CINTA SEORANG PANGERAN

Menjaga Anak Alena



Menjaga Anak Alena

0Kondisi Nizam semakin lama semakin membaik, Ia bahkan sudah meminta Alena untuk tidur dikamarnya. Kemarin - kemarin para dokter melarang Alena tidur di kamar Nizam karena takut mengganggu perawatan Nizam yang sepenuhnya di pegang oleh para dokter pribadi Nizam dan para perawat dan pelayan. Alena sendiri tidak keberatan karena Ia sekarang tidur sekamar dengan Putri Rheina dan para bayi.      
0

Putri Rheina semakin dekat dengan Putri Alexa. Alexa sendiri tidak mau lepas dan terus menempel kepadanya. Setiap Putri Rheina melangkah Ia selalu merangkak mengikutinya. Rambut Putri Rheina yang merah bergelombang itu sangat menarik hatinya. Di mata Putri Alexa, Putri Rheina lebih menarik dari apapun.      

"Alexa sangat suka dengan rambutmu, Dan Ia tidak henti - hentinya memandangmu. Mungkin dimatanya Kau adalah makhluk paling menakjubkan," Kata Alena sambil tertawa melihat Putri Alexa terus memegangi rambut Putri Rheina.     

"Aku tidak keberatan Ia mengagumi rambutku. Bagiku itu merupakan suatu keuntungan. Aku sangat menyukai Alexa dari dulu. Ia sangat manis dan menggemaskan" Kata Putri Rheina sambil mencium tangan mungil Alexa. Putri kecil itu sampai terkehkeh - kehkeh tertawa karena senang.     

Alena menganggukan kepalanya sambil menyusui Pangeran Axel, Ia tampak sedang kebingungan memikirkan sesuatu.     

"Mengapa Kau terlihat seperti sedang kebingungan ? Ada apa? " Putri Rheina tampak bertanya kepada Alena tetapi Alena hanya menggelengkan kepalanya. Ia sungkan untuk berbicara terus terang kepada sahabat barunya itu.     

Putri Rheina menghela nafas, "Kau tahu Alena, Ibuku adalah orang yang paling pintar menyembunyikan perasaannya. Aku selalu melihatnya tersenyum kepada setiap orang. Dia orang yang paling baik, manis dan ramah. Ia juga cenderung periang walaupun tidak berlebihan.     

Bertahun - tahun Aku berpikir kalau ibuku adalah orang yang paling bahagia karena cinta ayahku. " Sampai disini mata Putri Rheina yang berwarna biru tampak menerawang jauh. Ingatan masa kecilnya berkumpul menjadi satu. Alena menatapnya dengan penuh rasa ingin tahu. Ada apa dengan Putri Kulsum istri dari Perdana Menteri Salman?     

"Kemudian apa? Mengapa setiap kehidupan kalian memiliki cerita yang sangat menarik. Di kerajaan banyak sekali rahasia tersembunyi" Kata Alena sambil menunggu cerita Putri Rheina selanjutnya. Ini lebih menarik dari membaca novel. Apalagi mendengarkan cerita dari putri cantik yang seperti bidadari. Ini membuat Alena semakin bersemangat.     

Sedangkan Putri Rheina melihat Alena menatapnya dengan padangan polos penuh harap menjadikan Ia tertawa terpingkal - pingkal bahkan Putri Alexa juga ikut tertawa karena dikiranya Putri Rheina sedang mengajaknya bermain.     

Pangeran Axel yang sedang menyusu tampak melepaskan p*ting ibunya karena Ia merasa terganggu dengan tawa Putri Rheina, Ia menoleh kepada Putri Rheina dan adiknya itu. Lalu kemudian Ia kembali lagi menyusu dan wajah datar tidak ada yang penting, hanya tawa dua orang wanita yang engga jelas.     

Sepanjang Ia bisa menikmati ASI ibunya dengan puas maka Ia tidak perduli dengan apapun. Pangeran Axel sudah merindukan bau tubuh ibunya sudah lama dan Ia tidak bisa bertemu setiap saat dengan Alena jadi Ia memanfaatkannya dengan menyusu sepuasnya.     

"Mengapa Kau tertawa? Apa ada yang lucu ?" Kata Alena sambil mengerutkan keningnya.     

"Ekspresi wajahmu itu sungguh lucu, Alena. Kau persis seperti anak kecil yang tidak sabar karena menunggu ibunya membacakan dongeng pengantar sebelum tidur" Kata Putri Rheina.     

"Gegge...brrp...ggeeh.." Putri Alexa mengoceh seperti membenarkan perkataan Putri Rheina.     

