CINTA SEORANG PANGERAN

Kau Sudah Dewasa Sekarang



Kau Sudah Dewasa Sekarang

0Nizam juga tidak kalah terkejutnya dengan Arani. Ia langsung melirik ke arah Alena tetapi Ia tidak berani menyuruh Arani diam karena kalau Arani sudah berbicara ini pasti tentang berita yang sangat penting. Nizam tiba - tiba merasa takut kalau Putri Rheina ada apa - apa. Tapi Ia berusaha menahan diri untuk tidak terlihat panik. Ada Alena disisinya, Nizam tidak mau menambah sakit hatinya. Jadi Nizam lebih memilih diam seribu bahasa.     
0

Alena yang sedang memegang tangan Nizam langsung mengeras dan mencengkram tangan Nizam. Tapi Nizam hanya diam saja, hanya matanya yang beriak gelisah. Alena merasakan kegelisahan suaminya dan Ia tahu persis kalau tadi Putri Rhiena berlari keluar. Ia juga jadi khawatir.     

"Mengapa ? Ada apa dengan dia?" Kata Alena akhirnya bertanya kepada Arani.     

"Yang Mulia pingsan di taman dengan tubuh basah kuyup " Kata Arani dengan kepala tertunduk. Dia sebenarnya tidak ingin melaporkan ini kepada Nizam tetapi Arani juga tahu kalau semenjak Putri Rheina sembuh dari sakitnya. Nizam menyimpan perhatian khusus terhadap istri pertamanya ini jadi Ia tidak ingin disalahkan Nizam dengan tidak melaporkan kepada Nizam tentang pingsan Putri Rheina.     

Nizam sendiri langsung menatap Arani dengan padangan penuh rasa khawatir. Putri Rheina kondisi kesehatannya sedang tidak bagus akhir - akhir ini. Menari tidak menunjukkan bahwa fisiknya sudah pulih dengan sangat sempurna. Karena menari tentu saja berbeda dengan kondisi basah kuyup. Sebenarnya basah kuyup kenapa? Apa dia tenggelam atau bagaimana ? Setahunya Putri Rheina pandai berenang. Tubuhnya yang begitu sempurna itu salah satunya di jaga dengan berenang rutin selain menari.     

Tapi lagi - lagi Nizam tidak berani berkomentar apapun. Kondisinya juga sedang lemah dan Ia benar - benar tidak ingin memicu pertengkaran dengan Alena. Ia terlalu lelah untuk itu. Jadi kali ini, Nizam hanya mengandalkan reaksi dari Alena.     

Alena menghela nafas panjang dan menoleh kepada Nizam, "Dia tadi hendak menengokmu tetapi kemudian dia tidak jadi masuk karena Aku ada didalam menungguimu. Dia bilang dia tidak ingin membuat keributan jadi dia kemudian pergi.      

Dia pergi sambil menangis dan kemudian di luar turun hujan dengan lebat. Aku tidak mengerti mengapa Ia sampai basah kuyup mengingat ini ada di lingkungan istana sehingga pasti banyak tempat berteduh. Kecuali dia ingin bergaya ala orang - orang India. Berlari dan menangis di saat hujan lebat" Kata Alena sambil mengusap pipinya.     

Nizam yang sedang gelisah jadi menahan tawa mendengar analisa Alena. Mungkin Alena benar, Putri Rheina ini memang suka nonton film India jadi mungkin dia ingin mempraktikan apa yang dia tonton.     

"Terus sekarang dia ada dimana ?" Kata Alena kepada Arani.     

"Hamba membawanya kemari. Ampuni hamba Yang Mulia tetapi Hamba tidak berani membawanya ke dalam harem mengingat hampir semua berkumpul disini" Kata Arani sambil kembali melirik ke arah Alena.     

Alena mengangkat alisnya, "Tindakan bagus. Bawa saja dia ke kamar sebelah. Karena Aku tidak mau Yang Mulia Pangeran Nizam akan gelisah sepanjang waktu karena memikirkan istri tercintanya itu" Kata Alena sambil cemberut. Tapi hatinya mulai tulus karena memang benar Ia tidak ingin menambah pikiran Nizam. Nizam butuh ketenangan karena Ia sedang kesakitan.     

"Hamba senang dengan kesabaran Yang Mulia " Kata Arani dengan hati yang mulia tenang karena sekarang Alena mulai berpikir rasional. Walau bagaimanapun ini adalah lingkungan istana jadi sedikitnya Alena harus bisa beradaptasi minimal dengan menekan sikap emosionalnya.     

