CINTA SEORANG PANGERAN

Tawa Arani



Tawa Arani

0Maya terus mondar - mandir di depan Amar, membuat Amar menjadi pusing.     
0

"Kau bisa duduk dengan tenang tidak? Ini sudah larut malam dan hampir semua orang sudah beristirahat. Tetapi kau malah mondar - mandir seperti orang yang terkena diare mondar mandir pergi ke toilet?" Kata Amar sambil pusing melihat tingkah Maya.     

"Mengapa banyak sekali kejadian. Kalau terus menerus ada masalah. Kapan kita bisa menikah dan pergi ke Jepang ? Nanti semuanya akan terlambat. Kau lihat bagaimana Putri Alena dan Putri Rheina sekarang sudah berteman? Bagaimana kalau Yang Mulia Nizam akan menyentuh Putri Rheina nantinya. Bahkan Nayla tidak sengaja memergoki mereka berciuman" Kata Maya kepada Amar.     

"Memergoki katamu? Asisten itu sengaja melihat karena penasaran kalau majikannya akan menyentuh Putri Rheina. Tetapikan tidak terjadi apa - apa. Mereka hanya berciuman. Aku yakin Yang Mulia Pangeran Nizam tidak akan sampai menyentuhnya" Kata Amar.     

"Mengapa kau begitu yakin? Mana ada buaya menolak bangkai? Laki - laki dimana saja sama. Kalau sudah lihat wanita molek pasti akan terpikat dan luluh"     

"Kalaupun Yang Mulia Pangeran Nizam luluh, kenapa? Kan Putri Rheina istrinya. Lagipula sekarang Yang Mulia Putri Rheina dan Putri Alena sangat akrab. Jadi tidak ada masalah kalau mereka membentuk keluarga kecil yang bahagia" Kata Amar dengan santai tapi Ia langsung tersedak ketika Maya memukul bahunya dengan kuat.     

"Kau sangat menyebalkan! Aku tidak mau Yang Mulia Nizam membagi cintanya. Dia harus milik majikanku seorang. Cinta suci mereka tidak boleh ternodai. Aku harus mencari kembaran Yang Mulia Nizam untuk diberikan kepada Putri Rheina. Hmmffff...." Maya terdiam ketika Amar membekap mulutnya dengan telapak tangannya dan Maya menjadi kesal. Ia langsung menjejakkan kaki kanannya ke kaki Amar. Amar langsung terpekik kesakitan. Galaknya Maya sudah setaraf macan betina yang sedang menjelang datang bulan.     

"Awas kau, ya.. berani benar membekap mulutku. Memangnya ada apa? Apa Aku salah bicara?" Kata Maya sambil melotot.     

"Jangan bicara sembarangan.Dinding ini bertelinga" Kata Amar sambil menyimpan telunjuknya di bibirnya.     

"Aku tidak perduli, mau dinding bertelinga, pintu bertelinga, pohon bermata. TEERSEERAAH.. pokoknya Aku tidak mau cinta Yang Mulia Nizam terbagi" Kata Maya semakin uring - uringan. Amar hanya bisa menatap Maya dengan tatapan tidak berdaya.     

Seandainya mereka sudah menikah mungkin bibir yang sedang morang - maring itu bisa Ia tutup dengan mulutnya tapi karena belum menjadi haknya maka Amar hanya bisa menatap sambil menelan ludah. Sial mengapa Ia malah melihat Maya begitu cantik malam ini.      

"Sudah tenang saja, kau tidak usah khawatir. Arani tidak akan tinggal diam" Kata Amar akhrinya.     

"Arani?? Nyonya Jonathan? Mengapa pula harus dia? Memangnya apa yang bisa dia lakukan?" Kata Maya sambil mencibir tapi kemudian dia teringat kalau Arani memang sangat mengenal Nizam.     

"Aku tidak tahu apa yang akan dia lakukan tetapi Dia pasti akan berusaha menyelesaikan kekalutan ini sebaik mungkin."     

"Aku percaya dia adalah orang yang ahli dalam mengangkat senjata tetapi apa mungkin dia ahli dalam percintaan juga" Kata Maya kepada Amar.     

Amar mengangkat bahunya, "Aku tidak tahu juga tetapi percayalah. Dia akan membereskan semuanya. Sudah sana tidurlah ! Ini sudah larut malam. Kau nanti kesiangan sholat subuh" kata Amar.     