"Nah .. kau dengar? Putri Alexa menyetujui perkataanku" Kata Putri Rheina sambil memeluk Putri Alexa.     

"Ah..baru bertemu sudah bersekongkol. Kalian sangat luar biasa" Kata Alena sambil ikut tertawa, Telunjuknya menekan pipi Putri Alexa yang gembil dengan gemas     

"Ha..ha..ha.. Kau menyangjungku Alena" Kata Putri Rheina.     

"Jadi bagaimana kelanjutannya? Aku memang benar - benar ingin tahu cerita Ibumu itu" Kata Alena dengan tidak sabar.     

"Baiklah, sebenarnya ini bukan cerita tetang kebahagiaan tetapi lebih kepada cerita misteri karena sampai sekarang Aku tidak pernah tahu apa yang ibuku menyembunyikan perasaan yang sebenarnya" Kata Putri Rheina lagi kemudian Ia melanjutkan perkataannya lagi.     

"Pada suatu hari Aku menyaksikan dia sedang menangis seorang diri dan ketika Aku tanya mengapa ibuku menangis. Ibuku malah tertawa dan berkata kalau dia masih teringat dengan film India yang baru ditontonnya katanya sambil menunjuk ke arah TV yang masih menyala. Waktu itu Aku tidak curiga dan ikut menonton film India lainnya.     

Setelah beberapa lama Aku kembali memergokinya sedang menangis di tepi kolam. Ketika Aku tanyakan lagi mengapa Ibu menangis, jawabannya adalah Ia membayangkan Aku akan menikah dan meninggalkannya. Aku jadi terenyuh tetapi tetap tidak curiga.     

Kemudian lagi - lagi aku memergokinya menangis ketika dan kemudian aku terus semakin sering melihatnya menangis. Dan ibuku tidak pernah memberitahu mengapa Ia menangis. Tidak ada yang patut ibu sedihkan dari hidupnya.     

Ayahku sangat menyayanginya dan anak - anaknya. Ayahku tidak memiliki istri lebih dari satu dan Ia tidak pernah terdengar memarahi ibuku. Ayahku mencukupi semua kebutuhan kami dengan baik. Dia menjadi perdana menteri dengan kerja yang sangat profesional. Dan kami tumbuh sehat bersama kasih sayang orang tua kami.     

Jadi menurutku Ibuku adalah orang yang pandai menyembunyikan sesuatu dengan alasan yang tidak jelas. Tetapi selama ini Aku merasa kalau kau bukanlah orang yang sama seperti ibuku. Kau sangat terbuka, frontal dan berani. Kau selalu tidak takut terhadap apapun. Tetapi melihatmu tampak termenung dan tidak mengatakan apapun kepadaku. Aku jadi merasa kau sedang menghadapi sesuatu yang ada kaitannya dengan diriku tetapi kau tidak mau berterus terang." Kata Putri Rheina.     

Alena menghela nafas, "Kau memang benar. Sebenarnya Aku tidak ingin mengatakannya kepadaku. Aku merasa tidak enak. Tetapi Aku tidak tahan untuk tidak memikirkannya" Kata Alena kepada Putri Rheina.     

"Katakanlah Ada apa? Bukan kita sudah menjadi teman dekat?"     

"Aku takut kau merasa tidak enak ?" Kata Alena kepada Putri Rheina.     

"Memangnya ada apa? Kau malah membuatku semakin penasaran"     

"Aku harap Aku tidak menyakitimu" Kata Alena lagi.     

"Tidak, sayangku. Katakanlah "     

"Tadi Aku menengok Nizam, Alhamdulillah lukanya sudah mengering dan tinggal sedikit lagi. Selama ini Aku tidak boleh sekamar dengannya karena takut mengganggu perawatan Nizam. Tetapi tadi pagi dia memintaku untuk tidur dengannya malam ini" Kata Alena dengan tertunduk malu dan takut melukai hati Putri Rheina.      

Tetapi Putri Rheina malah menggelengkan kepalnya dengan pandangan takjub, "Kau benar - benar berhati mulia"     

"Apa maksudmu? apakah kau tidak terluka?" Kata Alena     

"Tentu saja tidak. Bukankah Aku sudah mengatakan kalau Aku tidak ingin mencintai Yang Mulia lagi. Aku akan mencari cintaku sendiri. Aku hanya ingin menjadi adiknya saja. Jadi kau tidak usah sungkan lagi denganku. Pergilah. Aku akan menjaga anak - anakmu" Kata Putri Rheina. Menjaga anak - anaknya ? Sesaat Alena jadi bimbang.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.