"Iyalah semua orang senang dengan kesabaran orang lain tapi tidak tahu kalau dalamnya berdarah - darah. Coba kau bayangkan kalau Si Nathan punya istri lagi. Apa yang akan kau lakukan?" Kata Alena kepada Arani.     

Arani malah menyembunyikan senyumnya dari Alena. Ia malah meminggirkan tubuhnya dan mempersilahkan Alena jika ingin melihat Putri Rheina karena semua orang tidak berani melakukan tindakan apa - apa sebelum Alena memberikan izin kepada mereka.     

Alena melangkahkan kakinya keluar sambil menggerutu, " Mengapa kau malah tersenyum" Kata Alena kepada Arani. Arani malah menganggukan kepalanya dan menjawab,     

"Hamba tidak keberatan kalau suami hamba akan menikah lagi.." Kata Arani.     

"Ah kau memang istri yang paling baik sedunia, Arani. " Kata seorang laki - laki yang menghampiri Alena dan Arani yang baru keluar dari kamar Nizam.     

"Hallo Alena, Apa kabar ? Lama tidak bertemu, kau tambah cantik saja" Kata orang itu sambil memeluk Alena.     

Alena balas memeluk sambil tertawa, "Ah Nathan.. kau jadi agak berlemak sekarang" Kata Alena sambil menekankan telunjuknya ke perut Jonathan yang tampak menggembung sekarang.     

"Arani membuat Aku makan dan tidur terus menerus" Kata Jonathan sambil sekarang memeluk Arani dan mencium pipinya. Muka Arani langsung merah padam di cium di depan banyak orang. Ia hanya tegak kaku dengan wajah beku.     

"Bagaimana keadaan Nizam ? Aku langsung keluar dari kantorku mendengar Nizam dicambuk ibunya. Aku sangat khawatir" Kata Jonathan kepada Alena dan Arani.     

"Alhamdulillah, dia sudah mulai agak baik. Masuklah temani dia. Aku ada urusan dulu" Kata Alena kepada Jonathan.     

"Memangnya apa urusan yang lebih penting dari suamimu itu?" Kata Jonathan yang keheranan mendengar Alena mau pergi.     

"Tentu saja ini lebih penting dari Nizam, Ini tentang istrinya yang pertama" kata Alena sambil pergi meninggalkan Jonathan.     

"HAH ? Istri pertamanya? Apa aku tidak salah dengar?" kata Jonathan sambil menarik tangan Arani.     

"Apa yang sedang dia ucapkan?" Kata Jonathan kepada Arani.     

"Dia mau mengurus Putri Rheina dulu. Kau masuklah ke dalam dan temani Yang Mulia" Kata Arani.     

Jonathan memang baru masuk sehingga Ia tidak tahu kejadian apapun tentang Putri Rheina. Tapi Ia tidak berani berkata apa - apa karena Ia melihat isyarat Arani agar Ia segera masuk ke dalam karena Arani akan menemani Alena melihat Putri Rheina.     

Alena berjalan dengan panduan Arani. Istana Nizam ini sangat luas sehingga Ia sendiri tidak akan hapal seluruh ruangannya dalam sehari. Sesampainya di sana Ia melihat Cynthia sedang berdiri dan Cynthia segera berjalan menghampiri Alena. Cynthia memeluk Alena sambil menangis,     

"Alena maafkan Aku. Aku tadi sudah menyuruh para pelayan untuk mengganti pakaian Putri Rheina yang basah kuyup. Aku takut dia akan mati jika dibiarkan berlama - lama mengenakan pakaian basah. Bukankah Ia terkena radang paru gara - gara diam di penjara bawah tanah.     

Alena mengelus punggung Cynthia sambil berkata, "Tidak apa - apa. Aku senang kau mengurusnya. Biarkan Aku sekarang melihatnya" Kata Alena sambil masuk ke dalam.     

"Alena. Apakah kau tidak apa - apa? Biarkan kami saja yang menanganinya. Kau tidak usah masuk ke dalam" Kata Cynthia masih terasa khawatir dengan kondisi mental Alena.     

"Tidak apa - apa. Aku akan menjadi pengurus harem dan Aku harus tegar menghadapi apapun" Kata Alena sambil menyembunyikan riak sakit hatinya terhadap Cynthia.     

"Kau benar - benar sudah dewasa sekarang Alena" Kata Cynthia sambil memberikan Alena jalan agar Ia bisa masuk ke dalam kamar tempat Putri Rheina berbaring.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.