"Kau seperti menganggapku anak kecil. Ingat umur kita hampir sama" Kata Maya kepada Amar.     

"Oh iya.. Aku lupa. kau sudah dewasa dan siap dipetik" Kata Amar sambil melirik genit. Maya jadi semakin sewot, Ia menendang tungkai kaki Amar hingga Amar kembali berteriak kesakitan.     

"Aduuh.. Maya. mengapa kau sangat galak? Ini sakit tahu?" Kata Amar sambil mengusap tungkai kakinya yang ditendang Maya.     

"Siap petik, siap petik. Kau pikir Aku ini buah anggur yang siap petik dimusim buah anggur. Aku mau pergi saja. Kau tidak pernah serius kalau diajak bicara" Kata Maya.     

"Jangan terlalu serius cantikku. Nanti kau cepat tua." Kata Amar sambil terkehkeh tapi tawanya langsung terhenti ketika Maya malah mengambil batu kerikil dan melemparkannya kepada Amar. Amar kembali mengaduh ketika batu itu mengenai kepalanya. Untung lemparannya pelan sehingga kepalanya tidak terlalu sakit.     

Sementara itu dikamarnya Arani dan Jonathan. Tampak Jonathan masih sibuk dengan berkas - berkasnya. Nizam menyerahkan semua urusan hukum perusahaannya kepada Jonathan sehingga Jonathan banyak mengolah data perusahaan Nizam yang ada kaitannya dengan hukum. Karena kalau tidak diurus bisa - bisa kekayaan Nizam akan banyak diserobot orang lain.     

Arani juga belum tertidur. Ia berdiri di dekat jendela sambil meminum teh madu kesukaannya. Arani memakai gaun tidur yang berwarna biru tua dan jatuhnya jadi sangat indah ditubuh Arani yang atletis. Arani hampir tidak pernah memakai gaun kalau cara berpakaiannya selalu mengenakan celana panjang dan blazer warna hitam atau biru tua. Tetapi Jonathan tidak menyukai Arani tampil tomboy di dalam kamar. Jadinya Arani harus mengenakan gaun tidur kalau sedang didalam kamar.     

"Mengapa Kau kelihatan gelisah? Bukankah semua berjalan baik - baik saja. Alena tampak sudah bisa menerimakan Putri Rheina sehingga Nizam menjadi sedikit tenang" Kata Jonathan sambil membereskan berkasnya.     

Ia lalu berjalan menghampiri Arani dan memeluk perutnya yang kekar dan ramping.     

"Aku tahu seperti apa Yang Mulia Pangeran Nizam. Yang Aku khawatirkan adalah Putri Rheina. Aku merasa sangat kasihan dengan putri itu sekarang" Kata Arani.     

"Kasihan bagaimana? Bukankah dia harusnya bahagia karena Nizam dan Alena sudah bisa menerima kehadirannya"     

"Ya.. Aku tahu itu. Tetapi Aku khawatir kalau Putri Rheina memiliki harapan yang semakin besar padahal Yang Mulia Nizam tidak dapat memenuhi harapannya. Ini harus ada solusinya. Putri Rheina tidak boleh tersia - sia di dalam harem atau istana Yang Mulia Nizam. Dia masih muda dan sangat cantik. Sudah selayaknya Putri Rheina mendapatkan pengganti dari Yang Mulia Pangeran Nizam" Kata Arani sambil kemudian membalikkan tubuhnya dan Jonathan langsung mendekapnya kemudian menciumnya dengan lembut. Arani memejamkan matanya menikmati ciuman Jonathan.     

Ketika Jonathan kemudian memangkunya dan membawanya ke tempat tidur. Arani merangkul leher Jonathan dengan erat. Dan malam berlalu dengan indah hingga Jonathan seperti biasa menyerah kepada Arani.      

"Bagaimana Aku bisa memberimu izin menikah lagi kalau menghadapiku saja kau sudah keteteran" kata Arani sambil tertawa melihat Jonathan tergeletak tidak berdaya. Tubuh Jonathan basah kuyup oleh keringat.     

"Karena kau bukan wanita biasa. Aku masih bisa menghadapi sepuluh wanita tetapi kau memang memiliki kekuatan lebih dari itu. Kau membuatku serasa remuk sampai ke tulang dan kau masih saja belum puas" kata Jonathan sambil memijit hidung istrinya yang mancung. Arani kembali tertawa mendengar perkataan suaminya.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.