. Nizam memperhatikan dengan seksama dan melihat ada lensa kecil Nizam langsung sadar kalau kamar mandi ini dipasang kamera cctv.     

Nizam segera menyuruh Alena mandi dengan berpakaian lengkap walaupun Alena ngomel-ngomel tapi Nizam tidak perduli. Bahkan Ia menghalangi tubuh Alena dari kamera itu menggunakan badannya. Nizam jadi berkeringat sendiri melihat tubuh istrinya yang basah kuyup. Tubuh Alena yang memang sangat indah diusia kehamilannya yang semakin mendekati usia Sembilan bulan.     

Pakaian Alena yang basah malah menciptakan siluet tubuh yang membuat Nizam semakin panas dingin. Tapi Ia tidak bisa berbuat banyak karena ada kamera yang sedang mengintai mereka.     

Usai mandi Nizam menarik ALena keluar dari kamar mandi dan segera menyuruhnya berganti pakaian, Nizam melindungi istrinya dengan kain selimut yang Ia tarik dari atas ranjang Zarina.     

"Nizam mengapa Aku harus berpakaian dengan ditutupi selimut?? Memang ada apa?? Di ruangan ini hanya ada kita berdua" Kata Alena sambil ngomel-ngomel.     

"Ini kamar orang Honey, Kita tidak bisa sembarangan bertindak. Kamu harus belajar untuk lebih waspada" Kata Nizam sambil membantu Alena berpakaian. Nizam sampai berlutut untuk memastikan bahwa kain sari Alena terpasang dengan benar.     

" Apakah Pakaiannya nyaman dan tidak membuatmu sesak?" Tanya Nizam sambil membelitkan sisa kain sari ke pundak Alena. Warna kain sari itu merah muda dan penuh dengan detail bordiran yang merupakan ciri khas India. Rambut Alena yang basah dilap menggunakan handuk oleh Nizam hingga sedikit kering. Setelah selesai Nizam lalu melihat hasil pekerjaannya. Ia terpesona sendiri melihat Alena yang begitu cantik dengan kain sarinya.     

"Kamu sangat cantik.. Terkadang Aku tidak bisa menyalahkan para pria yang tidak bisa mengendalikan diri mereka saat melihatmu. Alena, Aku adalah pria yang paling beruntung karena memilikimu" Kata Nizam sambil memeluk Alena. Alena lalu memejamkan mata dengan bibir terbuka sedikit menantikan ciuman dari Nizam. Tetapi ditunggu-tunggu, bibir Nizam tidak juga mendarat di bibirnya. Membuat Alena mengintip sedikit.     

Alena langsung menutup bibirnya dengan kesal ketika dilihatnya suaminya malah memandang dia sambil tersenyum. Alena membuka matanya lebar-lebar lalu mendorong tubuh Nizam dengan kesal. Nizam jadi tertawa, " Ayo…ketahuan Kamu pasti lagi nunggu ciuman dari Aku" kata Nizam sambil cengengesan.     

"Enggak! Sembarangan!!" Kata Alena sambil cemberut.     

"Terus..mengapa matanya terpejam??" Tanya Nizam menggoda istrinya.     

"Aku kelilipan debu" Kata Alena sambil tetap cemberut.     

"Makin cemberut makin manis, semakin kamu manis Aku semakin menginginkanmu, tunggu sampai kita di apartemen akan kuberi Kau seribu ciuman" Kata Nizam sambil menjawil pipinya Alena. Alena tersenyum lebar. " Plus bonusnya yah.." Kata Alena sambil ikutan genit.     

"Bonusnya mau apa?" Tanya Nizam     

"Ciumannya ditambah ditempat lain, jangan Cuma di bibir" Kata Alena sambil meraba dada suaminya. Tangan Alena merasakan debaran di dada Nizam semakin kencang. Bahkan dengan nakal Alena menurunkan tangannya ke bawah. Nizam semakin menegang, tubuhnya terasa panas dan berkeringat.     

"Alena jangan menggodaku. Ini bukan tempat yang tepat. Lebih aman di mobil" Kata Nizam dengan bibir bergetar, perasaannya sudah tidak karuan. Matanya terlihat sayu tapi Ia tidak kehilangan kesadaran. Ia masih tetap waspada.     

Ia tahu kamar Zarina disabotase oleh seseorang tetapi tentu saja Zarina tidak tahu. Zarina adalah seorang wanita dan berasal dari Negara India yang para wanitanya memiliki harga diri yang sangat tinggi. Bahkan di Negara liberal sekalipun sangat mustahil ada wanita yang memasang cctv dikamar mandinya sendiri, bukan hanya wanita, laki-laki juga tidak akan ada yang melakukan hal bodoh seperti itu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.