CINTA SEORANG PANGERAN

Luluhnya Hati Rheina



Luluhnya Hati Rheina

0Pagi itu semua sibuk dengan kegiatannya masing - masing. Dan Alena sedang menemani Nizam yang diobati oleh para perawat. Luka dipunggung Nizam diolesi ramuan dari Azura yang entah apa isinya, Alena tidak mengerti. Nizam juga sudah meminum obat yang diberikan dokternya.     
0

Nizam meringis ketika lukanya itu terasa perih saat diolesi ramuan. Ia memegang tangan Alena dengan erat. Mukanya sedikit pucat Ia pegal harus tengkurap terus menerus. Padahal pemulihan lukanya terhitung sangat cepat karena kondisi tubuh Nizam yang prima.     

Alena hanya memperhatikan saat luka itu diolesi obat. Setelah selesai semua barulah Nizam dapat duduk sekarang tapi Ia tidak bisa duduk menyender karena punggungnya tidak bisa bersentuhan dengan benda walaupun itu hanya sebuah bantal.     

Alena kemudian menyuapi Nizam dengan bubur khas Azura yang terbuat dari gandum utuh dengan potongan ayam dan campuran kacang pistachio, Rasanya sangat gurih dan enak. Sebenarnya Nizam bisa makan sendiri karena tangannya tidak apa - apa tapi Ia ingin Alena memanjakannya.     

"Apa kau tidak ingin menanyakan kabar tentang Putri Rheina?" Kata Alena tiba - tiba. Alena tahu kalau Putri Rheina baru saja pulih dari sakitnya karena Ia sering menengok ke kamarnya dan saling berbincang - bincang. Ia kesana kalau Nizam sedang istirahat dan tertidur karena kalau Nizam bangun, Ia tidak boleh kemana - mana. Nizam akan panik ketika Alena tidak ada disisinya. Ia takut kalau Alena benar - benar akan pergi ke Indonesia.     

"Jangan merusak selera makanku" Kata Nizam sambil cemberut.     

"Mengapa Kau berkata seperti itu? Dia kan sakit sama seperti dirimu" kata Alena.     

"Ah ya.. nanti kau akan marah - marah kalau Aku menanyakannya" Kata Nizam sambil melengos.     

"Tentu saja tidak, kami sudah berteman sekarang. Dan Aku akan memanggilnya sekarang untuk melihatmu" Kata Alena sambil memberikan perintah kepada Nayla untuk memanggil Putri Rheina.     

Nizam hanya menghela nafas dan berkata, "Alena.. Aku pikir kau tidak usah memaksakan dirimu. Kalau kau memang membencinya, Hindarilah untuk bertemu dengannya. Aku sangat ketakutan kau akan meninggalkan Aku di sini. Alena peluk Aku.. dan ucapkan sekali lagi kalau Kau tidak akan pernah meninggalkan Aku" Kata Nizam sambil membuka kedua tangannya dan meminta Alena memeluknya.     

"Tidak Nizam, Aku tidak akan pernah meninggalkanmu. Aku juga tidak membenci Putri Rheina. Aku sudah memaafkan dia dan dia sudah memaafkan Aku" Kata Alena sambil memeluk Nizam dengan penuh cinta.     

"Aku minta maaf sudah menciumnya. Aku berjanji tidak akan menciumnya lagi. Aku menciumnya karena sangat iba kepadanya"Kata Nizam sambil membenamkan mukanya ke leher Alena.     

"Jangan berkata seperti itu, Nizam. Aku sudah mengerti perasaan putri Rheina. Kalau kau memang tidak mencintainya, marilah kita mencari cara agar Ia bisa melepaskanmu dengan ikhlas" Kata Alena.     

"Tetapi bagaimana caranya ? Aku tahu hanya Aku pria yang Ia kenal" Kata Nizam dengan putus asa.     

"Kalau begitu kita kenalkan dia dengan pria yang lain"     

"Astaghfirulloh Alena, Dia adalah istriku, bagaimana mungkin Aku menyuruhnya berselingkuh" Kata Nizam kepada Alena.     

"Aduh.. bukan menyuruhnya berselingkuh tapi mempertemukan dia dengan pria lain agar dia tahu bahwa di muka bumi ini pria bukan hanya kau seorang" Kata Alena kepada Nizam.     

"Aku sudah menawarkan kepada dia kalau - kalau Dia ingin Aku lepaskan. Tapi dia menolak. Dan Aku tidak mungkin memaksanya. Aku pria yang masih memiliki perasaan"     

Alena menghela nafas, sulitnya berada dikerajaan Azura dimana wanita tidak bisa sembarangan bertemu laki - laki apalagi istri dari putra Mahkota.      

"Ya sudah Nizam, untuk sesaat kita tunda dulu pembicaraan kita tentang hal ini." Kata Alena. Tetapi Alena dan Nizam sangat terkejut melihat Putri Rheina sudah berada di depan pintu dan berkata dengan sedih.     

"Maafkan Aku, Aku sudah mendengarkan pembicaraan kalian"Kata putri Rheina sambil berurai air mata.     

Nizam dan Alena terkejut, Alena langsung berdiri dan memeluk Putri Rheina. "Maafkan kami Rheina. Kami mungkin sudah mengatakan hal yang menyakitkan"     

"Tidak Alena, perkataan Yang Mulia Nizam sudah sangat membukakan mata hatiku. Aku sekarang tahu mengapa Yang Mulia Nizam tiba - tiba menciumku waktu itu" Kata Putri Rheina sambil menghapus air matanya.      

Nizam terdiam dan Alena lalu mengerling kepada Nizam. "Jangan diambil hati Rheina. Marilah duduk di sini. Kau baru saja sehat. Aku memintamu untuk datang kemari agar kau bisa melihat bagaimana keadaan Nizam" kata Alena sambil mendudukkan Putri Rheina di samping Nizam.     

"Duduklah disini, dan berbicaralah. Aku akan pergi agar kalian bisa leluasa berbicara" Kata Alena sambil hendak pergi tetapi Putri Rheina mencekal tangan Alena.     

"Tidak Alena, jangan pergi ! Aku ingin kita berbicara bertiga." Kata Putri Rheina kepada Nizam dan Alena.     

Alena menganggukan kepalanya dan duduk di tepi tempat tidur. Nizam kemudian memegang tangan Alena dan berkata kepada Putri Rheina.     

"Rheina, Alena.. maafkan Aku. Aku telah menyakiti kalian berdua. Aku mungkin bisa bersikap tegas kepada yang lain tetapi Aku tidak bisa membohongi diriku sendiri kalau Aku harus memilih satu diantara kalian. Aku tidak bisa menyimpan kalian berdua di hatiku. Hatiku tidak cukup luas untuk itu.     

Aku meminta maaf terutama untukmu Rheina. Aku hanya mencintai Alena tetapi Aku juga tidak ingin berbuat dosa. Membiarkan kau menjadi istriku tetapi Aku tidak pernah menyentuhmu maka akan menjadi dosa besar bagiku. Tetapi Aku juga tidak bisa memaksamu untuk bercerai denganku.     

Apakah kau menyadari jika kita terus menerus bertahan dengan kondisi ini maka niscaya kita bertiga akan samakin tersakiti satu sama lain" kata Nizam dengan suara parau.     

"Hamba tahu Yang Mulia, Ini adalah sesuatu yang sangat rumit. Sampai saat ini Hamba selalu berharap suatu hari nanti Yang Mulia akan mencintai Hamba dan Hamba selalu ingin bertarung dengan Alena untuk memperebutkan cinta Yang mulia.      

Ketika Yang Mulia mencium hamba, hamba merasa senang sekali tetapi ketika kemudian hamba menyadari kalau ciuman Yang Mulia seperti buah apel yang kosong isinya. Indah diluar tetapi ketika di buka tidak ada isinya. Kalaupun kelak Yang Mulia benar - benar menyentuh hamba maka pasti itu bukan cinta tetapi hanya karena Yang Mulia ingin menggugurkan kewajiban sebagai seorang suami.     

Hamba tidak ingin seperti itu. Hamba ingin suami hamba menyentuh hamba dengan penuh cinta dan bukan cinta yang penuh kepalsuan" Kata Putri Rheina.     

Alena dan Nizam terkejut dengan perkataan Putri Rheina. Mengapa tiba - tiba pikiran Putri Rheina berubah.      

"Rheina.." Kata Nizam dengan hati berdegub bahagia. Ia sangat ingin melompat kegirangan mendengar kata - kata Putri Rheina. Ini adalah kebahagiaan di tengah kesakitan.     

"Cynthia sudah membukakan hatiku" Kata Putri Rheina kepada Nizam dan Alena.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.